widgets

widgets

Tuesday, 23 September 2014

CAHAYA DIATAS CAHAYA 1 : MUHAMMAD DIUMPAMAKAN LEBAH MAKA AL-QUR’AN ADALAH MADUNYA

Allah menganugerahkan kefahaman yang dalam tentang Al-Qur’an dan hikmah[1] kepada siapa yang dikehendakiNya. Dan barang siapa yang dianugrahi hikmah, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran dari hikmah tersebut[2].

“Rabbi hab lii hukman wa-alhiqnii bialshshaalihiina  -   Ya Tuhan-ku, berikanlah kepada ku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang sholeh[3]”.
[1] Hikmah dalah pengetahuan yang mendalam tentang rahasia-rahasia Allah.
[2]  Diambil dari QS. Al Baqarah: 269.
[3] Doanya Nabi Ibrahim dalam QS. Asy Syu'ara': 83.

[2]
“Sesungguhnya engkau sekali-kali tidak akan sanggup memahami ilmu-ku, karena ilmu-ku ini ialah yang diajarkan kepada ku tetapi tidak diajarkan kepada mu, dan engkau juga memiliki ilmu yang tidak aku pahami, karena ilmu mu itu yang diajarkan kepada mu tetapi tidak diajarkan kepada ku[1]”.
 [1] Salinan bebas perkataan Nabi Khidir kepada Nabi Musa sewaktu keduanya bertemu.

[3]
Ini adalah bacaan yang diberikan kepadamu supaya engkau mengeluarkan dirimu  dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan ijin Tuhan-mu, yaitu menuju jalan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.

[4]
Yang tidak terdengar oleh-mu, yang tidak terbaca oleh-mu, yang tidak terpikirkan oleh-mu, yang tak terpahami oleh-mu, yang sembunyi dibalik kata dan huruf, yang membuat tergoncang hatimu, untuk itulah kalimat-kalimat ini dibuat agar engkau memahami ilmu hikmah dari Al-Qur’an.


[5]
Langit, bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, laut, batu, pohon dan banyak lagi yang disebutkan oleh Al -Qur’an, yang sebenarnya sebagai perumpamaan bagi orang-orang yang berilmu.

Lihatlah ayat yang berbunyi; “Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti engkau akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir[1]”.

Dan ketahuilah, bahwa gunung yang terpecah belah itu adalah perumpamaan hati manusia.
[1]  QS. Al Hasyr: 21. Apabila Al-Quran dibacakan pada manusia, maka hati mereka menjadi tunduk terhadap kebesaran Allah.

[6]
“Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Nya, tetapi mereka yang kafir mengatakan: Apakah maksud Tuhan menjadikan ini untuk perumpamaan? Dengan perumpamaan itu banyak orang yang Allah sesatkan, dan dengan perumpamaan itu pula banyak orang yang Allah beri petunjuk. Dan tidak ada yang Allah sesatkan kecuali orang-orang yang fasik[1]”.

“Perumpamaan itu Allah buat untuk manusia, dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu[2]”.
 [1]  QS. Al Baqarah: 26.
 [2] QS. Al 'Ankabuut: 43.

[7]
Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya ayat-ayat Allah, kemudian mereka tiada memahami perumpaman-perumpamanNya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Nya[1].
[1] Diambil dari QS.Al-Jumu'ah: 5. Orang yang sudah diberi petunjuk, tapi tidak tau maksud  yang terkandung didalamnya, padahal kemana mana membawa petunjuk tersebut. Mereka seperti keledai yang memanggul Taurat. Hal ini seperti orang Yahudi jamannya Nabi Musa yang telah diberi Taurat tetapi tidak mengerti kandungan-kandungannya walaupun mereka sangat membanggakannya.

[8]
Kepada Rasulullah Muhammad, Dia turunkan kepada beliau perumpamaan dalam ayat-ayat-Nya, yang didalamnya mengandung hikmah.

Dan janganlah engkau heran walaupun Allah telah mengulang-ulang bagi manusia dalam Al-Qur’an bermacam-macam perumpamaan sebagai jalan menujuh ilmu hikmah, tapi manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah[1].
[1] Diambil dari QS. Al Kahfi: 54.

[9]
Hati manusia oleh Al-Qur’an diumpamakan berbagai macam. Hati manusia diumpamakan gunung, laut, langit, gua, sungai, kebun, batu, terompah.

Bahkan hati juga diumpamakan binatang; diumpamakan burung, anjing, babi, semut, keledai. Kalau hal engkau pahami maka ayat Al-Qur’an seperti madu yang disaring[1].
[1] Madu yang disaring adalah ayat-ayat Al-Quran yang telah diperdalam maknanya sehingga diketahui arti hakikatnya. Kata madu yang disaring terdapat di QS. Muhammad: 15.

[10]
Setengah dari pada ilmu ada yang sangat rahasia seperti keadaan sesuatu yang tersembunyi, tidak dapat diketahui ilmu yang sangat rahasia itu kecuali oleh Ulama Billah[1] dan Arifin Billah[2]. Maka apabila mereka menyebutkan ilmu rahasia itu, kebanyakan manusia beriman mengingkarkannya kecuali oleh Ulama dan Arifin Billah itu sendiri[3].

Ilmu yang dirahasialkan tidak lain adalah ilmu hikmah Al-Qur’an dan kema’rifatan kepada Allah.
[1] Ulama Billah adalah ulama yang mengenal Allah.
[2] Arifin Billah adalah manusia  yang mengenal Allah.
[3] Al Hikam, Ibnu Athailah.

[11]
Tidak diturunkan Al-Qur’an itu kecuali terdapat banyak ayat yang saling berlawanan. Ayat yang satu bisa berlawanan dengan ayat yang lain apabila engkau tidak bisa meletakkan pada wadah mana maksud dari ayat-ayat tersebut.

[12]
Gunung, bumi, orang mati yang dapat bicara yang dikatakan Al-Qur’an[1] adalah perumpamaan  hati manusia. Hati manusia akan tergoncang, akan terbelah, akan dapat hidup dan bicara karena mendapat cahaya dari kitab suci Al-Qur’an.
[1] Terdapat di QS. Ar Ra’d: 31.

[13]
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi[1], silih bergantinya malam dan siang[2], bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah matinya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin  dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, sungguh hal itu terdapat ayat-ayat bagi kaum yang memikirkan[3]”.

Allah tidak membukakan rahasia-rahasia[4] Nya kecuali bagi mereka yang piliranya  mampu memahami ayat-ayat yang tertulis di alam semesta, karena dengan itu Ia membuat berbagai perumpamaan.
[1] Langit dan bumi dapat diartikan manusia, yang terdiri dari jiwa manusia adalah langit dan raga manusia  adalah bumi.
[2] Silih bergantinya siang dan malam dapat diartikan kondisi hati manusia yang silih berganti antara terang (mendapat petunjuk) dan kafir (dalam kegelapan).
[3] QS. Al Baqarah: 164.
[4]  Rahasia-rahasia yang ada dunia dan akhirat.

[14]
Dan banyaklah orang berilmu tentang Al-Qur’an mampu mengartikan bahasanya, tapi sedikit yang mampu mengartikan perumpamaan dan hikmah- Nya.

[15] 
Ingatlah engkau bahwa Al-Qur’an itu obyek bukan subyek. Ia tidak bisa melakukan perubahan, ia alat perubahan. Akal-mu lah yang merupakan subyek perubahan.

[16]
Betapa banyak diantara engkau yang membaca dan mengartikan Al-Qur’an, tetapi mereka malas untuk berpikir tentang ayat-ayat Allah[1], padahal dikatakan; “Kadzaalika yubayyinu allaahu lakumu al-aayaati la'allakum tatafakkaruuna - Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada mu supaya kamu berfikir[2]”,

Sungguh Allah mengulang-ngulang sindiran kepada mereka yang enggan berpikir terhadap ayat-ayat Al-Qur’an [3];  “Afalaa ta'qiluuna[4]”, “Afalaa ya'qiluuna[5]”, “Awa lam yatafakkaruu[6]”, “Afalaa tatafakkaruuna[7]”, “Afalaa tadzakkaruuna[8]”, “Afalam takuunuu ta'qiluuna[9]”. Apakah kalian tak memakai akal? Apakah kalian tak menelaah? apakah kalian tak berpikir? 
[1] Melakukan ijtihad, yaitu bersungguh sungguh berjuang secara akal untuk memahami Al-Quran.
[2] QS. Al Baqarah: 219.
[3] Tak kurang dua belas kali perintah untuk berpikir yang ada dalam Al-Quran agar manusia mengetahui rahasia-rahasia kegaiban dan hikmah-hikmah yang digambarkan dalam fenomena alam semesta.
[4] QS. Yunus: 16, QS. Ali 'Imraan: 65, QS. Al Baqarah: 44, QS. Ash Shaaffaat: 138, QS. Huud: 51.

[17]
Janganlah merasa bangga walaupun sedikit atas setetes ilmu yang engkau miliki, kerana diatas langit masih ada langit lagi. Diatas yang berpengetahuan, masih ada lagi yang jauh lebih berpengetahuan. ”Wa fauqa kulli dzii 'ilmin, 'aliim[1]”.
[1] QS. Yusuf: 76.
[5] QS. Yaasiin: 68.
[6] QS. Ar Ruum: 8. QS. Al A'raaf: 184, 
[7] QS. Al An'aam: 50.
[8] QS. Ash Shaaffaat:  155.
[9] QS. Yunus: 16, QS. Yaasiin: 62.

[18]
“Wamaa yastawii al-a'maa waalbashiiru. Walaa alzhzhulumaatu walaa alnnuuru[1]”. Tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat. Tidak sama gelap gulita dengan cahaya, tidak pula sama yang teduh dengan yang panas, dan tidak pula sama orang yang hatinya hidup dan orang-orang yang hatinya mati. Dan tidaklah sama orang yang awam dengan yang berpengatahuan[2] dalam membaca kalimat-kalimat ini.
[1] QS. Faathir: 19-20.
[2]  Ketidaksamaan akan muncul dari reaksi setelah mereka membaca kalimat-kalimat ini. Orang  awam akan mencela dan tidak percaya akan kebenaran yang dijelaskan.

[19]
Walaupun sekiranya Allah turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka, dan Allah kumpulkan pula segala sesuatu ke hadapan mereka, niscaya mereka tidak juga akan percaya dengan kalimat-kalimat yang engkau baca ini[1], kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
[1] Kalimat yang mengajak untuk meng-Esakan Allah dan meniadakan selain dari padaNya.

[20]
Banyak orang yang mampu membaca Al-Qur’an secara imanen[1], tapi sedikit yang memahami sampai ke makna transenden[2]. Sekalipun Al-Qur’an diibaratkan madu, tapi perlu disaring sehingga bisa memberikan bukti yang nyata bagi manusia bahwa Al-Qur’an adalah ‘Kitabun mubin[3]’.
[1] Pengertian yang dapat diterima akal.
[2] Pengertian bathin atau spiritual.
[3] Kitab yang nyata secara imanen dan nyata transenden.

[21]
Apabila Muhammad diumpakan lebah maka Al-Qur’an adalah madunya.“Dan Tuhan-mu mewahyukan kepada lebah: Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat manusia[1]”,

“Kemudian makanlah dari tiap-tiap macam buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhan-mu yang telah dimudahkan bagi mu. Dari perut lebah itu ke luar minuman madu yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda kebesaran Tuhan bagi orang-orang yang memikirkan[2]”.

“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah”, ialah perumpamaan Allah mengutus Rasulullah Muhammad.

“Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat manusia”, ialah Allah menjadikan Rasulullah Muhammad sebagai pembawa wahyu kepada seluruh manusia di muka bumi.

“Makanlah dari tiap-tiap macam buah-buahan dan tempulah jalan Tuhan-mu yang telah dimudahkan bagimu”, maksudnya Allah menyuruh Rasulullah Muhammad hidup dalam jalan kemuliaan yang telah dimudahkan.

“Dari perut lebah itu ke luar minuman madu yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia”, ialah  Rasulullah  Muhammad memiliki mukjizat berupa Al-Qur’an yang bermanfaat sebagai petunjuk hati manusia.

Pemahaman ayat sedemikian ini sulit dipahami, kecuali bagi orang-orang yang mau memikirkan[3].
[1]  QS. An Nahl: 68
[2] QS. An Nahl: 69.
[3] Banyak di akhir ayat Al-Quran yang meyatakan bahwa Allah memberikan petunjuk yang hanya dipahami bagi orang-orang yang mau berpikir.

[22]
Ini adalah sebuah bacaan yang diberikan  kepada mu dengan penuh berkah, supaya engkau mendapatkan ilmu dan pelajaran, karena engkau adalah makluk yang mempunyai pikiran.

Katakanlah, "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.

[23]
Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan keterangan-keterangan ini dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan pintu hati mereka dan tidak  pula mereka bertemu dengan Allah, hingga ada unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Allah memberi ketetapan kepada orang-orang yang tertutup hatinya.

[24]
Ayat-ayat yang tertulis[1] hanyalah jendela dari ayat Allah yang nyata, yaitu langit dan bumi[2]. Dan akal manusialah yang bisa membuka jendela hingga memahami ayat-ayat nyata-Nya.

“Inna fii khalqi alssamaawaati waal-ardhi waikhtilaafi allayli waalnahaari laa’ayaatin li ulii albaabi -  Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat ayat-ayat Allah  bagi orang-orang yang berakal[3]”.

Semua kejadian di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur, dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata[4].
[1] Yaitu Al-Quran 30 Juz.
[2]  Langit dan bumi adalah Lauh Mahfudz-nya Al-Quran.
[3] Diambil dari QS. Ali ‘Imran: 190.
[4] Diambil dari QS. Al An'aam: 59.

[25]
“Pergantian malam dan siang[1] dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya[2], dan pada perkisaran angin terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berakal[3]-[4]”.
[1] Pergantian siang dan malam adalah bolak baliknya hati manusia, yaitu menjadi beriman atau kafir.
[2] Air hujan adalah petunjuk Al-Quran, dihidupkankan bumi sesudah mati maksudnya hati yang tidak mengenal Allah menjadi beriman.
[3] Tidak kurang 12 kali Allah menyebutkan dalam Al-Quran bahwa Ia  memberikan banyak tanda-tanda bagi orang yang berakal.
[4]  QS. Al Jaatsiyah: 5.

[26]
Sunguh amatlah banyak ayat di Al-Qur’an yang menantang manusia agar mempelajari ayat-ayat Allah yang ada dilangit dan bumi sehingga bisa memahami rahasia-rahasia-Nya. Biasanya diawali dengan fenomena alam atau suatu peristiwa, dan diakhiri dengan kalimat; "laa’ayaatin li ulii albaabi", "laaayaatin li-ulii alnnuhaa",  "al-aayaati liqawmin ya'qiluuna", "aayatan bayyinatan liqawmin ya'qiluuna".

Pelajarilah ayat-ayat Al-Qur’an sampai mendalam, karena engkau adalah kaum yang berakal!

[27]
Janganlah engkau heran dalam usahamu menggali hikmah dan rahasia Al-Qur'an, engkau akan menemui banyak pertentangan dari orang-orang sekelilingmu, yaitu orang yang enggan berpikir tapi senang mencelamu. Maka bersabarlah engkau dan berteguhlah, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang dikehendaki-Nya sebagai penguji  atasmu dijalan ijtihad yang terang dan diridhoi Allah.

----------Selesai--------------




CAHAYA DI ATAS CAHAYA 2 : NURUN ALA NURIN




[1] “Allaahu nuuru alssamaawaati waal-ardhi - Allah pemberi cahaya kepada langit dan bumi”.

“Matsalu nuurihi kamisykaatin fiihaa mishbaahun - Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus yang di dalamnya ada pelita besar”,

“Almishbaahu fii zujaajatin - Pelita itu di dalam tabung kaca”,

“Alzzujaajatu ka-annahaa kawkabun durriyyun - dan kaca itu seakan-akan bintang yang cahaya berkilauan’,

“Yuuqadu min syajaratin mubaarakatin - yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya,

“Zaytuunatin laa syarqiyyatin walaa gharbiyyatin - yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur sesuatu dan tidak pula di sebelah baratnya,

“Yakaadu zaytuhaa yudhii-u walaw lam tamsas-hu naarun - yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api”.

“Nuurun 'alaa nuurin [1] - Cahaya Maha Cahaya yang berlapis-lapis”,

“Yahdii allaahu linuurihi man yasyaau - Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki,

“Wayadhribu allaahu al-amtsaala lilnnaasi - dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia,

“waallaahu bikulli syay-in 'aliimun - dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu[2]”.
 [1] “Nuurun 'alaa nuurin” adalah kalimat yang digunakan pada judul buku yang ditulis ini, Nurun Ala Nurin.
 [2] QS. An Nuur: 35.
?
[2]

Tahukah kamu bagaimana Allah sebagai pemberi cahaya langit dan bumi? Maka perhatikan dirimu sendiri[1], yaitu diri kamu diumpamakan sebagai lubang yang tidak tembus (kamisykaatin) yang di dalamnya terdapat pelita besar.

Lapis pertama cahaya yang ada di dalam tubuh manusia adalah cahaya akal, yaitu diumpamakan kaca yang bercahaya (Alzzujaajatu). Semua proses pada diri manusia dikarenakan cahaya (perintah) akal.

Akal bisa memberikan perintah terhadap semua proses pada diri manusia karena ia diberi cahaya (perintah) dari lapisan cahaya di atasnya, yaitu cahaya hati, hati diumpamakan  sebagai pelita besar (mishbaahun)

Hati  bisa bisa memberikan cahaya (perintah) kepada akal karena ia sendiri diberi cahaya (perintah) dari lapisan cahaya di atasnya, yaitu cahaya ruh, ruh diumpamakan sebagai minyak dari pohon yang banyak berkahnya (syajaratin mubaarakatin).

Ruh bisa memberikan cahaya (perintah) kepada hati karena ia sendiri selalu mendapat cahaya (perintah) dari Allah. Ruh terus-menerus mendapat cahaya dari Allah, seperti pohon zaitun (Zaytuunatin) yang terus terkena sinar matahari karena tidak tumbuh di timur sesuatu dan di barat sesuatu, yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api.

Allah adalah Cahaya Maha Cahaya yang berlapis-lapis (Nuurun 'alaa nuurin).

Allah membimbing manusia yang Dia kehendaki kepada cahaya-Nya.

Demikian Allah membuat perumpamaan kepada manusia tentang Diri-Nya sebagai  pemberi cahaya langit dan bumi, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
[1] Penjabaran tentang cahaya Allah pada QS. An Nur: 35 secara induktif dan metafora, yaitu menjabarkan sesuatu yang besar dengan membuat perumpamaan pada hal yang lebih kecil, serta letak sesimpulan dari ayat ini berada dibagian akhir.

[3]
Al-Qur’an adalah cahaya Allah bagi semesta alam, memiliki beberapa nama yang disebutkan dalam ayat-ayatnya.

Al-Qur’an bernama; Al Qitab (kitab)[1], Al-Hudaa (Petunjuk)[2],  Al-Furqan (Pembeda)[3], Ar-Rahmah (Rahmat)[4], An-Nuur (Cahaya)[5], Ar-Ruuh (Ruh)[6], Asy-Syifaa’ (Penawar)[7], Al-Haq (Kebenaran)[8], Al-Bayaan (Keterangan)[9], Al-Mau’izhah (Pelajaran)[10], Adz-Dzikr (Pemberi Peringatan)[11], Al-Busyraa (Berita Gembira)[12], Al-Hukm (peraturan)[13], Al-Hikmah (kebijaksanaan)[14], Al-Bayan (penerang)[15], Al-Kalam (firman)[16], Al-Basha'ir (pedoman)[17], Al-Balagh (kabar)[18], Al-Qaul (perkataan)[19], Al Mizan (neraca keadilan)[20].


[1] QS Al-Baqarah: 2; Kitab Al-Quran ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.
[2] QS Al-Baqarah: 185; Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan  Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia. QS Al-Baqarah: 138, Al-Quran ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
[3] QS. Al Furqan: 1; Maha suci Allah yang telah menurunkan pembeda kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.
[4] QS. Al Israa’: 82; Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.
[5] QS. An Nisaa’: 174; Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al-Quran).
[6] QS. Asy Syuura: 52; Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (Al-Quran) dengan perintah Kami.
[7] QS. Yunus: 57; Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penawar bagi penyakit-penyakit yang berada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
[8] QS. Al-Quran: 147; Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.
[9] Ali 'Imraan: 138; Al-Quran ini adalah ketarangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
[10] QS. Al Qamar: 54; dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?
[11] QS. Al Hijr: 9; Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan adz-zikra (pemberi peringatan), dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.
[12] QS. An Nahl: 89; Dan ingatlah akan hari ketika Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu Muhammad menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al-Quran untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. Terdapat juga di QS. An Nahl: 102; Katakanlah: Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al-Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan hati orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri kepada Allah.
[13] QS. Ar Ra’d: 37; Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al-Quran itu sebagai peraturan yang benar dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah.
[14] QS. Al Israa': 39; Itulah sebagian kebijaksanaan yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. Dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah).
[15] QS. Al ‘Imraan: 138; Al-Quran ini adalah penerang bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
[16] QS. At Taubah: 6; Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.
[17] QS. Al Jaatsiyah: 20; Al-Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.
[18] QS. Ibrahim: 52; Al-Quran ini adalah kabar yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.
[19] QS. Al Qashash: 51; Dan sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut perkataan ini (Al-Quran) kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran.
[20] QS. Asy Syuura: 17; Allah-lah yang menurunkan kitab dengan membawa kebenaran dan menurunkan neraca keadilan. Dan tahukah kamu, boleh jadi hari kiamat itu sudah dekat ??

----------Selesai---------



CAHAYA DI ATAS CAHAYA 3: JATI DIRI MANUSIA



[1] Manusia diciptakan dari cahaya, diisi dengan cahaya, dibungkus dengan cahaya, didekatkan dengan cahaya, dikuatkan dengan cahaya, serta ditempatkan di sumber cahaya.

Manusia berasal dari Cahayanya Cahaya Maha Cahaya.  

Allah adalah Cahaya Maha Cahaya, petunjuk-Nya adalah Cahaya, kalam-Nya adalah Cahaya.

Allah memberikan cahaya-Nya pada siapa saja yang Ia kehendaki di antara hamba-Nya.

[2]
Semua makluk diciptakan tak ubahnya seperti garam didalam laut. Nama-wujud-sifat-gerak-ilmu-semuanya, bukan garam melainkan laut itu sendiri. "Inna rabbaka ahad - Sesungguhnya Tuhanmu meliputi segala manusia[1]"
[1] QS. Al Israa': 60.

[3]
Ketahuilah bahwasannya masterpeace ciptaan Allah adalah manusia. Al-Qur’an, Islam, surga-neraka, langit-bumi, malaikat- iblis, Jin, dan seluruh makluk lain adalah komponennya.

Manusia adalah sebaik-baik ciptaan “Laqad khalaqnaa al-insaana fii ahsani taqwiimin – Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya[1]”.

Dan kepada manusia, Allah sendirilah yang meniupkan ruh-Nya, “Fa-idzaa sawwaytuhu wanafakhtu fiihi min ruuhii - Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruh-Ku[2]”.
[1] QS. At Tiin: 4.
[2] QS. Shaad: 72.

[4]
Dalam tiap diri manusia itu ada sebuah kaum yang beraneka ragam sifatnya, sehingga apabila Al-Qur’an mengatakan “Ya Ayyuhalladzina 'Amanu”, “Ya ayyuhal kafirun”, “Ya ayyuhal munafiqun”, “musyrikuun”, “Nashoro” atau “Yahuda”-itu semua menyebut diri kita sendiri. Bukan kita yang beriman, orang lain dikafirkan, orang lain dimunafikan. Bukan kita yang muslim kemudian orang yang berbeda keyakinan dengan kita diyahudikan atau dikristenkan.

[5]
Manusia belum tentu konstan berlaku sebagai manusia, bisa juga pada momentum tertentu, pada kondisi psikologis tertentu, pada situasi perhubungan sosial tertentu, pada peristiwa tertentu, manusia berlaku sebagai monster, kanibal, hewan, setan atau bahkan iblis.

[6]
Iblis berasal dari Segitiga Bermuda. Apakah Segitiga Bermuda? Dimana Segitiga Bermuda?

Segitiga Bermuda adalah nafsu manusia, yaitu “Nafsu Amarah”, “Nafsu Lauwamah” dan “Nafsu Mulhimah”. Karena ketiga nafsu itu berada di hati manusia, sungguh berhati-hatilah engkau dari padanya.

[7]
Cukuplah Allah sebagai Tuan Rumah (hati) mu, dan Muhammad sebagai penjaga pintunya.

[8]
Dalam keadaan sakratul maut, Si Fulan tiba-tiba merasa dirinya berada di depan sebuah pintu gerbang langit. Dan diketuknya pintu gerbang langit.

“Siapa di situ?” ada suara dari dalam.
Lalu Si Fulan menjawab, “Saya, Tuan.”

“Siapa kamu?”
“Fulan, Tuan.”

“Apakah itu namamu?”
“Benar, Tuan.”

“Aku tidak bertanya namamu. Aku bertanya siapa kamu.”
“Saya Fulan Bin Fulan”

“Aku tidak bertanya kamu anak siapa. Aku bertanya siapa kamu.”
“Saya seorang pejuang”

“Aku tidak menanyakan pekerjaanmu. Aku bertanya siapa kamu?”
“Saya seorang Muslim, pengikut Rasulullah SAW.”

“Aku tidak menanyakan agamamu. Aku bertanya siapa kamu.”
“Saya ini manusia. Saya setiap hari sholat lima waktu dan saya suka kasih sedekah. Setiap Ramadhon saya juga puasa dan bayar zakat.”

“Aku tidak menanyakan jenismu, atau perbuatanmu. Aku bertanya siapa kamu.”

Fulan tidak bias menjawab. Ia berbalik dari pintu gerbang langit, gagal masuk kedalamnya karena tidak mengenal siapa dirinya.

Ada kalimat yang agung mengatakan, “Barang siapa mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya”. “Man ‘Arafa Nafsahu, Faqad ‘Arafa Rabbahu”.

[9]
Tidak ada sejentik ruangan dalam hati manusia yang tidak diisi oleh kekuasaan Allah, walaupun sejentik itu berupa kekafiran terhadap Allah sendiri[1].

“Dan Tuhanmu mengetahui apa yang disembunyikan dalam dada mereka dan apa yang mereka nyatakan[2]”.
[1] Sifat kafir dan mukmin yang ada didalam hati semua manusia adalah kekuasaan  Allah.
[2] QS. Al Qashash: 69, demikian juga terdapat di QS. An Naml: 74.
?
[10]
" Dan Kami tampakkan Jahanam pada hari itu kepada orang-orang kafir  dengan jelas, yaitu orang-orang yang matanya dalam keadaan tertutup dari zikir terhadap tanda-tanda kebesaran-Ku, dan adalah mereka tidak sanggup mendengar[1]”. 

Tahukah engkau siapa yang disebut kafir? ‘Kafir’ bukanlah orang yang berbeda agama (diluar Islam), tetapi ‘kafir’[2] adalah siapa saja[3], termasuk orang yang muslim sekalipun  yang mata dan telinga qalbu didalam dadanya tidak berfungsi.

”Fa-innahaa laa ta'maa al-abshaaru walaakin ta'maa alquluubu allatii fii alshshuduuri - Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada[4]. 
Kekafiran dan keimanan bisa menimpa qalbu semua orang ibarat bumi tertimpa  malam. Ada permukaan bumi yang lebih panjang malam dari pada siang, dan ada permukaan bumi yang lebih panjang siang dari pada malam, dan ada pula permukaan bumi yang hanya tertimpa malam saja, atau siang saja. Sesungguhnya yang demikian terdapat ayat-ayat Allah bagi mereka yang mau menggunakan pikiran. 
[1] QS. Al Kahfi: 100-101.
[2]  Asal kata ‘kafir’ atau ‘kufur’ adalah ‘kafara’ yang artinya tertutup.  Kata ini kemudian diserap dalam bahasa Inggris menjadi ‘cover’, artinya penutup.
[3]  Predikat kafir bisa menimpa siapa saja dan kapan saja, walaupun seorang telah melakukan amal ibadah bukan berarti suatu saat ia tidak bisa tertimpa kekafiran.
[4] QS. Al Hajj: 46.

--------Selesai---------

No comments: