Mengenal diri itu adalah “anak kunci” untuk Mengenal Allah
sebagaimana yang telah disampaikan oleh
para ulama yang sholeh sejak dahulu kala.
MAN ‘ARAFA NAFSAHU FAQAD ‘ARAFA RABBAHU
(Siapa yang kenal kenal dirinya akan Mengenal Allah)
Firman Allah Taala :
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?“ (QS. Fush Shilat [41]:53 )
Tidak ada hal yang melebihi diri sendiri. Jika anda tidak kenal diri sendiri, bagaimana anda hendak tahu hal-hal yang lain? Yang dimaksudkan dengan Mengenal Diri itu bukanlah mengenal bentuk lahir anda, tubuh, muka, kaki, tangan dan lain-lain anggota anda itu. karena mengenal semua hal itu tidak akan membawa kita mengenal Alloh. Dan bukan pula mengenal perilaku dalam diri anda yaitu bila anda lapar anda makan, bila dahaga anda minum, bila marah anda memukul dan sebagainya. Jika anda bermaksud demikian, maka binatang itu sama juga dengan anda. Yang dimaksudkan
sebenarnya mengenal diri itu ialah:
sebenarnya mengenal diri itu ialah:
Apakah yang ada dalam diri anda itu?
Dari mana anda datang?
Kemana anda pergi?
Apakah tujuan anda berada dalam dunia fana ini?
Apakah sebenarnya bagian dan apakah sebenarnya derita?
Kemana anda pergi?
Apakah tujuan anda berada dalam dunia fana ini?
Apakah sebenarnya bagian dan apakah sebenarnya derita?
Sebagian daripada sifat-sifat anda adalah bercorak kebinatangan. Sebagian pula bersifat Iblis dan sebagian pula bersifat Malaikat. Anda hendaklah tahu sifat yang mana perlu ada, dan yang tidak perlu. Jika anda tidak tahu, maka tidaklah anda tahu di mana letaknya kebahagiaan anda itu.
Kerja binatang ialah makan, tidur dan berkelahi. Jika anda hendak jadi binatang, buatlah itu saja. Iblis dan syaitan itu sibuk hendak menyesatkan manusia, pandai menipu dan berpura-pura. Kalau anda hendak menurut mereka itu, lakukan sebagaimana kerja-kerja mereka itu. Malaikat sibuk dengan memikir dan memandang Keindahan Ilahi. Mereka bebas dari sifat-sifat kebinatangan.
Jika anda ingin bersifat dengan sifat KeMalaikatan, maka berusahalah menuju asal anda itu agar dapat anda mengenali dan menuju pada Alloh Yang Maha Tinggi dan bebas dari belenggu hawa nafsu. Sebaiknya hendaklah anda tahu kenapa anda dilengkapi dengan sifat-sifat kebintangan itu.
Adakah sifat-sifat kebinatangan itu akan menaklukkan anda atau adakah anda menakluki mereka?. Dan dalam perjalanan anda ke atas martabat yang tinggi itu, anda akan gunakan mereka sebagai tunggangan dan sebagai senjata.
Langkah pertama untuk mengenal diri ialah mengenal bahwa anda itu terdiri dari bentuk yang zhohir, yaitu tubuh ; dan hal yang batin yaitu hati atau Ruh . Yang dimaksudkan dengan “HATI” itu bukanlah daging yang terletak dalam sebelah kiri tubuh.
Yang dimaksudkan dengan “HATI” itu ialah satu hal yang dapat menggunakan semua kekuatan, yang lain itu hanyalah sebagai alat dan kaki tangannya saja. Pada hakikat hati itu bukan termasuk dalam bidang Alam Nyata(Alam Ijsam) tetapi adalah termasuk dalam Alam Ghaib. Ia datang ke Alam Nyata ini ibarat pengembara yang melawat negeri asing untuk tujuan berniaga dan akhirnya kembali akan kembali juga ke negeri asalnya. Mengenal hal seperti inilah dan sifat-sifat itulah yang menjadi “Anak Kunci” untuk mengenal Alloh.
ISLAM yang telah Allah redhakan untuk menjadi agama kita, dan disampaikan melalui utusan-Nya Nabi Muhammad SAW merupakan satu syariat yang mencakup persoalan hidup lahir dan batin. Syariat lahir disebut syariat. Syariat batin disebut hakikat. Hal itu sangat sesuai dengan struktur kejadian manusia itu sendiri yang merupakan kombinasi antara jasad lahir dan jasad batin.
Jasad lahir adalah semua anggota tubuh kita yang nampak dengan mata. Sedangkan jasad batin adalah jasad gaib yang menggerakkan seluruh anggota lahir. Jasad batin dapat merasa, mengingat, memikirkan, mengetahui, memahami segala sesuatu yang terjadi di dalam diri kita masing-masing. Allah SWT menetapkan bahwa syariat lahir untuk diamalkan oleh jasad lahir sedangkan syariat batin untuk diamalkan oleh jasad batin yaitu ruh.
Sesuai dengan keadaan lahir batin kita yang saling berkaitan erat tanpa terpisah-pisah maka begitu pula amalan lahir dan batin wajib dilaksanakan secara serentak di setiap waktu dan keadaan. Kalau kita membeda-bedakan atau menolak salah satu dari amalan itu, maka kita tidak mungkin menjadi hamba Allah yang sebenarnya sebab Islam memandang syariat itu sebagai kulit, sedangkan hakikat itu adalah intipati.
Kedua-duanya sama-sama penting dan saling memerlukan, ibarat kulit dan isi pada buah-buahan. Keduanya mesti ada untuk kesempurnaan wujud buah itu sendiri. Tanpa kulit, isi tidak selamat malah isi tidak mungkin ada kalau kulit tidak ada. Sebaliknya tanpa isi, kulit jadi tidak berarti apa-apa. Sebab buah yang dimakan adalah isinya bukan kulitnya.
Begitu juga hubungan syariat dan hakikat. Keduanya mesti diterima dan diamalkan serentak. Keduanya saling mengisi dan memerlukan. Kalau kita bersyariat saja (artinya berkulit saja tanpa isi), itu tidak membawa arti apa-apa di sisi Allah.
Sabda Rasulullah SAW:
Terjemahannya :
“Allah tidak memandang rupa dan harta kamu tetapi Dia memandang hati dan amalan kamu.” (Riwayat : Muslim)
Sebaliknya kalau kita berhakikat saja (isi tanpa kulit), maka tidak ada jaminan keselamatan dari Allah SWT. Hakikat itu akan mudah rusak, dan kita sama sekali tidak akan memperoleh apa-apa, bahkan agama Islam yang kita anut akan rusak tanpa kita sadari.
Berkata Imam Malik Rahimahullahu Taala:
Terjemahannya :
“Barangsiapa berfiqih (syariat) dan tidak bertasawuf maka ia jadi fasik. Barangsiapayang bertasawuf (hakikat) tanpa fiqih maka ia adalah kafir zindik.”
“Barangsiapa berfiqih (syariat) dan tidak bertasawuf maka ia jadi fasik. Barangsiapayang bertasawuf (hakikat) tanpa fiqih maka ia adalah kafir zindik.”
Ertinya kita mesti mengamalkan keduanya sekaligus, yaitu syariat dan hakikat. Kalau kita pilih salah satu, kita tidak akan selamat. Kalau kita bersyariat saja tanpa dilindungi oleh hakikat, kita akan menjadi fasik. Dan kalau kita berhakikat saja tanpa dikawal oleh syariat, maka hakikat itu akan mudah rusak sehingga kita jatuh kafir zindik (kafir tanpa sadar).
Begitulah pentingnya syariat dan hakikat. Tetapi bila kedua-duanya ada, maka hakikatlah yang lebih utama.
Seperti dalam sabda Rasulullah SAW:
Terjemahannya : Allah tidak memandang rupa dan harta kamu tetapi Dia memandang hati dan amalan kamu. (Riwayat : Muslim)
Hadis itu tidak bermaksud bahwa syariat tidak penting. Bahkan syariat juga adalah hukum-hukum fardhu yang wajib diamalkan oleh seluruh umat Islam. Hanya saja dalam keadaan keduanya (syariat dan hakikat) itu sama-sama diamalkan, Allah memberi keutamaan pada amalan hakikat. Perbandingannya seperti antara kulit dan isi buah. Kedua-duanya sama penting, tetapi manusia memberi keutamaan pada isi sebab bisa dimakan.
Begitulah peranan hakikat. Peranannya menentukan berakhlak atau tidaknya seorang manusia kepada Allah dan kepada sesama manusia. Orang yang kuat amalan batinnya atau tinggi pencapaian tasawufnya adalah orang yang hatinya selalu dekat dengan Allah. Ia senantiasa merasakan kebesaran Allah, dibandingkan dirinya yang maha lemah dan senantiasa memerlukan pertolongan Allah. Ia sangat beradab dengan Allah dan dapat mengorbankan dunia untuk Tuhannya. Ia juga mampu mengasihi semua manusia, bersedia susah untuk manusia dan akan menyelamatkan manusia dari tipuan dunia, nafsu dan syaitan.
Sebaliknya orang yang lemah dalam amalan batin adalah orang yang hatinya jauh dan terpisah dari Allah. Ia tidak takut dengan Allah, tidak malu, tidak harap, dan tidak cinta kepada Allah. Ia tidak redha dan tidak sabar, kurang beradab dengan Allah, penuh hasad dengki, sombong, bakhil, dendam dan pemarah. Ia akan menjadi seorang pencinta dunia yang bekerja keras hanya untuk dunianya. Orang seperti itu selalu dibelenggu oleh kecintaan kepada dunia hingga takut berjuang dan berjihad untuk agama Allah serta untuk kehidupan akhirat yang kekal abadi.
Orang yang tidak berhakikat, sekalipun melakukan ibadah shalat, puasa, dan banyak membaca Al Quran serta gigih berjuang adalah orang yang kurang berakhlak dengan Allah dan kurang berakhlak dengan manusia.
Kurangnya amalan batin dapat menyebabkan orang-orang yang tidak berhakikat itu biasanya mati dalam dosa yang tidak sadar. Mungkin dosa karena buruk sangka dengan Allah, putus asa dengan ketentuan Allah, tidak redha dengan takdir Allah atau dosa karena merasa bahwa amalannya lah yang akan menyelamatkan dirinya dari neraka Allah.
Rasa riya’, ujub atau merasa diri bersih itu pun adalah dosa batin. Dosa batin, tak seorang pun yang dapat melihatnya, bahkan diri sendiri pun tidak dapat merasakannya. Hanya orang yang mempunyai basirah (pandangan hati yang tembus) saja yang dapat mengetahuinya.
Nanti, bila Allah bukakan segala kesalahan (dosa-dosa batin itu) di akhirat, barulah manusia akan terkejut dan tersentak.
Ulama tasawuf berkata:
“Biarlah sedikit amalan beserta rasa takut pada Allah, karena itu lebih baik daripada banyak amalan tetapi tidak ada rasa takut dengan Allah. Lebih baik orang yang merasa berdosa dan bersalah dengan Allah daripada orang yang banyak amalan tetapi tidak rasa berdosa pada Allah bahkan dia merasa telah cukup dengan amalan itu.”
Firman Allah :
Terjemahannya : Hari kiamat ialah hari dimana harta dan anak-anak tidak dapat memberi manfaat, kecuali mereka yang menghadap Allah membawa hati yang selamat sejahtera.(Asy Syuara: 88-89)
Hati yang selamat sejahtera ialah hati orang bertaqwa yang berisi iman, yakin, ikhlas, redha, sabar, syukur, tawakal, takut, harap dan lain-lain rasa hati dengan Allah SWT. Hati yang senantiasa merasa sehat dalam kesakitan, kaya dalam kemiskinan, ramai dalam kesendirian, lapang dalam kesempitan dan terhibur dalam kesusahan. Ia bersikap redha dengan apa saja pemberian Tuhan-Nya.
Untuk memperoleh hati yang seperti itu, kita mesti bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu untuk melakukan amalan lahir dan batin (syariat dan hakikat). Kedua-duanya akan saling mengawal untuk mengangkat kita ke taraf taqwa.
Syariat dan hakikat akan mendidik dan memimpin kita menjadi seorang insan kamil yang mampu memenuhi keinginan dan keperluan fitrah murni manusia secara suci lagi mulia. Orang seperti itulah yang Allah maksudkan sebagai golongan As Siddiqin atau golongan Al ‘Arifin. Sifat mereka Allah uraikan dalam Surah Al Furqaan ayat 63-74:
Terjemahannya : “Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang (hamba-hamba yang baik) itu ialah mereka yang berjalan di atas muka bumi dengan rendah hati dan apabila orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. Dan mereka yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka (orang-orang yang melakukan shalat tahajjud di malam hari semata-mata karena Allah). Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, jauhkanlah azab jahannam dari kami. Sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal.” Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta) mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak (pula) bakhil, dan adalah (perbelanjaan itu) pertengahan. Dan mereka juga tidak mengharap (menyembah) yang lain di samping Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (orang Islam) kecuali yang dibenarkan syarak (pembunuh, penzina, murtad) dan tidak juga berzina. Barang siapa yang melakukan yang demikian itu niscaya dia akan menerima pembalasan dosanya. (Yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia kekal dalam azab itu dalam keadaan terhina. Kecuali mereka yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal soleh, kejahatan mereka Allah gantikan dengan kebajikan. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal soleh maka sesungguhnya mereka bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya. Dan orang-orang yang tidak memberikan kesaksian palsu dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka tidak menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. Dan orang-orang yang sering berdoa, “Ya Tuhan kami anugerahkanlah kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”
Merekalah orang-orang bertaqwa yang akan memperoleh ketenangan hidup di dunia dan di akhirat. Mereka adalah tempat untuk kita mempelajari dan mencontoh kehidupan yang aman dan bahagia. Suasana seperti itu pernah terjadi, yaitu dalam kehidupan salafussoleh. Mereka telah menjalani suatu kehidupan, di mana mereka menerima dan mengamalkan sepenuhnya kehendak syariat dan hakikat. Hasilnya, mereka (para salafussoleh) menjadi orang-orang yang bahagia dan membahagiakan orang lain.
Sejarah 15 abad yang silam memberitahu kepada kita bahwa 3/4 dunia menjadi tenang, aman dan damai di bawah pemerintahan mereka. Kawan maupun lawan merasa selamat berada di dalam kekuasaan mereka. Demikianlah satu kenyataan yang membuktikan bahwa sekiranya manusia patuh menjalani syariat lahir dan batin, maka selamat dan berbahagialah mereka di dunia dan di akhirat.
Allah berfirman :
Terjemahannya : “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal soleh di antara kamu bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. Dia akan menegakkan bagi mereka agama yang telah diredhai-Nya untuk mereka dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka sesudah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang ingkar sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang fasik.”
(QS An Nur [24] : 55 ) .
DALAM JASAD ADAM ADA S, F, L
Telah dijelaskan oleh Allah Swt dalam hadis qudsi, Dia Azza wa Jalla berfirman:
’Telah Kucipta seorang malaikat di dalam tubuh setiap anak keturunan Adam. Di dalam malaikat itu ada shadr. Di dalam shadr itu ada qalb. Di dalam qalb itu ada fu`aad. Di dalam fu`aad itu ada syagf. Di dalam syagf itu ada lubb. Di dalam lubb itu ada sirr. Dan di dalam sirr itu ada Aku.’
Sabda Nabi Muhammad Saw.,
“Allah menciptakan qalb-qalb empat ribu tahun lebih dahulu daripda jasad. Setelah itu, Dia meletakannya di tempat yang dekat dengan-Nya. Sementara itu, arwah diciptakan oleh Allah Swt. Tujuh puluh ribu tahun lebih dahulu daripada hati. Setelah itu, ia diletakan di taman kelembutannya (rawdlah al-uns). Sebelumnya, Allah telah terlebih dahulu menciptakan sirr (rahasia) daripada ruh dan menempatkan sirr tersebut di taman keintiman-Nya (rawdlah al-wishl).”
Dan juga firman-Nya yang ditujukan kepada Nabi Daud a.s.,
‘Wahai Daud! Kosongkan untuk-Ku sebuah rumah, agar Aku bisa tinggal di dalamnya!’
Mendengar perintah tersebut Nabi Daud a.s. tidak mengerti dan lantas bertanya, ‘Bagaimana caranya wahai Tuhanku?’ Lantas Allah berfirman, ‘Kosongkan hatimu hanya untuk-Ku!’
Menurut Imam Ali r.a. qalb mempunyai lima nama:
Pertama, disebut shadr, karena ia merupakan tempat terbitnya cahaya Islam (nuuru-l-islam)
Hal ini sebagaimana firman Allah Swt.,
‘Adakah sama dengan mereka yang dibukakan shadrnya untuk Islam…. (QS 39:22)’.
Kedua, disebut qalb, karena ia merupakan tempat terbitnya keimanan.
Hal ini sebagaiamana firman-Nya,
‘Mereka itulah yang ditulis dalam hatinya terdapat keimanan. (QS 58:22)’
Ketiga disebut fu’ad karena ia merupakan tempat terbitnya ma’rifah.
Hal ini sebagaimana Firman Allah Swt,
‘Fu’ad tidak pernah mendustai apa-apa yang dilihatnya’ (QS 53:11).
Keempat disebut lubb, karena ia merupakan tempat terbitnya tauhid.
Hal ini sebagaimana firman-Nya,
‘Sesungguhnya di dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dan siang adalah ayat-ayat bagi ulil albaab (sang pemilik lubb)’ (QS 3:190).
Kelima, disebut syagf, karena it merupakan tempat terbitnya rasa saling menyayangi dan mencintai sesama makhluk.
Hal ini sebagaimana firman-Nya,
’Sungguh ia (Zulaikha) telah dikuasai oleh rasa cinta yang membara….’ (QS 12:30)
KENALI BERBAGAI ASPEK SHADR
1 Ash Shadr atau dada
2 Ash Shadr adalah istilah yang menunjukkan dada yang telah luas dan terbuka untuk menerima dan memeluk islam. Sebaliknya, tunduk kepada Islam hakiki terjadi dalam setiap zarrah seorang muslim.
3 Shadr merupakan kemampuan qalbu (hati) yang berperanan untuk merasakan dan menghayati atau mempunyai fungsi perasaan seperti marah, benci, cinta, indah.
4 Kemampuan shadr adalah dinding hati yang menerima limpahan cahaya keindahan sehingga mampu menerjemahkan segala sesuatu serumit manapun menjadi indah.
5 Shadr adalah pelita orang-orang yang berilmu. Ia disimbolkan dalam bentuk misalan, letaknya berada di dalam dada manusia yang disebutkan dalam Al Quran dengan kata Shadr. Di dalam dada itulah, bisikan-bisikan kejahatan dihembuskan oleh syaitan, baik dalam wujud jin mahupun manusia.
6 Di Shadr juga, tempat berkecamuk dan pertempuran antara haq dan batil (benar dan salah) . Juga tempat seseorang harus berserah diri kepada haq atau mengangkat kepalanya menentang Tuhan (kufur)
7 Shadr mempunyai kemampuan besar untuk menyimpan hasrat, kemahuan niat kebenaran dan keberanian yang sama besarnya dengan kemampuan untuk menerima kejahatan dan kemunafikan.
8 Shadr jika dikaitkan dengan hati, dapat dikaitkan dengan putihnya mata, atau seperti segala sesuatu yang terdapat di sekitar Kota Mekah, atau seperti kulit luar dari sebuah biji, di mana biji itu keluar dari kulit luarnya jika telah nampak batangnya.
9 Dinamakan Shadr kerana memiliki kedudukannya di bahagiandepan hati. Seperti Shadr An Nahar (penghujung hari iaitu awalnya)
10 Shadr merupakan tempat bersemanyamnya was-was dan segala kerosakan
11 Shadr juga, menjadi tempat berbagai hal termasuk sifat-sifat tercela yang dapat merosakan, seperti mengumpat, syahwat, harapan, keinginan dan lain-lain yang biasa disebut dengan Nafsu Ammarah Bissu.
12 Al Quran mengambarkan keadaan Shadr dengan kata Insyirah (lapang), seperti Surah Al A’raaf: 2: ”Maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu kerananya”.
13 Kelapangan dan kesempitan Shadr adalah berbeza antara dada seorang rasul dengan seorang mukmin lainya
MAKNA SHADR
shadr bermakna dada, saat al-Qur'an menggambarkan sesuatu yang tersembunyi, niatan yang tersembunyi, Dia menggunakan kata shadr ini, yaitu untuk menggambarkan sifatnya yang tersembunyi dan tertutup. misalnya:
katakanlah, “Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau melahirkannya, pasti Allah Mengetahui”.Allah Mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang adad di bumi. Dan Allah Maha Kuasa tas segala sesuatu. (Ali-Imran:29)
yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. (an-Naas:5)setan nampaknya tidak bisa membisikkan kejahatan ke dalamqalb, tapi ke dalam dada/shadr manusia. Hal ini karena pada dasarnya qalb itu suci. Hati manusia adalah serupa dengan benteng, dan mata, lidah, tangan dan telinga adalah pintu-pintunya; Allah SWT dengan Kasih Sayang-Nya tidak membiarkan qalb kita dapat langsung ditembus oleh bisikan setan, namun setan bisa membisikkan ke dalam shadr kita, dan dia mengaksesnya melalui pintu-pintunya, maka apakah kita membiarkannya terbuka atau menutupnya rapat-rapat sehingga setan tidak bisa masuk, itu terserah kita;
LAGI TENTANG SHADR
Shadr, sebagai hati terluar dari struktur hati, adalah pintu gerbang masuknya maklumat, ujian, dan peluang yang sudah dicerna oleh otak hasil tayangan tiga dimensi yang diliputi oleh panca indera.
Jika, melihat makalumat yang ada maka ciri Shadr adalah sebagai berikut :
1) Hati yang lapang karena sudah dimudahkan dari kesulitan hidupQ.S. 94 : 1-8, Q.S.
2) Hati yang (banyak hal/berbagai macam isi) di dalamnya Q.S. 100 : 9-11
3) Hati yang dibisiki setan. Q.S. 114 : 5
4) Hati yang menjadi sempit menerima alkitab Q.S. 7 : 2
5) Hati yang dapat menghilangkan dendam karena beramal saleh Q.S. 7:43
6) Hati yang diketahui segala isinya oleh Allah Q.S. 35 : 38
7) Hati yang lapang karena sudah dimudahkan dari kesulitan hidupQ.S. 20 : 25-35
8) Hati yang disaat sempit membuat jadi sulit berbicara Q.S. 26 : 12-14
9) Hati yang isinya tidak dapat kita sembunyikan dihadapan Allah Q.S. 27 : 74-75, Q.S. 28 : 69, Q.S. 3:29
10) Hati yang dapat bererti fikiran/bayangan Q.S. 17 :51
11) Hati yang boleh diubati dengan pelajaran dari Allah Q.S. 10 : 57
12) Hati yang dapat berpaling dari kebenaran Q.S. 11 : 5
13) Hati yang sempit menolak sebagian wahyu karena tidak ada bukti berupa harta kekayaan atau malaikat Q.S. 11 : 12
14) Hati yang tanpa dendam dan bersaudara di surga Q.S. 15 : 47
15) Hati yang dapat menjadi sempit karena perkataan/hinaan orang lain Q.S. 15 : 97
16) Hati yang lapang memeluk Islam, Hati yang sempit tersesat dan sesak seolah-olah sedang mendaki ke gunung (kekurangan oksigen)Q.S. 6 : 125
17) Hati yang diketahui segala isinya oleh Allah Q.S. 39:7
18) Hati yang dibukakan Allah untuk menerima ajaran Islam Q.S. 39:22
19) Hati yang dapat diketahui penghianatannya lewat pandangan mataQ.S. 40 : 19
20) Hati yang menginginkan kebesaran (penghormatan) karena mempertikaikan ayat-ayat Allah Q.S. 40 : 56
21) Hati yang memiliki berbagai keperluan, termasuk kendaraan Q.S. 40:80
22) Hati yang diketahui segala isinya oleh Allah Q.S. 42:24
23) Hati yang boleh lapang dengan kekafiran Q.S. 16:106
24) Hati yang menyimpan rahasia perkataan, tapi Allah Mengetahuinya Q.S. 67 : 13
25) Hati yang di dalamnya menyimpan Al-Quran sebagai ayat-ayat yang nyata Q.S. 29:49
26) Hati yang mudah gentar dan suka berbantah-bantahan, dan Allah Mengetahui isi hati. Q.S. 8 : 41-43
27) Hati yang dapat diketahui tanda-tanda kebenciannya melalui ucapan Q.S. 3 : 118
28) Hati yang boleh marah dan benci. Q.S. 3 : 119
29) Hati yang diuji agar Qalbu dibersihkan. Q.S. 3 153-154
30) Hati yang boleh berkeberatan/protes. Q.S. 4 : 88-90
31) Hati yang ada keselarasan dengan proses terjadinya siang dan malam Q.S. 57:6
32) Hati yang menaruh keinginan-keinginan. Q.S. 59:9
33) Hati yang dapat ditakuti oleh manusia yang tidak takut kepada Allah. Q.S. 59 : 11-13
34) Hati yang di dalamnya ada Qalbu. Q.S. 22 : 45-46
35) Hati yang lega mendapatkan pertolongan Allah Q.S. 9 : 14
Sehingga, jika kita lihat dari ke-16 maklumat yang berhasil dikumpulkan, maka Shadr itu banyak berkaitan dengan fikiran dan perasaan yang sifatnya keduniaan, apalagi jika telah dibisikan oleh syaitan, maka keserakahannya kepada dunia kian menjadi-jadi.
Sehingga jika dihadirkan ujian atau pun perintah-perintah dari Allah, Shadr boleh menjadi lapang (ikhlas) atau sempit (sombong). Dan, yang terpenting adalah bahawa Allah paling tahu isi Shadr. Dengan demikian dapat disimpulkan secara sederhana bahwa prilaku Shadr ialah Mudah terbuka dan Wawasan
KENALI BERBAGAI ASPEK FU’AD
1 Berasal dari kata faidah yang bererti manafaat
2 Fu’ad mendapat manafaat dari melihat, sedangkan hati senang dalam pengetahuan. Sepanjang fu’ad tidak dapat melihat maka hati tidak dapat menggunakan pengetahuannya.
3 Fu’ad adalah tempat ru’yah (melihat) dan bagi hati adalah pengetahuan. Jika pengetahuan dan ru’yah disatukan, sesuatu yang tidak terlihat menjadi sesuatu yang dapat diketahui dan seseoarng hamba menjadi yakin dalam kepercayaanya melalui pengetahuan ru’yah (musyahadah) dan kenyataan akan ru’yah keimanan
4 Fu’ad sebagai tempat ru’yah (melihat) dan dengan ru’yah pula seseorang boleh melihat hal-hal yang ghaib dengan jelas melalui penglihatan hati bukan mata lahir.
5 Perbezaan antara Nur shadari dan Nur hati terletak pada ada tidaknya sekatan yang membatasinya. Bagi Nur Shadari ada batasnya, sedangkan nur hati tidak ada batasnya, sekali pun orang tersebut telah meninggal dunia, nurnya tetap memancar.
6 Fu’ad merupkan tempat makrifat dan rahsia-rahsia serta alat penglihatan batin
7 Setiap kali seseorang mendapat sesuatu manafaat, maka yangpertama kali marasakan manafaatnya adalah fu’ad, lalu qalb.
8 Fu’ad terletak di tengah-tengah qalbu, sedangkan qalbu berada di tengah-tengah shadr.
9 Fu’ad merupakan kemampuan qalbu yang berkaitan dengan pencaindera, mengolah maklumat yang sering dilambangkan berada di dalam otak manusia.
10 Fu’ad mempunyai tanggunjawab pengetahuan yang jujurkepada apa yang dilihatnya. Kemampuan ini cenderung dan selalu merujuk pada ketepatan, kejujuran dan jauh dari sikap bohong. Qalbu diberikan kemampuan berfikir iaitu hati dalam bentuk fu’ad.
11 Ia berkemampuan untuk mengolah, memilih dan memutuskan segala maklumat yang dibaca oleh sentuhan pancaindera.
12 Fu’ad memberi ruang untuk akal, berfikir, bertafakkur, memilih dan mengolah seluruh maklumat yang masuk dalam qalbu manusia. Sehingga lahirlah ilmu pengetahuan yang mempunyai budi pekerti
13 Kandungan kemampuan fu’ad adalah sebagai berikut:
1 Akal: melihat yang nampak, kenyataan, penglihatan
2 Zikir : merasakan, hakikat, penghayatan
3 Fikir : menganalisa yang tidak nampak, filsafat, perenungan (sam’a)
MENGENALI FU’AD
Fu’ad, sebagai hati terdalam, diduga sebagai tempat bersemayamnya ruh suci dari Allah. Itu sebabnya “suara hati” itu diduga berasal dari Fu’ad. Maka jikalau Baitullahnya bumi itu berada di kota Makkah, maka Manusia yang beriman itu Baitullahnya berada di “kota” Fu’ad.
Namun demikian, jika manusia itu tidak beriman, maka tidak akan tahu dimana ruh suci dari Allah itu disemayamkan. Ataukah mungkin jika manusia itu tidak beriman maka akan mirip dengan keadaan zaman jahiliah dahulu , dimana di sekitar Ka’bah (Baitullah) bersusun-susun berhala-berhala yang dilarang
Jika diperhatikan maklumat yang ada pada Al-Quran yang suci, maka Fu’ad dapat didefinisikan sebagai berikut, perhatikanlah :
1) Hati yang tidak mendustakan Q.S. 53:11
2) Hati yang dibakar di neraka Huthomah Q.S. 104 : 5-7
3) Hati yang semakin kuat ketika dibacakan Al-Quran Q.S. 25 : 32
4) Hati yang boleh menjadi Kosong (frustasi) Q.S. 28 : 10
5) Hati yang dimintai pertanggungjawaban Q.S. 17 : 36
6) Hati yang semakin teguh dengan kisah-kasah dari Rasul Q.S. 11:120
7) Hati yang dipalingkan oleh Allah sehingga sesat Q.S. 6 : 110
8) Hati yang tidak beriman Q.S. 6:113
9) Hati yang bekerja bersama Pendengaran dan Penglihatan Q.S. 46 : 26
10) Hati yang membuat kita menjadi berilmu dan harus kita syukuri Q.S. 16 : 78
11) Hati yang mencintai/cenderung kepada sebagian manusia Q.S. 14:37
12) Hati yang boleh kosong (melamun/mata tak berkedip) Q.S. 14:43
13) Hati yang diaktifkan setelah hadirnya Ruh (pendengaran, penglihatan, dan Fuad) Q.S.32 : 9
Dengan demikian, Fu’ad adalah jenis hati yang pertama kali aktif dan juga yang terakhir kali bertanggungjawab giat kerjanya selama di bumi kepada Allah SWT. Fu’ad adalah watak, memberikan dorongan (misal : cinta) kepada tempat yang kosong. Jika Fu’adnya bercahaya maka insya Allah akan membuat jasad kita bersih dari penyakit fizikal, dan qalbu kita lebih mudah bersih dari penyakit hati. Dengan demikian dapat disimpulkan secara sederhana bahawa watak laku Fu’ad Sangat tertutup dan Rahsia, ia sangat menentukan menjadi Watak Asli.
KENALI BERBAGAI ASPEK LUBB
1 Lubb terdiri dari huruf lam dan huruf ba’. Huruf lam dari kata Al Luthfu. Begitu pula huruf ba’ yang ditasydidkan. Pada hakikatnya huruf ba’ itu dua macam: iaitu huruf ba’ dari kata Al Birru (kebaikan) pada awalnya dan huruf ba , dari kata Al Baqa (kekekalan), juga ba’ dari kata Al barakah (keberkahan)
2 Lubb bererti inti atau relung kesedaran.
3 Lubb adalah tempat tersembunyi pengetahuan tentang Allahyang terlindung dari orang-orang yang terikat dengan dunia, sedangkan istilah Lubb Al Lubb adalah sumber cahaya Ilahi yang terkandung dalam inti dari inti itu sendiri.
4 At Tirmizi melihat perbezaan antara Al Lubb dan Aql walaupun ia bersamaan erti dalam bahasa arab. Seperti halnya, ada perbezaan antara cahaya matahari dan cahaya lampu,meskipun kedua-duanya lampu.
Beliau menambah. Perbezaan antara Lubb dan Aql adalah di saat bila kaitkan dengan ilmu pengetahuan, dengan melihat perbezaaan antara ilmu fekah dan ilmu agama. Bagi beliau, ilmu fekah dari orang yang berilmu berada di dalam dada dan cahayannya berkemabang dengan belajar dan mengamalkannya.
Sebaliknya Pemahaman agama atau ilmu agama merupakan cahaya yang Allah SWT suluh ke dalam hati para hambaNya yang beriman.
Beliau menjelaskan lagi, bahawa Lubb dapat diibaratkan gunung besar dan tempat paling damai, serta kutub yang tidak pernah gelongsor dan bergerak.
5 Al Lubb dalam hati ibarat cahaya di dalam mata atau lampu, juga bagaikan minyak yang tersimpan di dalam biji buah-buahan.Keberadaan Lubb berada di luar jangkauan, namun dia memelihara dan mewarnai di dalamnya serta memberikan bentuk terhadap semuanya.
6 Tingkatan keempat batin manusia sesudah Shadr, Qalb dan Fu’ad.
LUBB (AKAL ATAS/AKAL HATI)
Akal jenis ini disebut Lubb. terletak di dalam inti qalb yang telah dimurnikan dari segala keburukan dan dosa… sebagaimana fungsi akal bawah atau akal fikiran yang terletak pada jasad manusia, yang berfungsi untuk mengenali dan memahami urusan dunia, urusan yang timbul secara nyata, urusan yang sifatnya keduniaaan,
Maka lubb atau akal atas memiliki fungsi yang lebih luhur lagi, karena dia terletak di dalam inti qalb atau nurani manusia, maka dia memiliki kesanggupan untuk dapat mengenal berbagai aspek yang ghaib, aspek ketuhanan, aspek hakikat agama, aspek yang tidak nyata dan aspek agama lainnya…
Seorang manusia yang hatinya masih dibaluti oleh hawa nafsu dan syahwat, maka dia akan merasa sangat sukar untuk dapat menggunakan aspek lubb nya, karena sang hawa nafsu dan syahwatnya cenderung untuk mempengaruhi diri.. berfikir hanya untuk kepentingan dunia semata.
Sementara seorang yang diberi rahmat oleh Allah sehingga jiwa muthmainnahnya pulih semula dan mampu mempengaruhi hawa nafsu dan syahwatnya, maka hadirlah dalam lubb-nya ini Al Haq.
Orang seperti inilah yang dalam Al Qur’an disebut Ulil Albab.
Sesungguhnya yang dimaksudkan dengan Al-Ulama, orang-orang yang berilmu, dalam Al Qur’an atau hadis-hadis Rasulullah SAW adalah orang-orang telah hadir Al Haq dalam lubb-nya.
Sebagaimana terdapat dalam Firman-firman Allah SWT:
Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya, hanyalah Al-Ulama. ( QS. 35:28 )
Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali Al-Alimun (yang berpengetahuan). (QS. 29:43)
Sebenarnya, dia itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu.Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim. (QS. 29:49)
Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, (QS. 58:11)
Al-Ulama itu adalah pewaris dari Nabi-Nabi … Isi langit dan isi bumi meminta ampun untuk Al-Alim (yang berpengetahuan). (HR. Abu Dawud, Ath Turmudzi dari Abi Darda)
Kelebihan Al Alim dari seorang abid, seperti kelebihanku dari orang yang paling rendah dari shahabatku (HR Tirmidzi dari Abi Amamah)
PERILAKU MANUSIA
Perilaku manusia adalah merupakan keputusan yang diambil untuk merepsons segala sesuatu yang dilihatnya.. Keputusan ini terjadi setelah terjadi hubungan antara akal otak (akal) dan akal hati (lubb) nya. ini apabila lubb nya memang sudah bekerja… berfungsi karena kejernihan hatinya dari dosa… tapi bila tidak, maka yang bekerja secara leluasa adalah akal fikiran luarnya… dunianya, baik-buruk hanya ditimbang apa yang nampak pada lahiriyah…
Namun, apabila dalam lubb seorang telah tumbuh Al Haq, maka keputusan tindakannya adalah kesepakatan antara akal dan Al Haq-nya. Sementara Al Haq adalah sebagai petunjuk, hidayah, dan penganugerahan ilmu Allah. Dengan demikian seorang yang telah tumbuh Al Haq dalam dirinya, akan dibimbing Allah untuk mengambil sebuah keputusan.
Firman Allah SWT:
Al Haq itu adalah dari Rabb-mu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu. (QS. 2:147)
“Maka yang benar dan hanya kebenaran itulah yang Kukatakan”. (QS. 38:84)
Allah menganugerahkan akal dalam atau lubb atau akal jiwa, sebagai mata yang ada dalam jiwa yang itu digunakan untuk memahami urusan disebalik dunia ini. Urusan agama atau sesuatu yang menyangkut makna hidup, kenal diri, makrifat kepada Allah hanya boleh dicerna dengan dua mata dalam jiwa itu sendiri.
Indah sekali ungkapan Rasulullah menjelaskan tentang hal ini:
”Tak seorang pun manusia, kecuali memiliki empat mata; dua di kepalanya yang dengannya ia melihat ihwal dunianya, dan dua di hatinya, yang dengannya ia melihat ihwal agamanya” (HR Abu Mansur Ad-Dailami)
Dalam penjelasan lebih jauh lagi, Imam Al-Ghazali menghuraikan dunia Qalbu atau hati ini dengan huraiannya yang sangat halus:
”Setiap sesuatu yang dapat kamu tangkap dengan penglihatan mata kasar, maka ia adalah bahagian dari dunia yang dikenal dengan alam syahadah. Sementara hati bukan termasuk dalam dunia ini, melainkan dunia metafisik, dan kedudukannya di dunia ini sebagai sesuatu yang asing. Potongan daging tersebut tersusun dari beberapa unsur, dimana setiap anggota tubuh adalah pasukan-pasukannya, sementara ia sendiri sebagai raja. Ia mempunyai sifat mengenal Allah dan menyaksikan indahnya kehadiran-Nya, ia dikenakan beban kewajiban dan perintah lainnya, ia juga akan mendapatkan pahala dan siksa, mengalami kebahagiaan dan kecelakaan, dan akan selalu diikuti oleh apa yang dinamakan dengan ruh kebinatanagan (ar-ruuh al-hayawaani).
Mengenal hakikat dan sifatnya merupakan kunci untuk mengenal Allah Swt. Dengan demikian, kamu harus berusaha untuk mengenalinya, karena ia merupakan sesuatu perkara mulia yang berasal dari kejadian malaikat, dan kejadian ini berasal dari hadirat Ilahiyah. Dari tempat ini ia datang dan ke tempat ini pula ia kembali.
KENALI BERBAGAI ASPEK SIRR
1 As Sirr ertinya rahsia atau misteri
2 Sebagai pusat kerohanian, akal yang secara perlambangan bertempat di dalam hati, di dalam pusat inilah apa yang dikatakan oleh kalangan ahli hakikat sebagai tempat terjadinya penyatuan dengan Tuhan
3 Ia merupakan hal halus dan lembut (lathifah) dari rahmat Allah
4 Merupakan relung kesedaran paling dalam, tempat hubungan rahsia antara Tuhan (Rabb) dan hambaNya (abd)
5 Inilah tempat paling tersembunyi , di mana Allah memperlihatkan rahsia-rahsiaNya kepada diriNya sendiri
6 Merupakan organ penglihatan ruhani, tumpuan makrifat(pengetahuan Ilahi)
7 Kelembutan As Sirr (Lathifah Al Asrar) lebih lembut, lebih halus jika dibandingkan dengan roh, dan asrar inidianugerahkan Allah kepada mereka yang bebas dari ikatan segala sesuatu selain Allah.
"AKU” : PANDANGAN AHLI SUFI (SIRI 2)
Penjelasan ke-19 (AKU HANYA BONEKA)
AKU ini pada hakikatnya adalah boneka yang dilakonkan oleh Dalang (iaitu Allah). AKU ini dari satu ibarat lagi ialah keris yang dihunus oleh pendekar. AKU tidak berdaya upaya, gerak dan diam AKU adalah digerakkan dan didiamkan oleh Allah. Adanya AKU adalah limpahan dari adanya Allah.
Allah itu hakiki. AKU itu majazi atau relatif sahaja. Kalau difaham dan diselidiki secara mendalam, akan terasa bahawa yang ghaib dan yang zahir dan yang awal dan yang akhir adalah Allah sahaja.
Pendeknya pada pandangan orang yang sangat hampir dengan Allah, alam dan dirinya lenyap sama sekali dan tinggallah Allah semata-mata. Ini dipandang oleh ROH yang bersih dan suci dan mentauhidkan diri kepada Allah semata-mata.
Penjelasan ke-20 (AKU TAJALLI ALLAH)
AKU yang hakiki itu adalah nurullah (cahaya Allah) kerana dengan ROH, Allah kelihatan. Sesuatu yang menampakkan sesuatu yang lain adalah cahaya. Tanpa cahaya gelap gelitalah segala-galanya.
AKU juga ayatollah (tanda-tanda Allah) kerana ROH itu tanda-tandanya adanya Allah.
AKU juga digelar Rohullah kerana ROH itu adalah hembusan dari Roh Allah. Itulah AKU yang hakiki.
AKU dan alam semesta adalah penzahiran atau tajalli Allah. AKU ini adalah alam kecil kerana semua perkara yang ada dalam alam besar ini ada salinannya atau penzahirannya dalam alam kecil.
Alam semesta ini juga digelar Insan Kabir (manusia besar) kerana semua yang ada dalam alam kecil ini ada kenyataannya dalam alam besar.
Insan Saghir (manusia kecil) ini adalah dir i(ROH) manusia itu dan Insan Kabir itu adalah alam semesta raya yang ghaib dan yang nyata. Alam kecil adalah Insan Saghir iaitu Manusia dan Alam Besar adalah Insan Besar iaitu Alam Semesta Raya.
Demikian pendapat Falsafah Kesufian.
Penjelasan ke-21 (AKU ITU HIDUP)
Dalam alam dunia ini kita katakan si anu itu orang Bandar dan si anu itu orang kampung ataupun si anu itu berada di pejabat atau berada di rumah. Semua itu menunjukkan tempat dalam alam nyata ini. Tetapi bagi ROH itu semua tidak ada. Ia bebas dari tempat atau arah atau masa atau waktu.
ROH itu hidup. Ia tidak tertakluk kepada alam nyata atau alam kebendaan. ROH itu hidup dengan limpahan Yang Maha Hidup. Demikianlah AKU.
Penjelasan ke-22 (AKU BESERTA ALLAH)
AKU memang berserta dengan Allah, sejak dari dahulu hingga akan datang atau sejak awal hingga akhir. Tidak pernah bercerai dan berpisah dengan Yang Maha Aku (iaitu Allah). Sejak dari dalam ilmu Allah hingga sampai ke alam akhirat yang tidak ada hujungnya, AKU tetap bersama Allah.
AKU tidak keluar dan tidak masuk dalam lengkungan Allah. AKU itu memang berada dalam lengkungan Allah sahaja. Kalau Allah itu diibaratkan sebagai lautan, maka AKU itu ikannya. Ikan itu sentiasa dalam lautan dan tidak akan hidup tanpa air lautan itu.
‘Masuk’ dan ‘Keluar’, ‘berpisah’ dan ‘bersatu’, tidak termasuk dalam kamus AKU. AKU bukan seperti badan kasar yang tertakluk kepada ruang dan zaman.
AKU menyerahkan dirinya dan nasibnya kepada Yang Maha AKU. Cukuplah Dia mengawal dan memelihara AKU. AKU tidak perlu pada yang lain lagi. Tidak perlu pertolongan dari ghairullah (selain Allah), bahkan tidak ada ghairullah pada pandangannya. Cukup Allah bagi AKU.
Penjelasan ke-23 (AKU SEBENARNYA DHAIF)
AKU bodoh. Dialah yang mencerdikkan AKU. AKU lemah Dialah yang menguatkan AKU. AKU tidak tahu, Dialah yang memberiku tahu. AKU papa kedana, Dialah yang memperkayakan AKU.
AKU bertanya, memohon, berharap kepadaNya sahaja. Seolah-olah AKU dan DIA berpadu dan bersatu di mana dan bila sahaja. Dan DIA ada dalam kesadaran AKU.
Renunglah ke dalam AKU. Dia berada dalam kesadaran AKU. Maha Halus dan Maha Seni. AKU terdengar bisikanNya. Dalam waktu sunyi sepi, paling baik mendengar bisikan hati nurani. Tanpa huruf, tanpa suara, tetapi AKU faham segala-galanya.
AKU kenal Dia dalam kesadaran batinku kerana AKU berhubung dengan Dia tanpa menyekutukanNya. Inilah satu hasil zikrullah.
Penjelasan ke-24 (WUJUD AKU)
AKU wujud dalam lautan Yang Maha Wujud. AKU sentiasa berada dalam lautan itu. Dalam lautan itulah AKU bermastautin. Itulah lautan wujud.
Penjelasan ke-25 (AKU MEMANG ADA KESEDARAN)
AKU memang ada kesadaran, limpahan Yang Maha Sedar (iaitu Allah SWT). Kesadaran AKU meliputi alam nyata dan alam ghaib, alam dunia dan alam akhirat. AKU sedar semua itu. Semua perkara itu ada ilmuku. Allah ada dalam kesedaran AKU. Begitu juga makhluk ada dalam kesedaran AKU. Segala yang ada dalam kesedaran AKU itulah ilmu AKU. Syurga, neraka, malaikat dan iblis ada dalam kesedaran AKU. Semua yang ada dalam ilmu atau kesedaran AKU itu adalah penzahiran Allah dalam kesedaran dan ilmu AKU.
Penjelasan ke-26 (AKU SENTIASA CINTA DIA)
AKU sentiasa cinta kepada DIA (Allah). Tidak mahu berpisah dan berjauhan dengan DIA. AKU sentiasa ingatkan DIA. Terasa azab jika tidak mengingatiNya. Puja dan puji hanya untuk DIA belaka. Perasaan cinta ini tidak akan ada pada AKU jika tidak dengan anugerahNya juga. Alangkah kerdilnya AKU berada dalam majlis DIA.
Penjelasan ke-27 (AKU TIDAK MEMILIKI APA-APA)
Dari pandangan ROH atau AKU yang hakiki, AKU tidak memiliki apa-apa tetapi ia dimiliki oleh Yang Maha Kaya (iaitu Allah).
AKU dijasadkan untuk menjalani hidup di dunia fana ini. AKU juga diberi nafsu. Kalau AKU ditakluki oleh jasad dan nafsu, maka binasalah AKU itu, tetapi jika AKU yang menkluki jasad dan nafsu, maka selamatlah AKU itu.
AKU membawa kita menuju Allah dan menyedari hakikat dirinya dan Tuhannya. Nafsu serakah membawa kita jauh dari Allah dan lupa akan hakikat diri kita. Lantaran itu hanyutlah ia dalam larutan kelupaan dan kesesatan dan akhirnya ia akan menyesal setelah ia meninggalkan badannya. Setelah ROH berpisah dari badan, maka sedarlah AKU itu kembali akan keadaan dirinya yang sebenar.
Penjelasan ke-28 (AKU PALING MULIA PADA KENYATAANNYA)
Badan kita ini amat kerdil, ibarat sebutir pasir di padang gurun, setitik air di lautan luas, sebiji bintang di cekrawala, melukut di tepi gantang, masuk tidak bertambah dan keluar tidak mengurang. Betapa kecil dan kerdilnya badan kita. Itulah wajah zahir AKU.
Tetapi kalau kita renung ke wajah batin kita, dia paling mulia, paling tinggi martabatnya, mengatasi segala makhluk dan malaikat. AKU itu suci dan wangi, sangat hampir dengan Ilahi. Dialah cahaya Allah, Dialah ayat-ayat Allah, Dialah ROH Allah, Dialah bayangan dan penzahiran Allah.
AKU yang hakiki itu sangat mulia, tiada tertanding oleh sekalian makhluk. Dia bertasbih setiap ketika, memandang Allah dengan kasihnya, rindu dendam tiada terkira. Itulah AKU yang sebenarnya.
Penjelasan ke-29 (CARA MENGENAL AKU)
Berbagai-bagai cara orang hendak mengenal dirinya atau AKUnya. Ada yang melalui meditasi, pertapaan, mengosongkan fikiran, latihan jiwa yang menyiksakan badan dan sebagainya. Tetapi bagi orang-orang Sufi ialah dengan Zikrullah yang diajar oleh guru-guru Sufi yang pakar dan pembimbing rohani yang mursyid. Dengan berzikir dan melalui bimbingan Syeikh Mursyid sampailah seseorang itu pada tahap mengenal dirinya atau AKUnya.
Orang-orang Sufi ada menjelaskan bahawa “Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka akan kenallah ia akan Tuhannya”. Ini bukan bermakna DIA jadi Tuhan. Apabila seseorang itu kenal gambar, maka kenallah ia akan orang yang digambarkan. Apabila seseorang kenal akan bayang dalam cermin, maka kenallah ia orang yang punya bayang. Fahamkanlah!
Penjelasan ke-30 (PENGEMBARAAN AKU)
Orang yang memasuki jalan kesufian (Tareqat Sufi) adalah sebenarnya memasuki pengembaraan iaitu pengembaraan AKUnya menuju Allah SWT. Pengembaraan ini bukan dari tempat ke tempat atau dari masa ke masa, tetapi pengembaraan ini adalah pengembaraan dalam kesadaran AKU, beredar dalam pengalaman kerohanian atau kejiwaan. Hanya jiwa yang merasainya, tidak kelihatan oleh mata kasar.
Tetapi setelah sampai ke tempat dituju iaitu kesadaran bahawa AKU ini fana dalam Allah dan Baqa (kekal) denganNya, barulah AKU itu sedar bahawa pengembaraan itu hanya dari tidak sedar kepada sedar. Sedar betapa AKU memang berada di destinasi sejak awal hingga akhir. Apakah destinasi itu? Itulah kesadaran dan pengenalan tentang Allah atau dalam istilah kesufian digelar MA’RIFAT.
Pada hakikatnya AKU itu memang berada ‘dalam’ Allah dan ‘kekal’ dengan Allah sejak awal lagi, dulu, sekarang, dan akan datang. AKU memang bersama dan ‘berpadu’ dengan Tuhannya. AKU itu memang diliputi oleh lautan Wujud Ketuhanan.
Penjelasan ke-31 (AKU TIDAK PEDULI)
Dalam peringkat AKU yang hakiki, ia tidak peduli orang yag mengeji kerana keji itu tidak akan merendahkan martabatnya. Ia juga tidak peduli orang yang memuji kerana pujian itu tidak akan meninggikan martabatnya. AKU tidak sakit hati dengan kejian dan tidak bangga dengan pujian. Semua itu tidak apa-apa bagi AKU. Keji dan puji tidak menjejaskan martabatnya sedikit jua.
‘Yang apa-apa’ bagi AKU hanya Allah kerana Dialah tempat AKU kembali, tempat AKU mengadu, tempat menyerahkan diri, tempat perlindungan, tempat pembelaan dari apa jua angkara, dari jin dan manusia, dari dunia dan apa saja. Cukuplah Allah bagi AKU.
Penjelasan ke-32 (KESEDARAN AKU)
Dalam kesadaran AKU, semua makhluk ini dan diri AKU juga adalah semata-mata ayatollah (tanda-tanda Allah). Tanda-tanda adanya Allah, tanda-tanda kesempurnaanNya, keagunganNya dan keindahanNya.
Apabila dilihat tanda, tergambarlah yang tanda. Apabila dilihat gambar, terbayanglah yang digambar. Apabila dilihat daun yang bergoyang, nampaklah angin yang bertiup. Apabila nampak bayang, nampaklah yang empunya bayang. AKU dan alam semesta raya ini adalah ayat-ayat Allah belaka.
Penjelasan ke-33 (PENYERAHAN AKU)
AKU yang hakiki percaya dan menyerah diri kepada Yang Maha AKU (iaitu Allah) sahaja tanpa sangsi dan ragu-ragu. AKU memfanakan diri dalam Yang Maha AKU. Terasa oleh AKU betapa kasihnya Yang Maha AKU kepadanya. Tidak terhingga kasih sayangnya kepada AKU, melebihi kasih sayang ibu kepada anaknya. Yang Maha AKU cinta dan kasih sayang kepada AKU. Percayalah!
Penjelasan ke-34 (AKU JUGA ADA KALA SANGSI)
Adakalanya AKU itu sangsi dan ragu atau perasaan tidak menentu terhadap kasih sayang Yang Maha Penyayang. Mungkin syaitan membisik kedalam kalbu supaya ragu-ragu dan tidak percaya dengan kasih sayang Yang Maha Pengasih.
Oleh yang demikian, AKU sentiasa memohon perlindungan Allah dari bisikan syaitan. Setiap saat AKU berjuang melawan bisikan syaitan itu dan mengharapkan bantuan dari Yang Maha Gagah (iaitu Allah).
Penjelasan ke-35 (PENYERAHAN BULAT AKU PADA ALLAH)
AKU sentiasa menyerahkan diri kepada Allah SWT. Penyerahannya bulat dan padu. Ia menyerahkan dirinya kepada Allah ibarat bayi menyerahkan dirinya kepada ibunya, ibarat mayat menyerahkan dirinya kepada pemandi mayat, ibarat ombak memfanakan atau melenyapkan dirinya kedalam lautan. Bahkan lebih dari itu lagi. Tidak dapat digambarkan lagi.
Penjelasan ke-36 (ASAL AKU)
AKU sebenarnya berasal dari tempat yang tinggi dan mulia iaitu di hadrat Allah SWT. Kemudian datang sebentar ke alam bumi dan jasadkan dengan badan jasmani untuk tempoh yang ditentukan seolah-olah merantau sebentar di alam bumi ini.
Apabila sudah cukup tempoh berada di perantauan, AKU pun kembali pulang menuju ke tempat asal. Ibarat perantau kembali ke kampung halaman. Tidaklah terkira hati berasa nyaman.
Tetapi jika diperdalam renung dan kaji, AKU tetap berada di tempat sendiri. Bukan dari mana dan ke mana pergi. Bila dan di mana juga pun AKU di tempat sendiri juga.
AKU datang dari Ilahi, tidak bercerai walaupun seinci dan sesaat. AKU tetap bersama setiap masa dengan Allah SWT. Dulu AKU bersama denganNya, sekarang pun bersama denganNya, akan datang pun bersama denganNya. Sentiasa AKU bersama dengan Allah SWT.
AKU itu tetap. AKU juga, bersama Allah sentiasa. Hanya alam-alam yang ditempuh saja berbeza , dari satu alam ke satu alam yang lain.. AKU sentiasa kekal dengan Allah, walaupun di alam manapun berada.
Penjelasan ke-37 (AKU TIDAK KAGUM)
AKU tidak kagum dengan kemajuan manusia. Tidak kagum dengan kemajuan sains dan teknologi, kemajuan peniagaan dan perindustrian. Bahkan AKU tidak hairan dengan segala urusan keduniaan.
Yang dihairankan oleh AKU ialah Allah Yang Maha Bijaksana yang melimpahkan segala ilham kemajuan itu. Sebenarnya Dialah yang maju dan Dialah yang bijaksana. Dia yang memiliki segala ilham. Sumber ilham kemajuan itu dari Yang Memiliki Ilham itu sendiri iaitu Allah SWT.
Penjelasan ke-38 (ASAL AKU)
AKU itu diri. Diri manusia itu banyak tetapi berasal dari Diri Yang Satu. Diri itu ROH. ROH itu banyak tetapi berasal dari Satu ROH iaitu AL ROH
Al Roh itu digelar oleh orang-orang Sufi sebagai Haqiqatul Muhammadiyah atau juga digelar Insan Kamil atau Insan Kabir. AL ROH itu juga digelar Al Roh Ul Kulliyah (roh semesta). Dari ROH Semesta inilah dizahirkan ROH-ROH yang pelbagai dan banyak itu. Allah zahirkan AL Roh dan dari Al Roh dizahirkan sekelian ROH. ROH individu atau ROH perseorangan itu pancaran dari Al Roh dan Al Roh pula terbit dari Allah SWT.
Demikian pandangan falsafah kerohanian sebahagian orang Sufi.
Penjelasan ke-39 (AKU SEBENARNYA SEADANYA)
AKU tidak megah dengan harta benda, wang ringgit, pangkat darjat, anak pinak, sanak saudara yang banyak dan segala ghairullah (selain Allah).
AKU tidak iri hati dengan orang kaya. Ia tidak dengki dengan orang-orang berpangkat tinggi. Pada pandangan AKU segala harta benda, wang ringgit, pangkat, saudara mara, anak pinak dan sebagainya itu adalah milik Allah yang dianugerahkanNya kepada sesiapa saja yang dikehendakiNya. Dia yang menentukan siapa yang patut diberi harta banyak dan siapa yang patut diberiNya harta yang sedikit. Semua itu Allah yang menentukan. KetentuanNya tidak dapat disanggah dan dipertikaikan. Kenapa AKU mesti dengki dan iri hati dengan ketentuanNya. Dia yang AKU puji dan puja tentulah AKU redha dengan ketentuanNya.
Penjelasan ke-40 (AKU TIDAK HAIRAN KEDUNIAAN)
AKU tidak merasa hina kalau miskin papa atau buruk paras badan, atau tidak berpangkat atau tidak banyak kawan atau tiada intan berlian. Semua itu berkaitan dengan keduniaan dan kebendaan, tidak bersangkut paut dengan AKU yang bersifat kerohanian.
AKU hina jika kufur dengan Allah. AKU hina jika jauh dengan Dia, jika tidak beriman dan tidak bertakwa, itulah kehinaan pada AKU yang sebenar.
Penjelasan ke- 41 (MATLAMAT AKU)
Matlamat AKU ialah ALLAH. Yang diharapnya ialah keredhaan Allah. Yang dimintanya ialah keampunan Allah. Pada pandangan AKU kehidupan akhirat itulah yang utama. Kembali ke hadrat Allah itulah yang diidamkannya.
AKU tidak takut mati (berpisah nyawa dari badan) kerana ‘mati’ sebenarnya berpindah alam, dari alam dunia ke alam barzakh. AKU tetap AKU juga. Walaupun badan hancur tetapi AKU tidak hancur. AKU akan kembali sedar kerana hijab-hijab (tirai-tirai) jasad atau badan telah hilang.
Penjelasan ke- 42 (AKU TETAP KAYA JIWA)
Walaupun dari segi kehidupan dunia ini seseorang itu papa, tetapi kalau jiwanya kenal diri dan Tuhannya, ia tetap kaya. Kaya pada perasaannya. Walaupun susah kehidupan dunianya, AKUnya tetap berasa senang. Walaupun badannya lemah, AKUnya tetap berasa kuat. Walaupun ia kesunyian tanpa rakan, namun ia tetap berasa ramai.
AKU yang telah ‘menyerap’ dalam Yang Maha AKU, atau jiwa yang ‘menyerap’ dalam Jiwa Semesta atau perasaan yang ‘menyerap’ dalam Perasaan Sejagat Raya, atau diri yang ‘menyerap’ dalam Diri Semesta Raya, tidak akan merasa lemah, tidak akan merasa susah, tidak akan merasa teruk, dan tidak akan merasa duka, dan tidak akan merasa sunyi.
Penjelasan ke- 43 (AKU TIDAK MEMILIK SIFAT TERCELA)
AKU tidak megah dan tidak bangga. Orang yang telah kenal AKUnya tidak memiliki sifat-sifat yang tercela seperti takabbur, bongkak, sombong, kikir, dengki, khianat, takut kepada ghairullah, mengumpat, mengeji dan sebagainya.
Sifat-sifat tercela itu tidak perlu baginya. Segala sifat tercela itu sendirinya hilang dan diganti dengan sifat-sifat terpuji.
Apakah yang hendak dimegahkan, dikhuatirkan, ditakutkan, dan sebagainya kerana AKU itu sebenarnya tiada apa-apa. AKU itu kosong belaka. Yang ada hanya Allah pada hakikatnya. Allah memiliki segala-galanya. Dia yang patut dipuji dan dipuja.
Penjelasan ke- 44 (AKU BERILMU)
AKU itu berilmu. Ilmunya adalah limpahan ilmu Allah. Ilmu itu meliputi yang diketahui. Apa yang diketahui itu adalah kandungan ilmu. Oleh itu AKU, ilmunya dan yang diketahuinya adalah sebenarnya ‘bersatu’, ‘bersama’, dan tiada bercerai.
AKU itu tahu. Apa yang AKU tahu itulah kandungan ilmu AKU. Berbagai-bagai yang diketahui oleh AKU. Semua itu kandungan ilmu AKU. Semua itu tiada bercerai dari AKU.
Penjelasan ke- 45 (AKU TERTAKLUK KEPADA ALLAH)
AKU yang sebenarnya itu hanya tertakluk kepada Allah sahaja. Ia tidak dikuasai oleh sesiapa. Alam ini tertakluk kepada AKU. Makhluk itulah yang tunduk kepada AKU dengan perintah Allah Yang Maha Perintah.
AKU itu khalifah Allah atau wakil Allah yang mengurus makhluk dengan isiNya. Segala yang ada di langit dan di bumi semua untuk AKU. Kalau dunia ini ladang, AKU pengurusnya dan Allah yang empunya ladang itu.
Allah tidak perlu apa-apa. Hanya AKU yang memerlukan Dia. Hanya AKU yang mahukan dunia. Makhluk segala-galanya adalah untuk AKU (Insan). Semuanya kurniaan Tuhan AKU (Allah). Allah jadikan makhluk untuk AKU. Demikian mulianya AKU.
Penjelasan ke- 46 (AKU SUCI HAKIKATNYA)
AKU ini memang suci hakikatnya kerana Ia limpahan Nur Allah Yang Maha Suci. Yang mengotorkan AKU ini ialah syirik iaitu menyekutukan dengan apa dan siapa jua. Untuk membersihkan najis syirik itu dari hati ialah dengan Tauhid. Tauhid ibarat air yang menyucikan najis syirik dari hati. Jiwa yang bersih ialah jiwa yang tauhid.
Dengan Tauhid ini menjadikan jiwa seseorang itu berani, tawadhu’, sabar, kuat dan gagah kerana jiwa tauhid ini betul-betul mengesakan Allah dan menyerah bulat-bulat kepada Allah Yang Maha Agung.
Dengan berzikir hati akan jadi tenang dan damai, akan menimbulkan semangat tauhid dalam dalam penzikir itu.
Penjelasan ke- 47 (HUBUNGAN AKU DENGAN ALLAH)
Perhubungan AKU dengan Allah SWT iailah ibarat pehubungan matahari dengan cahayanya, ibarat ombak dengan laut, ibarat air dengan ais. Semua ini menunjukkan betapa hampirnya perasaan AKU itu dengan Khaliknya.
Satu ibarat lagi ialah pelukis dengan lukisan, pengukir dengan ukiran, pengarang dengan karangannya, pencipta dengan ciptaan. Ini adalah ibarat untuk menunjukkan bahawa AKU dengan alam semesta raya ini adalah tanda-tanda atau manisfestasi Wujud Yang Maha Esa itu.
Penjelasan ke- 48 (AKU MENGISBATKAN ALLAH)
AKU tetap mengisbatkan Allah dalam segala hal dan tindak tanduknya. Maksudnya AKU tetap nampak Allah di sebalik segala yang maujud (perkara yang ada) ini dan “nampak” perbuatan dan lakuan dan arah mana memandang disana “nampak” Allah.
Oleh kerana memandang yang sedemikian itu maka AKU akan berkata, ” Tiada maujud melainkan Allah”. Ini adalah kata-kata dari orang yang sudah “tenggelam” dalam lautan Ketuhanan yang berada dalam pandangan keruhanian semata-mata. Inilah orang-orang sufi yang telah mencapai maqam Fana Fillah (lenyap dalam Allah) dan seterusnya Baqa Billah (kekal dengan Allah).
Penjelasan ke- 49 (AKU TETAP MENAGUNGKAN ALLAH)
AKU sebenarnya hanya mengagungkan dan memuja Allah sahaja. Ia tidak mengagungkan apa-apa pun jua selain Allah. Pada pandangan AKU tidak ada yang kuat dan gagah melainkan Allah. Tidak ada yang bijaksana melainkan Allah. Tidak ada yang kaya melainkan Allah.
Semua kekayaan, kegagahan, kebijaksanaan, keindahan ghairullah adalah hanya limpahan kurnia Allah semata-mata. Oleh itu, AKU tetap dengan puji dan pujiannya terhadap Allah SWT sahaja.
Penjelasan ke- 50 (AKU PUNYA ILMU MELIPUTI)
AKU yang hakiki ini mempunyai ilmu. Ilmunya adalah limpahan dari ilmu Allah. Seluruh alam ini ada dalam ilmu AKU. Dalam ilmu AKU ada syurga, neraka, dunia, akhirat, malaikat, iblis bahkan seluruh ciptaan Allah. Semua ini ada dalam ilmu AKU kerana AKU tahu semua itu. Telah diberitahu melalui ayat-ayat Allah, yang tersurat dan tersirat, bahawa semua perkara tersebut ada dan AKU percaya dan ‘merasai’ adanya. Oleh itulah AKU ini mempunyai ilmu yang meliputi segala-galanya. Semua itu adalah limpahan kurnia Allah belaka.
Penjelasan ke- 51 (AKU INSAN SAGHIR)
Menurut Falsafah Kesufian, AKU itu adalah Insan Saghir yakni Manusia Kecil. Alam semesta raya yang ghaib dan yang nyata, adalah Insan kabir atau manusia besar. Insan Saghir itu adalah Alam Saghir iaitu Alam keil dan Insan Kabir itu adalah Alam besar.
Dikatakan sedemikian kerana hakikat-hakikat dalam Insan Kabir atau manusia besar itu ada dalam Insan Saghir. Idea-idea Insan Kabir itu ada terbayang dalam Insan Saghir atau Alam Kecil iaitu Manusia.
Alam Kabir itu pula mengandungi alam ruh, alam mithal dan alam jasmaniah atau alam fizikal. Alam-alam ini juga ada pada Insan Saghir atau manusia. Manusia terdiri dari unsure-unsur roh, mithal, badan sebagaimana Alam Besar ini terdiri juga dari unsur-unsur roh, mithal dan fizikal.
ROH itu nyawa atau jiwa atau ‘hidup’. Fizikal itu jisim atau badan. Mithal itu ialah antara roh dan badan yang digelar mental atau khayal atau minda.
Idea Alam Kabir ada dalam Alam Saghir (manusia). Hakikat Insan kabir (iaitu Alam Besar) ada dalam Insan Saghir iaitu Manusia. Unsur-unsur alam kabir itu ada juga pada Alam kecil atau manusia itu.
Maka dengan itulah dikatakan AKU itu bayangan atau salinan Alam Kabir. AKU juga adalah bayangan atau salinan Insan Kabir. Insan Kabir dan Alam Kabir adalah jua nama bagi satu entiti atau diri.
Demikian teori Falsafah Kesufian menurut pandangan sebahagian Ahli Sufi.
Penjelasan ke- 52 (UNSUR DIRI)
AKU itu diri. Diri insan terbahagi kepada tiga bahagian menurut pendapat sebahagian Ahli Sufi, iaitu bahagian jasmani, bahagian mithali dan bahagian ruhani.
Unsur ROH itu adalah diri yang sebenar. Itulah diri yang tidak akan ‘mati’ menurut istilah biasa. Diri ini berpindah alam sahaja dari satu alam ke satu alam yang lain. Diri inilah yang mulia dan menjadi ayat atau nur Allah. Kejadiannya mulia dan tinggi.
Unsur mithali adalah unsur antara jasmani dengan rohani. Ia adalah diri lapisan yang kedua. Ini termasuklah fikiran, minda dan tubuh halus yang bukan jasmani dan bukan pula roh yang sebenarnya. Diri inilah yang boleh mengembara dalam alam mimpi tatkala kita tidur.
Di lapisan yang ketiga iailah diri jasmani iaitu badan kasar kita yang terdiri dari empat unsur iaitu unsur air, unsur angin, unsur api dan unsur tanah. Diri ini memerlukan unsur-unsur yang empat itu untuk dapat hidup. Kehidupan hanya akan wujud setelah empat unsur itu tersedia.
Itulah tiga bahagian diri manusia. Walau bagaimanapun, unsur roh itulah yang paling penting. Roh itu hidup. Tanpa ‘hidup’ lapisan yang dua lagi tidak berfungsi. Dengan adannya ROH barulah diri kita boleh berfikir, berkomunikasi, makan, minum, bermain, bergerak dan sebagainya. Tanpa roh segalanya akan kaku, mati, dan tiada berguna lagi.
Penjelasan ke- 53 (DUA UNSUR DIRI)
Ada juga orang yang berpendapat Diri manusia itu terbahagi kepada dua unsur sahaja iaitu rohaniah dan jasmaniah. Unsur rohaniah termasuklah nyawa atau jiwa, dan juga fikiran, minda, khayalan, akal, dan seumpamanya. Semua ini berunsur rohaniah atau kejiwaan.
Yang berunsur kejasmanian atau kebadanan ini termasuklah anggota badan kasar seperti kepala, badan, kaki, tangan, telinga, mata, dan sebagainya yang terdiri dari unsur-unsur api, angina, tanah dan air.
Kedua-dua unsur kejiwaan dan kebadanan ini saling bertindak antara satu dengan yang lain, saling pengaruh mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Kalau seseorang itu hatinya susah, atau duka, perasaan ini boleh mempengaruhi jasmaninya seperti tidak lalu makan dan minum dan akibatnya badan jadi kurus dan tidak sihat. Sebaliknya pula kalau badan sakit, fikiran pun rungsing dan ini menyusahkan hati dan jiwa. Demikianlah adanya pengaruh mempengaruhi antara jasmani dan rohani.
Penjelasan ke- 54 (KENAL DIRI)
Setiap orang hendaklah seboleh-bolehnya kenal akan dirinya yang sebenar itu iaitu yang berunsur rohaniah atau kerohanian itu supaya ia tidak mensia-siakan hidupnya di dunia fana ini. Hidup kita bukan di dunia ini sahaja. Hidup kita akan berlanjutan hingga kekal abadi di akhirat yang tiada hujungnya. Disana nilai buruk atau baik bukan disukat dari segi kekayaan harta benda, banyaknya anak pinak, bukannya kurniaan bintang atau pingat atau pangkat yang diperolehi di dunia ini. Nilai baik dan buruk seseorang di sana bergantung kepada iman dan amal soleh seseorang itu.
Dengan kenalnya kita akan diri kita yang sebenar itu, kita tidak akan putus asa, tidak takut, tidak bimbang dalam melayari bahtera hidup kita ini. Ini kerana kita tahu diri kita adalah kekasih Allah. Takkanlah orang yang mengasihi seseorang itu akan menganiayai kekasihnya. Sebenarnya Allah kasih akan diri kita lebih dari ibu mengasihi anak kesayangannya. Ia Maha Kasih Sayang terhadap hamba-hambanya.
Dengan mengenal diri kita, tidaklah kita takabur, sombong, bongkak, dengki, iri hati, khianat kerana kita tahu siapa diri kita sebenarnya. Dinisbahkan dengan Allah SWT, kita tiada apa-apa, hanya ayat-ayatNya sahaja. Jika dinisbahkan dengan makhlukNya, diri kita adalah penguasa dan pengurus. Allah menjadikan alam dan makhluk untuk kita (sebagai insan) dan kita untuk Dia. Demikian kata Ahli Sufi.
Penjelasan ke- 55 (BADAN ZAHIR)
Badan kita yang zahir ini adalah penzahiran diri kita yang batin. Diri kita yang batin itu ghaib dari pandangan mata kasar. Untuk melihat yang batin itu diperlukan bayangannya iaitu diri kita yang zahir ini. Maka itulah dikatakan badan kasar itu hanya ‘sarung’ atau ‘tunggangan’ atau ‘sangkar’ bagi badan yang ghaib itu.
Apabila nyawa berpisah dari badan, maka tinggallah badan itu dan lama kelamaan jadi reput dan hancur kecuali dengan kehendak Allah ada juga badan yang tidak reput setelah lama nyawa meninggalkannya. Tetapi pada kebiasaan atau lumrahnya badan akan hancur binasa. Itulah dikatakan dari tanah kembali semula ke tanah.
Ada juga orang melihat dalam dunia ini ‘bayangan’ atau ‘lembaga’ orang yang telah lama meninggal dunia berlakon dan beraksi sebagaimana hidupnya dalam dunia dahulu. Itu bukanlah badan orang itu sebenarnya. Badannya telah hancur binasa. ‘bayangan’ atau ‘lembaga’ itu adalah dari unsur alam mithal. Alam mithal ini adalah alam yang halus, yang penghuninya atau kandungannya tidak hancur. Ia bukan roh semata-mata dan bukan pula badan semata-mata. Ia adalah antara kedua unsur itu.
Seperti yang kita jelaskan dahulu, diri kita terdiri dari tiga unsur iaitu unsur badan, yang akan hancur kecuali yang dikehendaki Allah untuk tidak hancur, unsur mithal yang tidak hancur tetapi tersimpan dalam ‘alam mithal’ dan unsur ketiga iailah roh dan ini selama-lamanya hidup, tidak hancur dan tidak kembali lagi ke dunia nyata ini.
‘Lembaga’ atau ‘bayangan’ orang yang telah mati yang kelihatan oleh orang dalam dunia ini dan berlaku seperti mana ia hidup di dunia dahulu, sebenarnya adalah berunsur mithaliyyah (mithal). Sesekali ia kelihatan oleh orang yang hidup dalam dunia ini persis seperti mana hidupnya dahulu, bahkan boleh pula berkata-kata dengan orang yang berada dalam dunia ini. Ini telah banyak terjadi di mana sahaja dalam dunia ini, baik di Barat atau di Timur.
Setelah kita faham alam yang tiga itu, maka tidaklah kita hairan kenapa ada orang yang mendakwa melihat si anu dan si anu padahal orang itu telah meninggal dunia. Alam mithal ini ada tetapi tidak kelihatan kecuali mereka yang dibukakan hijab untuk melihat alam itu dan para penghuninya.
Demikian teori sebahagian Ahli Sufi.
Penjelasan ke- 56 (MEGENAL AKU HAKIKI)
Untuk mengenal AKU yang hakiki itu perlu berusaha dengan sabar dan perlu panduan guru yang pakar dalam bidang kerohanian dan kesufian, dan banyak berfikir dan berzikir dan memohon taufik dan hidayah dari Allah SWT. AKU kita ini ibarat sagu, perlu dipecahkan ruyung, barulah dapat sagunya. Memecah ruyung itu hendaklah dengan petunjuk orang yang telah pakar memecahkan ruyung yang tahu cara bagaimana memecahnya dan alat pemecahnya pula mestilah yang sesuai.
Satu lagi ibarat, AKU yang hakiki yang dikatakan bayangan atau ayat atau penzahiran Yang Maha AKU (iaitu Allah) itu ibarat matlamat atau destinasi yang dituju. Sebelum sampai ke destinasi itu perlulah kita mengembara atau berjalan dengan kenderaan atau tanpa kenderaan menuju tempat yang di tuju itu. Supaya kita tidak tersesat, kita perlu si penunjuk jalan agar kita sampai ke tempat yang sebenarnya. Kita perlu pula kenderaan supaya cepat sampai, kalau berjalan kaki sahaja tanpa kenderaan lambatlah sampai. Setelah sampai perlulah kita mendapat pengesahan dari si penunjuk jalan bahawa tempat yang kita tuju itu telah sampai, maklumlah tempat yang kita tuju itu belum pernah kita lihat, mungkin kita was-was atau ragu-ragu adakah itu tempatnya. Setelah sah itulah tempat yang kita tuju, maka tamatlah pengembaraan kita. Apabila kita telah berada dalam tempat yang dituju itu, maka bebaslah kita menikmati dan merasai atau mengalami keadaan di tempat tersebut.
Seperti kata orang-orang sufi, ” Barangsiapa kenal dirinya akan kenal Tuhannya”. Mengenal Allah melalui mengenal diri itu adalah jalan atau cara orang-orang sufi. Ini bukan bererti diri kita itu sama dengan Tuhan. Diri kita tetap kita. Diri kita bukan Tuhan. Allah tetap Allah tanpa sekutu dengan yang lain. Diri kita tetap diri kita juga. Tetapi dengan mengenal diri itu dapatlah kita mengenal Allah.
Seperti yang kita jelaskan dalam penjelasan-penjelasan yang terdahulu, AKU atau diri kita ini adalah ayat-ayat atau tanda-tanda atau bayangan Tuhan. Zat Tuhan itu, digelar oleh Ahli Sufi sebagai ‘Kunhi Zat’ (semata-mata Zat), tidak sampai kedalam pengetahuan atau ilham atau kasyaf kita. Pendeknya ilmu dan kasyaf kita tidak sampai ke sana. Tetapi bayanganNya atau ayat-ayatNya atau penzahiranNya dapat kita kenali.
Matahari itu silau mata kita memandangnya tetapi bayangannya dalam air dapat kita pandang tanpa merosakkan mata. Angin tidak dapat dilihat tetapi kalau daun bergoyang itulah tanda adanya angin. Pedas tidak dapat dilihat, tetapi cabai atau cili dapat dilihat. Inilah perumpamaan atau ibarat. Fikirkanlah.
Kita ini ibarat bayang, daun, ladai tadi. Dengan melalui bayang dapat dikenali yang empunya bayang. Dengan melihat daun bergoyang, dapat diketahui adanya angin Dengan lada dapatlah kita merasai pedas.
Paling penting bertanyalah kepada orang yang ahli dalam bidang kerohanian dan kesufian ini. Janganlah ditanya kepada yang bukan ahlinya, kerana tiap-tiap ilmu itu ada ahlinya. Ahli ilmu itulah yang faham dan mengerti tentang ilmu yang diketahui dan diamalnya.
Penutup
Demikianlah serba ringkas tentang perkara AKU ini menurut pandangan Falsafah Kesufian. Sekiranya ada salah dan silap haraplah perbetulkan kerana penulis bukanlah seorang yang pakar dalam bidang ini, tetapi hanya sekadar ‘penterjemah’ yang menterjemahkan idea-idea dalam ilmu penterjemah yang singkat ini dalam bidang Falsafah Kesufian atau Falsafah Tasawuf ke dalam risalah ringkas ini dengan bahasa Malaysia yang mudah untuk difahami oleh orang awam.
Semoga risalah ringkas ini dapat menambahkan satu lagi perbendaharaan risalah dalam perpustakaan buku-buku atau risalah-risalah Kesufian atau Tasawuf dalam bahasa Malaysia untuk mereka yang tidak faham membaca buku-buku atau risalah-risalah Kesufian dalam bahasa lain.
Mudah-mudahan Allah sentiasa memberi taufik dan hidayah kepada kita sekalian.Amin, amin, Ya Rabbal’alamin.
No comments:
Post a Comment