Cahaya di atas Cahaya
An-Nur : 35
اللَّهُ نُورُ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضِ ۚ مَثَلُ نُورِهِۦ كَمِشْكٰوةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ ۖ الْمِصْبَاحُ فِى زُجَاجَةٍ ۖ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّىٌّ يُوقَدُ مِن شَجَرَةٍ مُّبٰرَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَّا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِىٓءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ ۚ نُّورٌ عَلٰى نُورٍ ۗ يَهْدِى اللَّهُ لِنُورِهِۦ مَن يَشَآءُ ۚ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثٰلَ لِلنَّاسِ ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ
● Allah adalah CAHAYA langit dan bumi. Perumpamaan CAHAYA Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus (ke dinding sebelah), yang di dalamnya ada pelita besar; PELITA itu di dalam kaca; KACA itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dari pohon berkah iaitu Pohon Zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur dan tidak pula di sebelah barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. CAHAYA di atas CAHAYA, Allah membimbing kepada CAHAYA-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. ●
Terdapat Berpuluh-puluh pendapat Ulama tentang apa yang dimaksudkan dengan perumpamaan Allah ini - sesuai dengan pemahaman seseorang yang di beri Allah.
Ini adalah Pendapat saya tentang Perumpamaan yang Allah buat (Allah Yang Lebih Mengetahui) :
1) MISYKAT atau Lubang Yang Tidak Tembus adalah JASAD kita. Kena bayangkan biasa kita tengok INTERIOR DESIGN dalam rumah yang ada Cabinet Dinding yang ada Lampu (atau Pelita) kat Dalam Cabinet itu dan ada Kaca yang menutupi Lampu itu. MISYKAT inilah Jasad kita yang memfokuskan CAHAYA kita ke satu arah sahaja. Jasad kita "mengandungi" ROH kita. Misykat ini memfokuskan Cahaya Pelita itu kepada Roh kita.
2) PELITA adalah Cahaya Allah.
3) KACA adalah Cahaya Nabi dan Rasul dan JUGA Cahaya Roh kita. Cahaya ini adalah bersumber 100% dari Cahaya Allah. Ianya di KUATKAN dan DI BIASKAN ke seluruh Alam oleh KACA. KACA sifatnya Menguatkan dan Membiaskan CAHAYA dan menjadikan CAHAYA itu LEBIH JELAS KELIHATAN . (Bayangkan Mentol Lampu). KACA MENJELASKAN CAHAYA.
4) Api Pelita itu di nyalakan dari MINYAK ZAITUN sedangkan Minyak Zaitun itu sendiri sudah hampir menerangi meski pun tidak di sentuh api. Minyak Zaitun ini adalah AL QURAN.
------
Tanpa Al Quran yang di baca, di fahami, di amalkan dan di sampaikan, tiada lah DAPAT kita Cahaya Allah yang MENERANGI Roh kita untuk kita LIHAT dengan Jelas Jalan Yang Lurus.
------
Ayat-ayat berikut nya adalah hujah yang menyokong mengesahkan tafsir pada ayat di atas.
Al-Baqarah : 257
اللَّهُ وَلِىُّ الَّذِينَ ءَامَنُوا يُخْرِجُهُم مِّنَ الظُّلُمٰتِ إِلَى النُّورِ ۖ وَالَّذِينَ كَفَرُوٓا أَوْلِيَآؤُهُمُ الطّٰغُوتُ يُخْرِجُونَهُم مِّنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمٰتِ ۗ أُولٰٓئِكَ أَصْحٰبُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خٰلِدُونَ
● Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada CAHAYA. Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan. Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. ●
Bila kita BERIMAN dengan Ayat-ayat Allah, maka kita dapat CAHAYA Allah yang menerangi Jalan Kehidupan kita.
An-Nisa' : 174
يٰٓأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَآءَكُم بُرْهٰنٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكُمْ نُورًا مُّبِينًا
● Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu dan telah Kami turunkan kepadamu CAHAYA yang me"nerang"kan (MUBINA). ●
Cahaya Yang Menerangi di sini bermaksud Al Qur'an.
Al-Ma'idah : 15
يٰٓأَهْلَ الْكِتٰبِ قَدْ جَآءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيرًا مِّمَّا كُنتُمْ تُخْفُونَ مِنَ الْكِتٰبِ وَيَعْفُوا عَن كَثِيرٍ ۚ قَدْ جَآءَكُم مِّنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتٰبٌ مُّبِينٌ
● Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu RASUL Kami, MENJELASKAN kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang (JA`A) kepadamu CAHAYA dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. ●
Dari ayat di atas, dapatlah kita Fahami bahawa :
RASUL MENJELASKAN (Umpama KACA).
KITAB MENERANGKAN (Umpama MINYAK ZAITUN yang menyalakan Pelita).
Al-Ma'idah : 16
يَهْدِى بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوٰنَهُۥ سُبُلَ السَّلٰمِ وَيُخْرِجُهُم مِّنَ الظُّلُمٰتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِۦ وَيَهْدِيهِمْ إِلٰى صِرٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ
● Dengan kitab itulah Allah MENUNJUKI orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada CAHAYA dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. ●
Al-Ma'idah : 44
إِنَّآ أَنزَلْنَا التَّوْرٰىةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ ۚ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبّٰنِيُّونَ وَالْأَحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِن كِتٰبِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَآءَ ۚ فَلَا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلَا تَشْتَرُوا بِـَٔايٰتِى ثَمَنًا قَلِيلًا ۚ وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَآ أَنزَلَ اللَّهُ فَأُولٰٓئِكَ هُمُ الْكٰفِرُونَ
● Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan CAHAYA , yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan
pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. ●
Al-Ma'idah : 46
وَقَفَّيْنَا عَلٰىٓ ءَاثٰرِهِم بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرٰىةِ ۖ وَءَاتَيْنٰهُ الْإِنجِيلَ فِيهِ هُدًى وَنُورٌ وَمُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرٰىةِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةً لِّلْمُتَّقِينَ
● Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan CAHAYA, dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa. ●
Al-An'am : 91
وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِۦٓ إِذْ قَالُوا مَآ أَنزَلَ اللَّهُ عَلٰى بَشَرٍ مِّن شَىْءٍ ۗ قُلْ مَنْ أَنزَلَ الْكِتٰبَ الَّذِى جَآءَ بِهِۦ مُوسٰى نُورًا وَهُدًى لِّلنَّاسِ ۖ تَجْعَلُونَهُۥ قَرَاطِيسَ تُبْدُونَهَا وَتُخْفُونَ كَثِيرًا ۖ وَعُلِّمْتُم مَّا لَمْ تَعْلَمُوٓا أَنتُمْ وَلَآ ءَابَآؤُكُمْ ۖ قُلِ اللَّهُ ۖ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِى خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ
● Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, di kala mereka berkata: "Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia". Katakanlah: "Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai CAHAYA dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebahagiannya) dan kamu sembunyikan sebahagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui(nya)?" Katakanlah: "Allah-lah (yang menurunkannya)", kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Quran kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya. ●
Dari ayat-ayat Allah di atas, jelaslah Kesemua Kitab-kitab Allah adalah juga CAHAYA. Inilah yang di katakan sebagai MINYAK ZAITUN yang DI BERKAHI. CAHAYA inilah yang jadi BAHAN NYALA kepada PELITA dalam seperti perumpamaan dalam surah An-Nur ayat 35. Banyak Ayat Al Quran yang menerangkan bahawa pada Al Quran ada Cahaya, Rahmat dan Berkat.
--------Al Qur'an ada Berkah-------
Al-An'am : 155
وَهٰذَا كِتٰبٌ أَنزَلْنٰهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
● Dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diBERKATi, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat. ●
---------------------------------------
Berdasarkan Ayat Allah di atas, jelaslah kepada kita bahawa pada Al Quran ada Berkah. Pohon Zaitun juga punya Berkah. Maka perumpamaan yang Allah beri kepada Minyak Zaitun dari Pohon Zaitun itu adalah bermaksud kepada ISI KANDUNG AL QURAN iaitu Kalam Allah yang Mulia yang menjadi Bahan Bakar kepada Pelita iaitu CAHAYA ALLAH.
Al-An'am : 122
أَوَمَن كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنٰهُ وَجَعَلْنَا لَهُۥ نُورًا يَمْشِى بِهِۦ فِى النَّاسِ كَمَن مَّثَلُهُۥ فِى الظُّلُمٰتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِّنْهَا ۚ كَذٰلِكَ زُيِّنَ لِلْكٰفِرِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
● Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya CAHAYA yang terang, yang dengan CAHAYA itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan. ●
Dari ayat di atas, JELAS BERBEZA orang yang MEMBACA AL QURAN dan mengamalkannya DENGAN orang yang tidak mengendahkan Al Quran. Orang yang MEMBACA AL QURAN memang sifatnya "menerangi" - samada dia sampaikan pada orang lain atau memang ada NUR (CAHAYA) pada wajahnya.
Al-A'raf : 157
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِىَّ الْأُمِّىَّ الَّذِى يَجِدُونَهُۥ مَكْتُوبًا عِندَهُمْ فِى التَّوْرٰىةِ وَالْإِنجِيلِ يَأْمُرُهُم بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهٰىهُمْ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبٰتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبٰٓئِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلٰلَ الَّتِى كَانَتْ عَلَيْهِمْ ۚ فَالَّذِينَ ءَامَنُوا بِهِۦ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِىٓ أُنزِلَ مَعَهُۥٓ ۙ أُولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
● (iaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti CAHAYA yang terang yang diturunkan kepadanya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. ●
Cahaya yang terang dan di turunkan adalah bermaksud Al Quran dan Kitab-kitab Allah yang lain.
At-Taubah : 32
يُرِيدُونَ أَن يُطْفِـُٔوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوٰهِهِمْ وَيَأْبَى اللَّهُ إِلَّآ أَن يُتِمَّ نُورَهُۥ وَلَوْ كَرِهَ الْكٰفِرُونَ
● Mereka berkehendak memadamkan CAHAYA (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan CAHAYA-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai. ●
Yunus : 5
هُوَ الَّذِى جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَآءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُۥ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ ۚ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذٰلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ ۚ يُفَصِّلُ الْءَايٰتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
● Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan BERCAHAYA dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak .menciptakan yang demikian
itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. ●
Ayat di atas menunjukkan Matahari lah yang sebenarnya mengeluarkan Cahaya Sinar dam Bulan menerima Cahaya itu dan memantulkan kembali.
Ibrahim : 1
الٓر ۚ كِتٰبٌ أَنزَلْنٰهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمٰتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلٰى صِرٰطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
● Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada CAHAYA dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. ●
Ibrahim : 5
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسٰى بِـَٔايٰتِنَآ أَنْ أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمٰتِ إِلَى النُّورِ وَذَكِّرْهُم بِأَيّٰىمِ اللَّهِ ۚ إِنَّ فِى ذٰلِكَ لَءَايٰتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
● Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada CAHAYA dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah". Sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur. ●
Dari dua ayat di atas fahamlah kita adalah menjadi tugas Nabi dan Rasul MENJELASKAN kepada kita tentang Ayat-ayat Allah agar dapat kita CAHAYA Allah dan mengeluarkan kita dari kegelapan. (UMPAMA KACA)
Al-Hajj : 8
وَمِنَ النَّاسِ مَن يُجٰدِلُ فِى اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلَا هُدًى وَلَا كِتٰبٍ مُّنِيرٍ
● Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa KITAB yang menerangkan (MUNIR (enlightening)), ●
An-Nur : 40
أَوْ كَظُلُمٰتٍ فِى بَحْرٍ لُّجِّىٍّ يَغْشٰىهُ مَوْجٌ مِّن فَوْقِهِۦ مَوْجٌ مِّن فَوْقِهِۦ سَحَابٌ ۚ ظُلُمٰتٌۢ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ إِذَآ أَخْرَجَ يَدَهُۥ لَمْ يَكَدْ يَرٰىهَا ۗ وَمَن لَّمْ يَجْعَلِ اللَّهُ لَهُۥ نُورًا فَمَا لَهُۥ مِن نُّورٍ
● Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi CAHAYA oleh Allah, tiadalah dia mempunyai CAHAYA sedikitpun. ●
------
Perhatikan ayat-ayat Allah di bawah baik-baik :
Al-Ahzab : 41
يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا
● Hai orang-orang yang beriman, INGATLAH Allah, dengan INGATAN yang sebanyak-banyaknya. ●
Al-Ahzab : 42
وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
● Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. ●
Al-Ahzab : 43
هُوَ الَّذِى يُصَلِّى عَلَيْكُمْ وَمَلٰٓئِكَتُهُۥ لِيُخْرِجَكُم مِّنَ الظُّلُمٰتِ إِلَى النُّورِ ۚ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا
● Dialah yang "memberi rahmat" (YUSOLLI) kepadamu dan Malaikat-Nya (juga YUSOLLI), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada CAHAYA. Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman. ●
YUSOLLI pada maksud asalnya adalah memberikan SOLAH dimana Jamak kepada SOLAH adalah SOLAWAT (pada ayat 56 surah Al-Ahzab menerangkan bahawa Allah dan Malaikat bersolawat kepada Nabi).
Di sini YUSOLLI atau memberikan SOLAH adalah bermaksud memberikan Rahmat dan Malaikat pula memberikan SOLAH adalah bermaksud Malaikat mendoakan keampunan dan mendoakan supaya kita mendapat Rahmat.
Pada ayat Al Quran mengandungi Rahmat Allah seperti ayat di bawah :
Al-A'raf : 52
وَلَقَدْ جِئْنٰهُم بِكِتٰبٍ فَصَّلْنٰهُ عَلٰى عِلْمٍ هُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
● Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al Quran) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi petunjuk dan RAHMAT bagi orang-orang yang beriman. ●
Maka jelas lah kepada kita akan CAHAYA Al Quran yang menjadi bahan nyalaan kepada CAHAYA ALLAH (di umpamakan sahaja).
-------
Al-Ahzab : 45
يٰٓأَيُّهَا النَّبِىُّ إِنَّآ أَرْسَلْنٰكَ شٰهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا
● Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, ●
Al-Ahzab : 46
وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِۦ وَسِرَاجًا مُّنِيرًا
● dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi LAMPU (SIROJA) yang menerangi. ●
Nabi dan Rasul adalah seperti Bulan (atau Kaca) yang menerima Cahaya dari Allah dan memantulkan, menguatkan dan membiaskan Cahaya tersebut ke seluruh Alam.
Az-Zumar : 22
أَفَمَن شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُۥ لِلْإِسْلٰمِ فَهُوَ عَلٰى نُورٍ مِّن رَّبِّهِۦ ۚ فَوَيْلٌ لِّلْقٰسِيَةِ قُلُوبُهُم مِّن ذِكْرِ اللَّهِ ۚ أُولٰٓئِكَ فِى ضَلٰلٍ مُّبِينٍ
● Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah dadanya untuk Islam lalu ia mendapat CAHAYA dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hati nya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu qalbu nya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. ●
Az-Zumar : 69
وَأَشْرَقَتِ الْأَرْضُ بِنُورِ رَبِّهَا وَوُضِعَ الْكِتٰبُ وَجِاىٓءَ بِالنَّبِيِّۦنَ وَالشُّهَدَآءِ وَقُضِىَ بَيْنَهُم بِالْحَقِّ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
● Dan terang benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan CAHAYA Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan. ●
Asy-Syura : 52
وَكَذٰلِكَ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ رُوحًا مِّنْ أَمْرِنَا ۚ مَا كُنتَ تَدْرِى مَا الْكِتٰبُ وَلَا الْإِيمٰنُ وَلٰكِن جَعَلْنٰهُ نُورًا نَّهْدِى بِهِۦ مَن نَّشَآءُ مِنْ عِبَادِنَا ۚ وَإِنَّكَ لَتَهْدِىٓ إِلٰى صِرٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ
● Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu RUHAN MIN AMRINA. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan dengan nya (wahyu itu) CAHAYA, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. ●
Di sini Wahyu Allah iaitu Al Quran di panggil "Ruhan Min Amrina" yang bermaksud RUH dari AMR Kami (ALLAH). Sekali lagi, inilah yang di maksudkan menerangi pada MINYAK ZAITUN seperti perumpamaan yang Allah buat dalam surah An-Nur ayat 35.
Tanyakan kepada diri kita - dapatkan kita CAHAYA tersebut jika kita TIDAK BACA DAN TIDAK FAHAM AL QURAN ?
Al-Hadid : 9
هُوَ الَّذِى يُنَزِّلُ عَلٰى عَبْدِهِۦٓ ءَايٰتٍۭ بَيِّنٰتٍ لِّيُخْرِجَكُم مِّنَ الظُّلُمٰتِ إِلَى النُّورِ ۚ وَإِنَّ اللَّهَ بِكُمْ لَرَءُوفٌ رَّحِيمٌ
● Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada CAHAYA. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang terhadapmu. ●
Al-Hadid : 12
يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنٰتِ يَسْعٰى نُورُهُم بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمٰنِهِم بُشْرٰىكُمُ الْيَوْمَ جَنّٰتٌ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا الْأَنْهٰرُ خٰلِدِينَ فِيهَا ۚ ذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
● (yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang CAHAYA mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada mereka): "Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar". ●
Al-Hadid : 13
يَوْمَ يَقُولُ الْمُنٰفِقُونَ وَالْمُنٰفِقٰتُ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا انظُرُونَا نَقْتَبِسْ مِن نُّورِكُمْ قِيلَ ارْجِعُوا وَرَآءَكُمْ فَالْتَمِسُوا نُورًا فَضُرِبَ بَيْنَهُم بِسُورٍ لَّهُۥ بَابٌۢ بَاطِنُهُۥ فِيهِ الرَّحْمَةُ وَظٰهِرُهُۥ مِن قِبَلِهِ الْعَذَابُ
● Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman: "Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari CAHAYA mu". Dikatakan (kepada mereka): "Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri CAHAYA (untukmu)". Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa. ●
Al-Hadid : 19
وَالَّذِينَ ءَامَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِۦٓ أُولٰٓئِكَ هُمُ الصِّدِّيقُونَ ۖ وَالشُّهَدَآءُ عِندَ رَبِّهِمْ لَهُمْ أَجْرُهُمْ وَنُورُهُمْ ۖ وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِـَٔايٰتِنَآ أُولٰٓئِكَ أَصْحٰبُ الْجَحِيمِ
● Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang Siddiqin dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. Bagi mereka pahala dan CAHAYA mereka. Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni neraka. ●
Al-Hadid : 28
يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَءَامِنُوا بِرَسُولِهِۦ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِن رَّحْمَتِهِۦ وَيَجْعَل لَّكُمْ نُورًا تَمْشُونَ بِهِۦ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
● Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bahagian, dan menjadikan untukmu CAHAYA yang dengan CAHAYA itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ●
Rahmat Allah 2 bahagian di sini bermaksud kita mendapat (pendapat saya, Allah lebih mengetahui) :
(1)CAHAYA dari KACA iaitu Cahaya Nabi, Rasul dan Roh kita
(2) CAHAYA dari MINYAK ZAITUN iaitu CAHAYA AL QURAN (yang juga merupakan Roh dari AMR ALLAH).
As-Saff : 8
يُرِيدُونَ لِيُطْفِـُٔوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوٰهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِۦ وَلَوْ كَرِهَ الْكٰفِرُونَ
● Mereka ingin memadamkan CAHAYA Allah dengan mulut mereka, tetapi Allah menyempurnakan CAHAYA-Nya, walau orang-orang kafir membencinya". ●
At-Tagabun : 8
فَـَٔامِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَالنُّورِ الَّذِىٓ أَنزَلْنَا ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
● Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada CAHAYA (Al-Quran) yang telah Kami turunkan (ANZALNA). Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ●
At-Talaq : 11
رَّسُولًا يَتْلُوا عَلَيْكُمْ ءَايٰتِ اللَّهِ مُبَيِّنٰتٍ لِّيُخْرِجَ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنَ الظُّلُمٰتِ إِلَى النُّورِ ۚ وَمَن يُؤْمِنۢ بِاللَّهِ وَيَعْمَلْ صٰلِحًا يُدْخِلْهُ جَنّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا الْأَنْهٰرُ خٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۖ قَدْ أَحْسَنَ اللَّهُ لَهُۥ رِزْقًا
● (Dan mengutus) seorang Rasul yang membacakan kepadamu ayat-ayat Allah yang menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan beramal saleh dari kegelapan kepada CAHAYA. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam syurga-syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Allah memberikan rezeki yang baik kepadanya. ●
At-Tahrim : 8
يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا تُوبُوٓا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسٰى رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا الْأَنْهٰرُ يَوْمَ لَا يُخْزِى اللَّهُ النَّبِىَّ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا مَعَهُۥ ۖ نُورُهُمْ يَسْعٰى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمٰنِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَآ ۖ إِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
● Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang CAHAYA mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami CAHAYA kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". ●
======
Kesimpulan
1) Betapa PENTING nya MEMBACA dan MEMAHAMI dan MENGAMALI isi kandungan Al Quran. Al Quran lah yang di umpamakan sebagai Minyak dari Pohon Yang Di Berkati yang menjadi Bahan Nyalaan kepada PELITA iaitu CAHAYA ALLAH.
2) KACA yang bersifat MENJELASKAN, adalah CAHAYA dari Nabi, Rasul dan juga Roh yang ada dalam Jasad kita yang mendapat CAHAYA ALLAH setelah MENYALA PELITA itu dari Bahan Bakar iaitu AL QURAN. Cahaya atas Cahaya inilah bertujuan untuk menerangi Lapisan Diri.
3) Untuk mendapatkan RASA Diri pada Lubb, memang kita perlu kan CAHAYA untuk masuk (menerangi atau membuka Hijab) dari satu lapisan ke satu lapisan diri yang lebih dalam iaitu dari Lapisan Diri pada SUDUR kepada QALBU, kepada FUAD dan akhirnya kepada LUBB. Untuk mendapat CAHAYA ALLAH tersebut kena BERIMAN kepada AYAT-AYAT ALLAH. Selalu Membaca Ayat-ayat Allah, Memahaminya, Mengamalkannya.
4) Kita hanya boleh melihat JALAN (atau sesuatu benda) jika ada Cahaya. Tanpa Cahaya, satu benda pun kita tak nampak, mana nak TAHU atau KENAL, Jalan yang mana menuju TUJUAN kita iaitu Mentauhidkan Allah semata-mata.
BISMILLAAHIN NURI NURUN’ALA NURIN
Inilah risalah singkat menjelaskan tentang martabat 7 (tujuh). Karena Martabat 7 (tujuh) itulah tahkiknya faham Ma’rifat atau sempuna bagi Aulia Allah yang semuanya mempunyai keramat besar dalam sejarah Mazhab Ahlul Sunnah Waljama’ah yang 4 (empat).
Adapun yang mula-mula menyusun martabat 7 (tujuh) itu ialah SYEH AHMAD KUSASI BIN MUHAMMAD AL MADANI WALI KUTUB RABBANI RIJALUL SHAID yang masyur itu. Kemudian diteruskan lagi oleh murid-muridnya yang bernama SYEH ABDURRAUB, SYEH MUHAMMAD SEMAN dan lain-lainnya yang semuanya berderajat Wali Kutubburrabbani.
Adapun marabat 7 (tujuh) itu adalah berdasakan hukum AKLI dan NAKLI, untuk memahami Rahasia kebesaran Nabi kita Muhammad SAW yang sebenar-benarnya karena himpunan segala rahasia Allah itu adalah terhimpun pada Wujud diri Nabi kita yang bernama Muhammad dan kezahiran Nabi kita itu menurut kezahiran manusia biasa dengan beribu berbapak dan sebagainya.
Adapun arti martabat itu ialah tingkatan kezahiran rahasia Allah Ta’ala dan bersusun:
1. Martabat AHDIAH
2. Martabat WAHDAH
3. Martabat WAHIDIYAH
4. Martabat ALAM ARWAH
5. Martabat ALAM MISAL
6. Martabat ALAM ZASAM
7. Martabat ALAM INSYAN.
PENJELASAN SATU PERSATU
1. MARTABAT AHDIAH
Martabat Ahdiah bermakna Keesaan dan hukumnya LAA TA’AIN. Artinya : Tiada ada sesuatu wujud yang terdahulu adanya, oleh karena itu hanya dinamakan “AL HAQ” artinya : Keesaan Kesempurnaan Semata-mata.
Seperti Hadis Nabi SAW “ WAKA HALLAHUWALA SYIUM MA’AHU”
Artinya : Adalah Allah itu Maha Esa dan tiada ada lainnya sertanya.
Maka martabat Ahdiah itu bukanlah bermakna bahwa ada sesuatu wujud yang terdahulu adanya daripada Nur Muhammad atau wujud yang maujud adanya Nur Muhammad, tetapi adalah untuk menolak adanya Itikad yang menetapkan bahwa ada lagi suatu wujud yang mengujudkan Nur Muhammad. Jadi jelasnya martabat 7 ya’ni Martabat Ahdiah itu adalah bermakna pengakuan kepada Ke Esaan, Kebesaran dan Kesempurnaan Nur Muhammad itu semata-mata. Oleh karena itu Martabat yang sebenar-benarnya adalah 6 (enam) saja. Dan bukan 7 (tujuh), sejalan dengan ayat “FII SIT TATIAIYA MIN SUMMASTAWA’ALAL ‘ARSII” artinya : Kesempurnaan kejadian semesta alam adalah di dalam 6 (enam) masa.
Kemudian sempurnalah kebesaran Allah pada kejadian ARASY yang Maha Besar itu, menurut hadis sahih “bahwa masa yang terakhir yakni kejadian sempurnalah kejadian Nabi Adam", dengan ditempatkan di atas muka bumi.
Adapun hakikat ARASY yang sebenarnya menurut faham Ma’rifat yang tahkik adalah terkandung pada isyarat-isyarat huruf Nabi Adam itu sendiri, ialah Alif dan Dal itu mengisyaratkan kepada “AHMAD” dan “MIM” itu mengisyaratkan pada “MUHAMMAD”.
Oleh karena itu pada hakikatnya kezahiran Nabi Adam itu adalah menjadi Wasilah Ja’ani menjadi jalan bagi kezahiran kebesaran Nabi kita yang bernama Muhammad itu sendiri.
Di dalam tafsir yang ma’I’tisar kebesaran Nabi kita yang bernama Muhammad itu telah berwujud suatu sinar yang sangat menakjubkan pada nabi dan rasul-rasul yang terdahulu dan bahkan kebesaran itulah yang telah menjadi MU’JIZAD bagi Nabi-nabi terdahulu, maka kebesaran itulah diisyaratkan dengan “ANNUR” di dalam AL QUR’AN, dan ANNUR itu bukanlah bermakna cahaya, tetapi bermakna Keluasan, Kesempurnaan yang tiada terbatas dan tiada terhingga.
2. MARTABAT WAHDAH
Adapun Martabat Wahdah bermakna wujud yang awal yang tiada ada permulaannya dan hukumnya “TA’INUL AWWALU” artinya : wujud yang terdahulu adanya daripada segala wujud yang lainnya, lagi tiada ada permulaannya. Itulah yang dinamakan HAIYUN AWWALU, HAIYUN AZALI, HAIYUN IZZATI, HAIYUN HAKIKI, yakni bersifat HAIYUN yang sebenar-benarnya QADIM yang NAFSIAH, SALBIAH, MA’ANI dan MANAWIAH, ZALAL, ZAMAL, QAHAR, KAMAL, itulah hakikat kebesaran Nabi kita itu yang bernama Muhammad Rasulullah Sallahu’alaihi Wasallam.
Maka Kandungan nama Muhammad itulah yang dinamakan dengan Wahdah. Yang menjadi jumlah dan himpunan AF’AL, ASMA, SIFAT, ada pun ZAT hanyalah bagi MA’LUM yakni Sendirinya.
ILLAH tidak lain, dan dinamakan HAWIYYATUL’ALAMI” artinya : Sumber segala kejadian semesta alam ini, dan dinamakan HADRATUS SARIZ artinya : Kebesaran yang dipandang pada tiap-tiap yang maujud pada alam ini, itulah yang diisyaratkan dalam Al Qur’an “NURUN’ALA NURIN” artinya : Nur yang sangat dibesarkan pada semesta alam ini, yakni Nur yang hidup dan maujud pada tiap yang hidup sekalian alam ini atau Nur yang hidup dan menghidupkan.
Kebesaran hakikat Muhammad itulah yang sebenarnya dipuji dengan kalimah ALHAMDU kerana kesempurnaan tajalli NUR MUHAMMAD itulah yang diisyaratkan oleh kalimah ALHAMDU itu, yakni "ALIF" bermakna ALHAQ artinya KEESAAN, KEBESARAN NUR MUHAMMAD, tajallinya ROH bagi kita. “LAM LATIFUM” artinya Kesempurnaan Nur Muhammad, tajallinya NAFAS bagi kita, “HA” HAMIDUN artinya Kesempurnaan Berkat Nur Muhammad, tajallinya HATI, AKAL, NAFSU, PENGLIHAT, PENDENGAR, PENCIUM, PENGRASA dan sebagainya bagi kita. “MIM" MAJIDUN artinya Kesempurnaan Safa’at Nur Muhammad, tajallinya bagi kita : IMAN, ISLAM, ILMU, HIKMAH dan sebagainya. “DAL" DARUSSALAMI artinya Kesempurnaan Nikmat Nur Muhammad, tajallinya bagi kita : KULIT, BULU, DAGING, URAT, TULANG, OTAK, SUMSUM.
Maka itu adalah tajallinya bagi diri yang bathin, adapun tajalli bagi diri yang zahir adalah “ALIF” bagi kita, “LAM” dua tangan bagi kita, “HA” badan bagi kita, “MIM” Pinggang bagi kita dan “DAL” dua kaki bagi kita. Itulah yang diesakan dengan “ASYAHADU” yakni :
“ALIF ALHAQ" artinya Yang diEsakan dan yang diBesarkan.
“SYIN SYUHUDUL HAQ “ artinya Yang diakui bersifat Ketuhanan dengan sebenar-benarnya.
”HA HADIYAN MUHDIYAN ILAL HAQ “ artinya Yang menjadi Petunjuk selain menunjuki kepada jalan/Agama yang Hak.
“DAL DAIYAN ILAL HAQ" artinya Selalu menyerukan atau yang selalu memberi Peringatan kepada Agama yang Hak.
“ALHAMDU” berma’na “ALHAYATU MUHAMMADU” artinya Kesempurnaan Tajalli Nur Muhammad.
Fahamnya ialah “ADAM” adalah nama adab atau nama syari’at atau nama hakikat, atau nama kebesaran bagi kesempurnaan tajalli NUR MUHAMMAD. Dan MUHAMMAD adalah nama keesaan yang menghimpunkan akan nama Adam dan nama Allah.
Pada bahasa atau ilmu bahasa Arab “ADAM” itu damirnya “HU” dan MUHAMMAD itu damirnya “HU” dan ALLAH itu damirnya “HU”. Pada makna Syari’at “HU” itu bermakna Dia Seorang Laki-laki, dan pada makna Hakikat adalah jumlah yang banyak rupa wujudnya, tetapi pada makna Hakikat “HU” itu adalah “Esa” tiada berbilang-bilang. Itulah isyarat Al Qur’an “HUWAL HAYYUN QAYYUM” yang HAIYUN awal tiada ada permulaannya “WAHUWAL’ALI YIL’AZIM” yang bersifat denga sifat-sifat kesempurnaan lagi maha besar. “HUWAR RAHMANURRAHIM” yang bersifat Rahman dan Rahim. “HUWARABBUL ‘ABSIL KARIM” yang memiliki Arasy yang Maha Mulia, Arasy itu ada nama kemuliaan Diri Nabi Kita itu yang sebenar-benarnya, tetapi juga menjadi nama Majazi bagi sesuatu tempat atau suatu alam Ghaib yang dimuliakan adanya, sama halnya seperti JIBRIL, MIKAIL, IZRAFIL, ISMA’IL, NUHAIL, SURAIL.
Menurut tafsir yang me’I’tibar semuanya dengan bahasa Suryani atau bahasa Arab di zaman Pura, yang bernama ABDULLAH maka yang … ABDULLAH itu adalah Nabi kita yang bernama MUHAMMAD itu sendiri.
Maka oleh karena itu di dalam ayat “ISRA’” Nabi kita itu bernama ABDULLAH menunjukkan nama MUHAMMAD itu adalah juga Penghulu sekalian malaikat dan kebesaran nama MUHAMMAD itulah yang sebenar-benarnya yang diisyaratkan oleh Al Quran dengan huruf-huruf yang tidak dapat ditentukan atau dihinggakan namanya, karena bersangatan luas kandungannya mulai dari ALIF, LAM sampai NUR ada 29 tempat. Jadi semuanya nama-nama yang mulia, di langit dan di bumi itu adalah nama kemuliaan dan kesempurnaan tajalli NUR MUHAMMAD itu semata-mata, dan menjadi nama Majazi pada tiap-tiap Wujud yang dimuliakan pada alam ini.
Itulah isyarat Al Qur’an “WAHUAL LAZI PISSAMA ILLAHUW WAFIL ANDHI ILLAHUN” dan dialah yang sebenar-benarnya memiliki sifat-sifat Ketuhanan yakni sifat kesempurnaan yang ada di langit dan sifat-sifat kesempurnaan yang ada di bumi, dan ayat “LAHUL ASMA’UL HUSNA” artinya hanyalah dia yang sebenar-benarnya memiliki nama-nama yang mulia dan yang terpuji yang telah maujud pada semesta alam ini.
Tetapi karena adab Syari’at dihukumkan yang haram, haram yang najis, najis seperti anjing dan babi dan sebagainya yang tidak layak kecuali bagi MA'LUM pada majlis mengajar dan belajar, yang boleh membicarakan masalah tersebut di atas. Yang ke 3 (tiga) berkata ASY SYEH BURHANUDDIN ARRUMI pernah berkata yang maksudnya bahwa hakikat kebesaran Nur Muhammad itu menghimpunkan 4 (empat) macam alam, dan hakikat alam itu hanya 4 (empat) macam saja himpunannya iaitu :
Alam HASUT ialah alam yang terhampar langit dan bumi dan segala isinya dan bagi kita HASUT itu ialah seluruh Jasad, Kulit, Daging, Otak, Sumsum, Urat, Tulang.
Alam MALAKUT ialah alam ghaib bagi malaikat-malaikat, dan bagi kita malakut itu ialah Hati, Akal, Nafsu, Nafas, Penglihat, Pendengar, Pencium, Pengrasa dan sebagainya.
Alam JABARUT ialah alam ghaib bagi Arasy, Kursi, Luh Mahfus, Syurga, Neraka dan sebagainya dan bagi kita Alam Jabarut itu ialah Roh, Ilmu, Hikmah, Fadilat, Hasanah dan sebagainya, dari pada segala sifat yang mulia dan terpuji.
Alam LAHUT ialah alam ghaib bagi kebesaran Nur Muhammad dan bagi kita alam Lahut itu ialah Bathin tempat Rahasia, Iman, Islam, Tauhid dan Ma’rifat, maka ke 4 (empat) macam alam itu adalah semuanya wujud kesempurnaan tajalli Nur Muhammad, dan 4 (empat) macam alam itu lagi terhimpun kepada kebenaran wujud diri Rasulullah yang bernama INSANUL KAMIL. Dan menjadi berkah dan FAIDURRABBANI yakni kelebihan yang harus bagi tiap-tiap Mu’min yang ahli Tahkik, karena mereka itu adalah “WADA SYATUL AMBIYA” yakni mewarisi kebenaran bathin nabi-nabi dan rasul-rasul dan mu’min yang tahkik itulah yang dinamakan Aulia Allah, tetapi mu’min itu tiada mengetahui bahwa dirinya adalah Aulia yang sebenarnya.
Pendapat AL HALAD dan IBNU ARABI bahwa kedua walikutub itu pernah berkata yang maksudnya bahwa Muhammad itu ada dua rupa, yakni ada dua rupa dia atau ada dua Ma’na :
Muhammad yang bermakna QADIM AZALI, itulah diri Muhammad yang pertama, yang tidak ada AL MAUTU/mati padanya selama-lamanya, jelasnya bahwa Muhammad diri yang pertama kita itu. Itulah yang awal NAFAS yang akhir SALBIAH, yang zahir MA’ANI dan yang bathin MA’NAWIYAH.
Muhammad yang bermakna Abdullah Insanul Kamil itulah diri Muhammad yang kedua, nama yang harus baginya, bersifat manusia biasa yang berlaku padanya “SUNNATU INSANIAH, KULLU NAFSIN ZA IKATUL MAUT”
Dalam pada waktu itu wajib kita meng’itikadkan bahwa jasad nabi kita itu adalah QADIM IDHOFI, yaitu tidak rusak selama-lamanya dikandung bumi. Seperti hadis sahih AL BUKHARI/riwayat BUKHARI : “INNALLAHA AZZA WAJALLA HARRAMA’ALAL ARDHI AIYA KULLA AZSADAL AMBIYA” artinya : Bahwasanya Allah Ta’ala yang maha tinggi telah mengharamkan akan bumi, bahwa bumi itu bisa menghancurkan akan jasad para nabi-nabi. Maka tahkiknya faham kedua walikutub itu, supaya kita jangan terlihat dengan faham Nasrani, dengan Yahudi dan sebagainya. Maka kita tetapkan dahulu faham kita ialah :
Bahwa pada hukum adab, Nabi kita Muhammad yang Muhammad itu adalah manusia biasa seperti kita, hanyalah dilebihkan ia dengan kerasulan.
Bahwa tiap-tiap manusia itu sendirinya baik pada hukum akal dan pada hukum nakli, ada mempunyai dua macam diri yakni diri pertama atau diri hakiki ialah Rohani, dan diri yang kedua yaitu diri Majazi ialah Jasmani, dan diri yang kedua atau diri jasmani itu karena kemuliaan bagi Rasulullah dinamakan INSANUL KAMIL.
Bahwa diri Hakiki yang bermakna Rohani itulah yang bernama Muhammad. Itulah yang Qadim Azali, Qadim Izzati, Qadim Hakiki, itulah makna yang dirahasiakan yang menjadi keesaan segala sifat kesempurnaan yang 99 (sembilan puluh sembilan) itu. Jalannya kebesaran wujud Roh Nabi kita itulah yang diisyaratkan oleh kalimah “HUALLAH” jadi makna Muhammad itu Tahkiknya adalah “AINUL HAYATI” yakni wujud sifat yang hidup dan yang menghidupkan. Maka itulah yang diisyaratkan dengan kalimah “LA ILAHA ILLALLAH” dan yang dibenarkan dengan kalimah “ALLAHU AKBAR” dan yang dipuji dengan “SUBBHANALLAH WALHAMDULILLAH" dan sebagainya lagi. Itulah yang dipuji dengan “ALHAQ QULHAQ” oleh seluruh malaikat-malaikat MUKARRABIN menurut tafsir yang me’itibar.
Bahwa diri Majazi yang bermakna Jasmani, itulah yang bernama Insanul Kamil. Itulah Muhammad majazi, yakni Muhammad yang kedua yang menempuh ALMAUTU pada adab, tetapi jasad Nabi itu adalah Qadim Idhofi. Jasad Nabi kita itulah diisyaratkan oleh ayat AL QUR’AN “PADABA RAKALLHU AHNAUL KHORIKIM" artinya : Maha Sempurnalah Sifat Allah pada Kezahiran Wujud yang sebaik-baik rupa kejadian itu”. Dan diisyaratkan Hadis Qudsi “ZAHIRU RABBI WAL BATHINU ABDI” artinya : Kezahiran sifat kesempurnaan Allah itu adalah maujud pada hakikat kesempurnaan seorang hamba yang bernama Muhammad Rasulullah itu. Yakni maujud dengan rupa Insanul Kamil, maka rupa wujud Insanul Kamil itulah yang diisyaratkan oleh AL QUR’AN dengan “AMFUSAKUM” artinya : Wujud Diri Kamu Sendiri, yakni “WAFI AMFUSIKUM AFALA TUBSIRUN” artinya : Dan yang diri kami berupa wujud insan itu apakah tidak kamu pikirkan. Yakni yang menjadi diri hakiki atau diri pertama pada insan itu.
Pada hakikatnya adalah kebenaran dan kesempurnaan Roh Nabi kita yang bernama Muhammad itu semata-mata, dan diri kedua itupun tidak lain karena itulah dinamakan insan yakni yang kedua, atau rupa Muhammad yang nyata, yang nasut, maka kebenaran Roh Nabi kita yang bernama Muhammad itulah yang diisyaratkan oleh Al Qur’an “ALLAHU NURUSSAMA WATIWAL ARDHI” artinya : Kebenaran Nur Allah itu ialah Maujud di langit dan di bumi. Dan ayat seterusnya “NURUN ‘ALA NURIN” artinya : Nur yang hidup dan yang menghidupkan atas tiap-tiap wujud yang hidup pada alam ini, itulah isyarat perkataan 4 (empat) sahabat besar itu yang berbunyi demikian :
Berkata Saidina Abu Bakar Siddik r.a :
ﻮﻤﺎﺮﺍﻳﺖ ﺷﻳﺎﺀﺍﻶ ﻮﺮﺍﻳﺖﺍﷲ
Artinya : Tidak aku lihat pada wujud sesuatu dan hanyalah aku lihat kebenaran Allah semata-mata dahulunya.
Kata Umar Ibnu Khattab r.a :
“MAA RAAITU SYAIAN ILLA WARAAITULLAHU MA’AHU”
Artinya : Tidak aku lihat pada wujud sesuatu dan hanyalah aku lihat kebenaran Allah Ta’ala semata-mata kemudiannya.
Kata Usman Ibnu Affan r.a :
ﻮﻤﺎﺮﺍﻴﺕ ﺘﺒﻳﺎ ﺍﻶ ﻮﺮﺍﻴﺕ ﺍﷲ ﻤﻌﻪ
Artinya : Tidak aku lihat pada wujud sesuatu hanyalah aku lihat kebesaran Allah Ta’ala semata-mata besertanya.
Kata Ali Ibnu Abi Talib r.a :
ﻮﻤﺎﺮﺍﻴﺕ ﺷﻴﺎﺀﺍﻶ ﻮﺮﺍﻴﺕ ﺍﷲ ﻓﻴﻪ
Artinya : Tidak Aku lihat pada wujud sesuatu hanyalah aku lihat kebesaran Allah Ta’ala semata-mata maujud padanya.
Itulah isyarat ayat Al Qur’an “WAKULIL HAMDULILLAH SAYURIIKUM AAYAA TIHI FA’A HIRU NAHA” artinya : Dan ucapkanlah puji bagi Allah karena sangat nampak bagi kamu pada wujud diri kamu itu sendiri, akan tanda-tanda kebesaran Allah Ta’ala, supaya kamu dapat mengenalnya.
Dari itu dengan sabda Nabi Muhammad SAW “MAM TALABAL MAULA BISHAIRI NAFSIHI FAKAD DALLAH DALALAM BA’IDA” artinya : Barang siapa mengenal Allah Ta’ala di luar dari pada mengenal hakikat dirinya sendiri., maka sesungguhnya adalah ia sesat yang bersangat sesat.Karena hakikat diri yang sebenarnya, baik rohani dan jasmani tidak lain melainkan adalah wujud kesempurnaan tajalli NUR MUHAMMAD itu semata-mata. Maka apa-apa nama segala yang maujud pada alam ini, baik pada alam yang nyata dan alam yang ghaib adalah semuanya nama Majazi bagi kesempurnaan tajalli NUR MUHAMMAD.
Adapun makna Syahadat yang tahkikut tahkik “ASYHADUALLA ILAHA ILLALLAH” naik saksi aku bahwasanya Rohku dan Jasadku tidak lain, melainkan wujud kesempurnaan tajalli NUR MUHAMMAD semata-mata. “WA ASYHADUANNA MUHAMMADARRASULULLAH” dan naik saksi Aku bahwa hanya MUHAMMAD RASULULLAH itu tiada lain, melainkan wujud kebenaran tajalli NUR MUHAMMAD yang sebenar-benarnya.
Maka kesempurnaan musyahadah, murakabah dan mukafahah, yakni keesaan pada diri adalah pada keluar masuknya nafas, karena faham tahkik, tidak ada lagi “LAA” tetapi hanya “ILLAH” yakni tidak lain “NAFSI ILLAHU” tidak lain DIRIKU. Melainkan wujud kebesaran NUR MUHAMMAD semata mata.
No comments:
Post a Comment