widgets

widgets

Friday, 7 November 2014

APAKAH SEBENAR BENARNYA QOLBU ?


Banyak orang memahami bahwa hati (qolbu) itu adalah segumpal daging dalam diri manusia. Pemahaman ini tidak salah karena didasarkan pada sabda Rosululloh Saw sebagai berikut :

Artinya : “… Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati (qolbu) “. (Riwayat Bukhori dan Muslim)

Namun pemahaman ini adalah pemahaman yang sangat mendasar yang diajarkan oleh Rosululloh Saw kepada umatnya yang pada waktu itu masih kental dengan kejahiliyahan dan tidak mau menerima sesuatu yang sulit difahami secara akal. Adapun maksudnya agar umatnya mudah mengerti dan tidak timbul banyak pertanyaan yang menjadikannya kembali kepada kemusyrikan dan kekufuran.

Menurut penjelasan K.H. Zainal Abidin Bazul Ashab (Pimpinan Pondok Pesantren Az-Zainiyyah, Nagrog – Sukabumi) bahasa yang digunakan oleh Rosululloh Saw dalam hadits di atas merupakan kepiawaian komunikasi artinya yang dimaksudkan oleh beliau bukanlah hati yang berbentuk segumpal darah itu, akan tetapi tempat atau mahalnya berada tepat di bagian tersebut.

Qolbu adalah sebuah latifah/titik sensor/dimensi ketuhanan yang tidak mempunyai bentuk fisik sebagaimana difahami oleh sebagian kita. Untuk membuktikan bahwa qolbu itu bukanlah daging hati, kita bisa melihat dan menyaksikan seekor ayam atau kambing yang kita potong kemudian kita bedah perutnya maka kita akan menemukan pada hewan tersebut segumpal daging yang disebut daging hati, tapi pernahkah setelah kita cari kemudian kita temukan di dalam perut hewan yang sudah dibedah tersebut ada daging qolbu.

Kemudian kita pergi ke sebuah warung makan atau restoran lalu kita bertanya apakah disana ada sop daging hati atau goreng daging hati, maka pasti di salah satu warung makan atau restoran itu ada dan disediakan menu makanan dengan lauk sop atau goreng daging hati. Tapi coba kita tanyakan apakah disana ada sop atau goring daging qolbu, maka jawabannya pasti tidak ada karena qolbu tidak diperjualbelikan dan bukan untuk dimakan dan bukan pula berbentuk segumpal daging.

Daging hati yang berbentuk segumpal daging itu dalam bahasa arab disebut “kabid” bukan qolbu. Adapun qolbu menurut Imam Al-Ghozali r.a adalah ruh, akal atau nafsu.


APA ITU RUH ? Firman Alloh Swt dalam surah Al-Israa ayat 85 :

Artinya : dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".

Dalam kitab sirrurl asror karya Syekh Abdul Qodir Al-Jailani dikemukakan sebagai berikut : Makhluk yang pertama kali diciptakan oleh Alloh Swt adalah ruh, ruh siapa? Ruh Muhammad Saw. Sebagaimana telah Alloh firmankan dalam hadits qudsi : “Aku ciptakan ruh Muhammad dari cahaya-Ku”.

Ruh adalah hakikat Muhammad dan hakikat Muhammad disebut nur kenapa disebut nur ? karena bersih dari segala kegelapan. Ruh Muhammad adalah ruh termurni sebagai makhluk pertama dan asal seluruh makhluk, sebagaimana sabda beliau Saw : “aku dari Alloh dan makhluk lain dari aku”.

Dari ruh Muhammad inilah Alloh menciptakan semua ruh di alam lahut (negeri asal setelah 4.000 tahun dari penciptaan ruh Muhammad). Kemudian ruh-ruh tersebut diturunkan ke tempat yang terendah, dimasukkan kepada makhluk yang terendah, yaitu jasad. Jasad itu sendiri diciptakan Alloh dari bumi yang tersusun dari empat unsur (tanah, air, api dan angin).

Setelah diwujudkan jasad itu maka Alloh menitipkan ruh dari-Nya ke dalam jasad, dan sebagai barang titipan pastinya Alloh akan mengambil kembali titipannya itu. Ketahuilah ruh itu memiliki perjanjian awal di negeri asalnya yaitu alam lahut dan isi perjanjiannya adalah ketika Alloh bertanya kepada semua ruh : “Alastu birobbikum?” (Bukankah Aku ini Tuhanmu sekalian?) Ruh-ruh menjawab : “Benar, Engkau adalah Tuhan kami”. (Al-‘A’raf 172). Tapi sayang banyak ruh yang lupa dengan perjanjian awalnya terhadap Alloh Swt, sehingga mereka terlena dan betah tinggal di dalam jasad sebagai tempat terendah bagi mereka.

Ruh-ruh yang setia dan tetap memegang perjanjian awal pada hakikatnya mereka tetap berada pada negeri asalnya yaitu alam lahut meskipun badannya di bumi. Namun sangat sedikit orang yang sadar dan berkeinginan pulang atau kembali ke negeri asalnya. Oleh karena itu Alloh melimpahkan kenabian kepada ruh agung Muhammad sebagai penunjuk jalan dari kesesatan mereka. Nabi mengajak mereka agar kembali dan sampai serta bertemu dengan Alloh Swt.

Tapi sebagai manusia biasa Nabi memiliki keterbatasan waktu di dunia ini untuk menjalankan tugasnya tersebut, maka kemudian Alloh mewariskan tugas ini kepada para ulama yang sholih yang sudah mencapai kesucian ruh dan telah Alloh berikan bashiroh (pandangan yang jelas) kepadanya. Siapa mereka? Mereka adalah para wali Alloh.

Para wali Alloh sebagai ahli bashiroh telah dibukakan mata hatinya untuk mengetahui jalan menuju Alloh, mereka itulah yang disebut ahli ruhani.

Ruh terbagi ke dalam 4 bagian :(1) Ruh Al-Qudsi (ruh termurni), yaitu ruh yang berada di alam lahut atau alam ma’rifat atau alam tertinggi. Ruh ini adalah hakikat manusia yang disimpan di 3dalam lubuk hati. Keberadaannya akan diketahui dengan taubat dan talqin kalimat “Laa Ilaaha Illalloh”. Ruh ini dinamakan oleh ahli Tashowuf sebagai bayi ma’nawi (thiflul ma’ani). Ruh inilah yang senantiasa akan mampu berhubungan dengan Alloh Swt sedangkan badan atau jasmani ini bukan mahromnya bagi Alloh. Ruh Al-Qudsi telah Alloh tempatkan di dalam rasa (sirri). Alatnya adalah ilmu hakikat, yaitu ilmu tauhid. Amalannya adalah mudawamah nama-nama Tauhid dengan lisan sir tanpa suara dan huruf. Siapapun tidak ada yang mampu melihat/menelitinya kecuali Alloh. Adapun keuntungannya yaitu keluarnya tiflul ma’ani, musyahadah serta terarah dan melihat kepada zat Alloh dalam keagungan-Nya dan dalam keindahan-Nya dengan penglihatan sirri.

(2) Ruh Sulthoni, adalah ruh yang memiliki lapisan (balutan cahaya) di alam jabarut. Tempat ruh ini adalah fuad (mata hati). Alatnya adalah ma’rifat dan amalannya adalah mudawamah asma Alloh dengan lisan dan hati (qolbu). Adapun keuntungan pengolahan dari ruh sultani adalah melihat pantulan “Jamalillah” (keindahan Alloh). Tempatnya adalah di sorga ketiga yaitu sorga firdaus.

(3) Ruh Sairani Rawani (ruh ruhani), adalah ruh yang memiliki lapisan (balutan cahaya) di alam malakut. Tempatnya adalah hati (qolbu). Alatnya adalah mudawamah asma’ul bathin tanpa suara dan huruf, hasilnya adalah ma’rifat kepada Alloh Swt, ilmu bathin, memperoleh ketenangan did lam bergaul, hidupnya hati dan musyahadah di alam malakut (seperti menyaksikan sorga dan ahlinya dan malaikat-malaikatnya). Tempatnya di akhirat adalah sorga tingkat ke dua yaitu sorga na’im.

(4) Ruh Jismani, adalah ruh yang memiliki lapisan (balutan cahaya) di alam mulki (alam terendah bagi ruh). Ruh jismani Alloh telah tempatkan di dalam jasad antara daging dan darah tepatnya di wilayah dada dan anggota badan yang zahir. Alat untuk mengolah ruh ini adalah syari’at, hasilnya adalah wilayah (pertolongan Alloh), mukasyafah (terbukanya hijab antara manusia dengan Alloh), dan musyahadah (merasa berhadap-hadapan dengan Alloh) begitupula karomatul kauniyah pada martabat kewalian seperti ; berjalan di atas air, terbang di udara, menyingkat jarak, mendengar dari jauh, melihat rahasia badan dsb. Keuntungan di akhirat akan ditempatkan di sorga ma’wa.

Setiap ruh itu mempunyai hanut (tempat) di daerah keberadaannya, dan bekal/alat pengolahannya dan keuntungan/hasil pengolahannya dan cara pengolahannya yang tidak pernah sia-sia yang diketahui secara tertutup (rahasia) maupun secara terbuka. oleh karena itu wajib bagi setiap manusia untuk mengetahui cara mengolah dirinya, sebab apa yang dilakukan di muka bumi ini akan diminta pertanggung jawabannya kelak di hari kiamat.

Tujuan utama didatangkannya manusia kea lam terendah adalah agar manusia berupaya kembali mendekatkan diri kepada Alloh dan mencapai darajat (kembalinya manusia ke tempat asalnya) dengan menggunakan hati (qolbu) dan jasad. Maka perlu ditanamkan bibit tauhid di lading hati agar tumbuh menjadi pohon tauhid yang akarnya tertanam di dalam rasa dan menghasilkan buah tauhid untuk mencapai ridho Alloh Swt.

Syekh Abdul Qodir Al-Jailani menyebut ruh atau hakikat Muhammad itu adalah akal.


APA ITU AKAL ?Kebanyakan kita mengatakan bahwa akal itu adalah otak, sehingga kalau kita berkata kepada orang lain “gunakan akalmu!” maka kita akan menunjuk dan mengarahkannya kepada kepala kita sebagai isyarat bahwa tempatnya akal disana. Ketahuilah wahai saudaraku akal bukanlah otak, jadi letak keberadaannya bukan di kepala. Keberadaan akal tidaklah berbentuk secara fisik sehingga tidak dapat dilihat oleh mata kepa ini. Tapi meskipun demikian, fungsi dan gerakannya dapat dirasakan.

Semoga Alloh senantiasa menjaga kita dari kesesatan, semoga kita diberikan pemahaman yang mendalam akan akal ini sehingga kita tahu sebenarnya akal itu apa. Sulit saudaraku untuk yakin dan beriman dengan menggunakan otak kita ini, otak ini selalu menuntut bukti nyata, alasan dan sebab yang benar menurutnya. Dengan selalu menggunakan otak dan menuntut segala sesuatunya harus rasional akhirnya kita tidak bisa beriman secara betul-betul akan tetapi malah bermain-main dalam keimanan. Seperti dalam melaksanakan sholat, perhatikanlah firman Alloh berikut :

Artinya : “dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sholat, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal”. (Al-Maaidah ayat 58)

Akal adalah alat untuk berfikir dan memahami ayat-ayat Alloh baik yang kauniyah maupun quraniyah. Tapi berfikir dengan akal tidak seperti berfikir dengan otak, berfikir dengan akal itu akan berujung dengan satu kesimpulan : “robbana maa kholaqta hadza baathila” tidak ada sesuatu apapun yang Alloh telah ciptakan itu sia-sia. Apabila seseorang telah mempergunakan akalnya dalam berfikir dengan baik dan benar maka keimanannya akan semakin mantap dan terus meningkat.

Sekarang kita buktikan bahwa akal bukanlah otak, pernahkah anda makan goring atau pepes ikan mas ? ketika kita makan dibagian kepalanya akan terdapat yang disebut otak ikan. Tapi sekarang adakah di kepala ikan itu akal, maka pasti tidak ada karena akal bukan di kepala dan akal bukan otak. Kalau akal diartikan otak seperti yang ada di kepala ikan maka berarti ikan juga punya akal. Jadi jelas bahwa akal bukanlah otak dan otak bukanlah akal. Akal itu adalah qolbu, sebagaimana Alloh firmankan dalam surah Qoof ayat 37 :
Artinya : “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang Dia menyaksikannya”.

Dalam ayat di atas Alloh menggunakan kata qolbun untuk menyatakan akal.


APA ITU NAFSU ?


Nafsu adalah elemen jiwa (unsur ruh) yang berpotensi mendorong pada tabi’at badaniyah/biologis dan mengajak diri pada berbagai amal baik atau buruk. Nafsu itu pula adalah ruh sebagaimana dimaksud dalam firman Alloh surah At-Takwir ayat 7 :Artinya : “dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh)”.Nafsu di dalam ayat ini diartikan ruh.

Adapun nafsu memiliki tingkatan-tingkatan. Syekh Muhammad Nawawi Al-Jawi membagi nafsu dalam 7 tingkatan yang dikenal dengan istilah “marotibun nafsi” yaitu terdiri dari :

(1) Nafsu AmarohNafsu amaroh tempatnya adalah “ash-shodru” artinya dada. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :1. Al-Bukhlu artinya kikir atau pelit2. Al-Hirsh artinya tamak atau rakus3. Al-Hasad artinya hasud4. Al-Jahl artinya bodoh5. Al-Kibr artinya sombong6. Asy-Syahwat artinya keinginan duniawi

(2) Nafsu LawwamahNafsu lawwamah tempatnya adalah “al-qolbu” artinya hati, tepatnya dua jari di bawah susu kiri. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :1. Al-Laum artinya mencela2. Al-Hawa artinya bersenang-senang3. Al-Makr artinya menipu4. Al-Ujb artinya bangga diri5. Al-Ghibah artinya mengupat6. Ar-Riya’ artinya pamer amal7. Az-Zulm artinya zalim8. Al-Kidzb artinya dusta9. Al-ghoflah artinya lupa

(3) Nafsu MulhimahNafsu mulhimah tempatnya adalah “Ar-ruh” tepatnya dua jari di bawah susu kanan. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :1. As-Sakhowah artinya murah hati2. Al-Qona’ah artinya merasa cukup3. Al-Hilm artinya murah hati4. At-Tawadhu’ artinya rendah hati5. At-Taubat artinya taubat atau kembali kepada Alloh6. As-Shobr artinya sabar7. At-Tahammul artinya bertanggung jawab6(4) Nafsu MuthmainnahNafsu muthmainnah tempatnya adalah “As-Sirr” artinya rahasia, tepatnya dua jari dari samping susu kiri kea rah dada. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :1. Al-Juud artinya dermawan2. At-tawakkul artinya berserah diri3. Al-Ibadah artinya ibadah4. Asy-Syukr artinya syukur atau berterima kasih5. Ar-Ridho artinya rido6. Al-Khosyah artinya takut akan melanggar larangan

(5) Nafsu RodhiyahNafsu rhodiyah tempatnya adalah “Sirr Assirr” artinya sangat rahasia, tepatnya di jantung yang berfungsi menggerakkan seluruh tubuh. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :1. Al-Karom artinya2. Az-Zuhd artinya zuhud atau meninggalkan keduniawian3. Al-Ikhlas artinya ikhlas atau tanpa pamrih4. Al-Waro’ artinya meninggalkan syubhat5. Ar-Riyadhoh artinya latihan diri6. Al-Wafa’ artinya tepat janji

(6) Nafsu MardhiyahNafsu mardhiyah tempatnya adalah “Al-khofiy” artinya samar, tepatnya dua jari dari samping susu kanan ke tengah dada. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :1. Husnul Khuluq artinya baik akhlak2. Tarku maa siwalloh artinya meninggalkan selain Alloh3. Al-Luthfu bil kholqi artinya lembut kepada makhluk4. Hamluhum ‘ala sholah artinya mengurus makhluk pada kebaikan5. Shofhu ‘an dzunubihim artinya mema’afkan kesalahan makhluk6. Al-Mail ilaihim liikhrojihim min dzulumati thoba’ihim wa anfusihim ila anwari arwahihim artinya mencintai makhluk dan cenderung perhatian kepada mereka guna mengeluarkannya dari kegelapan (keburukan) watak dan jiwa-jiwanya ke arah bercahayanya ruh-ruh mereka.

(7) Nafsu KamilahNafsu kamilah tempatnya adalah “Al-Akhfa” artinya sangat samar, tepatnya di tengah-tengah dada. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :1. Ilmu Al’Yaqiin2. Ainul Yaqiin3. Haqqul Yaqiin

QOLBU = RUH = AKAL = NAFSUKenapa dikatakan demikian, karena memang benar seperti itu adanya. Mari kita lihat bersama apabila ada di hadapan kita sosok mayat. Apabila saya tanyakan, mayat ini sudah tidak ada apanya : qolbunya, ruhnya, akalnya atau nafsunya. maka pasti jawabannya : “semuanya”.

Tidak salah apabila ada yang mengatakan qolbunya yang tidak ada, karena ketika seseorang meninggal maka qolbunya yang selalu menjadi sumber perasa ketika masih hidup seperti ; sedih, senang, tentram, menyesal, marah maka setelah meninggal perasaan di mayat itu hilang, dia tidak merasakan apa-apa lagi.

Tidak salah juga kalau orang berkata ruhnya yang tidak ada, karena ruh adalah nyawa bagi mayat itu. Setelah ruhnya tidak ada maka mayat itu tidak bernyawa lagi, tidak bernafas lagi tidak berdetak lagi jantungnya serta nadinyapun tidak berdenyut lagi.

Apabila ada yang mengatakan akalnya yang tidak ada, maka ini juga betul karena setelah meninggalnya seseorang maka mayat orang tersebut tidak akan berfikir lagi dan tidak akan faham lagi dengan ilmu-ilmu yang dulu pernah dipelajarinya selagi hidup.

Terakhir jika dikatakan yang tidak ada itu nafsunya, maka ini pun betul. Karena nafsu itu adalah unsur dalam jiwa orang yang masih hidup yang memiliki keinginan-keinginan baik maupun buruk. Dengan demikian setelah menjadi mayat maka tidak ada lagi pada mayat itu nafsunya sehingga dia tidak memiliki keinginan apapun.

Sekarang dapat kita simpulkan kalau semua jawaban tersebut adalah benar, maka berarti keempat nama yang berbeda itu adalah satu, sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Imam Al-Ghozali r.a : qolbu, ruh, akal dan nafsu itu adalah satu. (syai’un wahidun).

Sumber : Pondok Pesantren Suryalaya, Indonesia
https://www.facebook.com/abubakar.ahmadmansor.page

RUKUN IMAN MENURUT ISLAM


Apakah maksud percaya kepada Allah.

Percaya kepada Allah itu, biarlah sampai kepada tahap tidak dikeranakan dengan suatu kerna. Tidak disebabkan dengan suatu sebab dan tidak disabitkan dengan suatu sabit!.
Percaya kepada Allah itu, hendaklah tidak dengan beralasan. Kerana Allah itu, adalah Allah. Yang nyata Allah, yang ghaib Allah, yang zahir Allah, yang batin Allah, yang awal Allah dan yang akhirpun Allah. Segala-galanya Allah, kenapa masih tak terlihat Allah……….
Tidak ada ruang untuk wujud (ada), ujud (menjadikan) dan mujud (dijadikan) sifat makhuk. Tidak ada ruang diantara awal dan akhir itu, ditengah-tengahnya adanya kita!.
Percayalah bahawasanya Allah itu, terang yang wajahNya lebih terang dari cahaya matahari. Dekat mata putih dengan mata hitam, lebih dekat lagi Allah. Nyatanya ibu bapa kita, sesungguhnya Allah itu lebih nyata dari kedua ibu bapa kita. Kenapa tak terlihat?.
Mengenal, melihat, memandang atau menatap wajah Allah itu, hendaklah denngan nyata- senyata nyatanya!. Tanpa terselindung oleh sesuatu. Allah bukan sesuatu tetapi zahir pada tiap sesuatu!.
Allah tidak ada hijab, tidak ada dinding dan tidak ada tabir, yang boleh menghalang kita dari menilik, menatap, memandang atau melihatNya!. Sebab yang menjadi terhijabnya kita dari tertilik Allah  itu, adalah kerana kita masih mengadakan “sifat keakuan”.
Percaya kepada Allah itu, hendaklah sampai sehingga kepada tahap tidak ada dalil. Kerana segala-galanya itu, adalah wujudnya Allah. La maujud Bilhaqqki Illalah.

Apakah maksud atau beriman kepada Al-Quraan.

Maksud beriman kepada Al-Quraan itu, adalah hendaklah kita mendahului Allah berbanding diri kita. Quraan itu adalah kalam Allah. Kalam Allah itu, adalah perkataan Allah.  Bermaknanya disini, hendaklah kita mendahului kata-kata atau ketetapan Allah, berbanding kata kita atau ketetapan akal kita!.  Bilamana kita beriman kepada Al-Quran, bermakna kita dikehendaki mendahului ketetapan Allah, berbanding ketetapan ketetapan yang kita tetapkan!.
Apa yang terjadi atas kita itu, hendaklah kita tahu yang bahawasanya ketetapan kata Allah itu, telah mendahului kejadian apa yang berlaku. Sebelum kita rugi dalam perniagaan, sebelum kita putus kasih, sebelum bercerai atau sebelum  kita mati itu, sesungguhnya Allah sudah merugikan kita sebelum kita rugi.  Sebelum kita putus tunang, putus kasih atau bercerai itu, sesungguhnya kita telah diputus atau telah diceraikan oleh Allah mendahului putus atau bercerainya kita. Sebelum kita lahir atau sebelum kita mati, ketetapan Allah itu, telah mendahului kita. Sebenarnya sebelum kita lahir, Allah dan lahirkan kita dalam ilmuNya.
Sebelum kita mati, sesungguhnya ita itu telah dimatikan Allah, dalam ilmuNya. Sebelum kita masuk syurga atau neraga itu, sesungguhnya Allah sudah terlebih dahulu memasukkan kita kedalam neraka atau syurga!.
Kata-kata Allah itu, sesungguhnya telah medahulu kata-kata, niat atau kehendak kita!. Maka redha dan ikhlaslah dalam menerima segala cubaan atau musyibah yang berlaku. Beriman kepada  Al-Quraan itu, adalah mendahulu kata-kata Allah berbanding kata-kata kita!. Mendahului ketetapan Allah sebelumnya, berbanding apa yang berlaku.
Mana sebenar-benar Al-Quraan?.
Yang kita sebut itu suara atau bunyi suara yang keluarnya dari bibir mulut. Yang kita baca itu, adalah berupa suratan atau berupa tulisan (dari dakwat) yang tertulis diatas yang berupa kertas.
Sedangkan Al-Quraan itu, adalah kalam Allah, bahasa Allah, kata-kata Allah, ucapan Allah dan suara Allah. Yang tidak berhuruf, tidak bersuara, tidak berjirim da tidak berjisim.
Adapun yang kita baca itu, adalah berupa kertas yang bertulilsan dengan dakwat. Dibakar hangus, direndam basah, ditanam dalam, digantung tinggi dan ditembak tembus. Sedangkan kata-kata Allah itu adalah berupa bahasa percakapan allah yang tidak samadengan suara bibir mulut kita?.
Jika Quraan itu, bukan seperti suara bibir, bukan seperti tulisan atas kertas, dimanakah kata-kata Allah yang bernama Quraan?.
Yang kita sebut itu, suara yang keluarnya dari anggota bibir, adapun kata-kata Allah itu, tidak sebagaimana suara bibir!. Yang kita baca itu, adalah kertas, sedangkan kata-kata Allah itu, tidak seperti kertas!. Manakah yang dikatakan sebenar-benar Al-Quraan (sebenar-benar kata-kata Allah). Atau dalam bahasa mudah, Al-Quraan itu, adalah percakapan Alah. Adapun percakapan Allah itu, bukan sebagai petuturan bibir mulut. dimana Al-Quraan.
Al-Quraan atau kata-kata Allah itu, adalah “KUN” . dari perkataan kun itulah, makanya terjadinya sekalian Alam.
Oleh itu,  sekalian Alam inilah “KUN” Allah, kata-kata Allah atau Al-Quraan.

Apakah maksud beriman kepada Rasul.

Rasul itu ertinya pesuruh manakala pesuruh itu pula, adalah orang yang kena suruh. Adapun maksud beriman kepada Rasul itu, adalah mendahului kena suruh daripada yang menyuruh.
Maknanya disini bahawa sebelum kita melakukan sesuatu, sebenarnya kita telah melakukan sesuatu mengikut kehendak yang menyuruh, yang menyuruh itu, seungguhnya telah mendahului sebelum segala sesuatu sampai kepada yang kena suruh!.
Kita kena percaya dan penuh yakin bahawa sebelum segalanya sesuatu itu berlaku atau terjadi, sesungguhnya perlakuan dan kejadian itu, sesungguhnya telah pun berlaku dan telahpun siap terjadi sebelumnya!.
Setelah kita yakin dan penuh percaya kepada rasul (beriman kepada Rasul),  maka hendaklah kita taat, patuh  dan mengikut serta mematuhi apa sahaja yang telah dahulu ditetapkan sebelumnya. Ingatlah bahawsanya kita ini, orang yang kena suruh (pesuruh), kita ini kuli dan kita ini hanyalah hamba sahaya yang fakir, yang hanya menurut sahaja apa perintah atau kehendak yang telah ditetapkan!.
Jika diberi sakit, maka sakitlah kita, jjika diberi miskin, maka miskinlah kita, jika diberi musyibah, maka azablah kita dan jika diberi mati,maka matilah kita. selaku yang kena suruh, hendaklah kita patuh kepada apa yang ditetapkan atas kita.
Bilamana kita percaya kepada pesuruh (yang kena suruh), kita tidak boleh lagi mengeluh atau merungut dari apa yang telah ditetap dan yang telah ditakdirkan oleh Allah atas kita!.

Apakah maksud percaya kepada Malaikat

Untuk mengenal malaikat, hendaklah terlebih dahulu kita tahu akan tugas-tugasnya. Setelah kita kenal dan tahu akan tugasnya, barulah kita boleh kenal dan tahu siapa itu Malikat sebenarnya.  Seumpama tugas bagi pasukan bomba. Pasukan bomba adalah dengan tugas-tugas pemadam api. Pasukan polis pula menangkap pencuri dan pasukan ambulan pula menyelamat orang sakit dan sebagainya. Dengan mengenal tugas, maka kita akan kenal tuannya.
Begitu juga Malaikat. Bilamana kita kenal tugas malaikat, maka sudah tentu kita akan kenal siapa tuannya.
Tugas Malaikat Jibrail itu, adalah menurunkan wahyu. Malaikat Jibrail itu, jika dikiaskan kepada diri kita, ianya adalah merupakan “akal, fikiran atau otak”. Yang tugas menanggung pemikiran atau menerima tugasan memikir sebagaimana tugas Jibrail yang menurun wahyu. Jibrail itu, jika dikiaskan peda diri kita adalah “akal”!.
Malaikat Izrafil itu, tugasnya meniup serunai sanggkala. Serunai Malaikat Izrafil itu,  jika dikiaskan kepada diri kita, ianya adalah berupa (serunai), anggota “mulut” yang mengeluar suara dari kedua bibir mulut.
Malaikat Mikail pula tugasnya menurunkan hujan. Malaikat Mikail, jika dikiaskan kepada diri kita, ianya adalah berupa (hujan) “mata” yang menurunkan air mata.
Manakala Malaikat Izrail pula, tugasnya adalah menaik nyawa. Malaikat Izrail, jika dikiaskan kepada diri kita, ianya adalah berupa (naik turun nafas) “hidung” yang menurun dan menaikkan nafas.
Dari itu, kenallah kita akan siapa itu kiasan kepada para Malaikat!. Segalanya ada tafsiannya pada diri kita!.

Apakah maksud percaya kepada khada' dan kadar

Percaya kepada khada dan kadar itu, adalah percaya kepada untung baik dan untung buruk. Segalanyanya baik dan buruk itu, sesungguhnya adalah datangnya dari Allah Taala.
Bilamana sesuatu itu datangnya daripada Allah Taala, maka segalanya itu akan kelihatan baik dan akan jadi segala-galanya cantik!.
Jika kereta kita kena langgar, kehilangan wang, kehilangan nyawa anak isteri sekalipun, kita kena percaya bahawa tiada suatu gerak sekalipun sebesar zarah, melainkan datangnya gerak itu biar sebesar zarah sekalipun, itu sesunggunya adalah datangnya dari kehendak dan keizinan Allah Taala.
Terimalah samaada baik atau buruk, kerana baik dan buruk itu, sesunguhnya adalah datangnya dari anuggerah dan kurniaan Allah. Bilamana datangnya dari kurniaan atau anugerah Allah, segalanya akan menjadi nikmat...

Monday, 20 October 2014

AKAL DALAM BERAGAMA







Rasulullah SAW pernah bersabda:



Maksudnya: “Tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal.”



Ertinya orang yang akalnya tidak sihat atau orang yang tidak siuman atau orang yang terencat akal ataupun orang gila tidak boleh dan tidak mampu beragama. Mereka pun tidak di tuntuk beragama. Jelasnya mereka tidak dituntut bertauhid, bersyariat ataupun bertasawuf.



Mereka bukan orang yang mukalaf. Oleh itu mereka tidakdisuruh menegakkan syariat. Mereka terlepas dari hukumsuruhan dan hukum larangan Tuhan. Kalau mereka berbuat ibadah, tidak diberi pahala. Kalau mereka berbuat maksiat dankemungkaran pun tidak berdosa.



Mereka ini dianggap sebagai ahlul fitrah. Mereka ini sama sahaja dengan kanak-kanak yang mati sebelum akil baligh tidak kira apa agama ibu ayah mereka dan juga manusia yang tidak sampai kepada mereka seruan dakwah. Mereka semua adalahahli syurga.



Namun istilah tidak berakal dalam hadis tersebut bukan sahaja bermaksud gila atau tidak siuman atau terencat akal. Kalau itulah yang di maksudkan, sudah tentu Rasulullah akan terus menyebut gila atau tidak siuman. Tidak berakal di sini juga

Rasulullah SAW pernah bersabda: 

Maksudnya: “Tidak ada agama bagi orangyang tidak berakal.”

bermaksud belum pandai menggunakan akal atau akal yangbelum sempurna. Seperti kanak-kanak yang belum cukup umuratau belum akil baligh, mereka ini bukan gila atau bukan tidak siuman. Cuma mereka belum pandai menggunakan akal dan oleh itu dianggap tidak berakal. Mereka ini tidak diwajibkan beragama.Walaupun begitu, hadis ini tidak pula bermaksud orang yang berakal atau orang yang sempurna akalnya sudah tentu akan beragama. Ini tidak berlaku. Berapa ramai kita lihat orang yang berakal malahan yang pandai-pandai pula tidak beragama bahkan ada di antara mereka yang menentang agama.



Seperkara lagi, walaupun agama dalam hadis ini dikaitkandengan berakal, ini tidak bermakna akal itu semata-mata adalah alat untuk beragama. Justeru itu kalau akal di asah tajam-tajam dan diisi dengan berbagai-bagai dan sebanyak-banyak ilmu,belum tentu seseorang itu akan beragama, walaupun ilmu yang ada padanya adalah ilmu Quran dan hadis. Berapa ramai kita lihat profesor-profesor terutama di universiti-universiti di Barat dan Amerika yang mengajar ilmu Islam dan memberi ijazah,masters dan PhD ilmu Islam kepada graduan-graduan Islamtetapi mereka sendiri tidak beriman.



Hadis ini merujuk kepada orang yang tidak berakal dan bukan kepada orang akal. Orang yang tidak berakal ialah orang yang tidak pandai atau belum pandai menggunakan akalnya.Orang akal pula ialah orang yang mengagungkan akalnya. Ada beza antara dua istilah ini. Kalau orang yang tidak berakal susah hendak beragama, orang akal yang berpandukan akalnya dan logik semata-mata, lebih-lebih lagilah susah hendak beragama.Sebenarnya, tidak berakal dalam hadis ini membawa maksud akal yang tidak terpimpin. Orang yang akalnya tidak terpimpin dianggap tidak berakal.



Dalam Islam, akal yang tidak terpimpin itu ialah akal yang tidak dapat berfungsi di atas landasan hak dan kebenaran. Iaitu akal yang berputar dengan bebas tanpa dikawal oleh hati yangyakin, beriman dan takut kepada Allah. Islam menganggap orang yang akalnya tidak mahu tunduk kepada hatinya atau kepada kebenaran sebagai orang yang tidak berakal. Akal seperti inihanya akan tunduk kepada nafsunya sahaja.



Walau bagaimana pintarnya akal yang tidak terpimpin ini, iatidak akan dapat keluar dari kepompong alam dunia dan alam material. Ia tidak dapat meneroka alam-alam yang lebih seni dari alam syahadah atau alam nyata ini seperti alam barzakh alamakhirat, syurga, neraka, malaikat dan hal yang berkaitan denganTuhan itu sendiri. Walhal semua itu adalah benar.



Akal yang tidak terpimpin ini sangat bahaya. Ia akan bergantung habis-habisan kepada logik akal semata-mata dan tidak akan nampak sumber kebenaran yang lain. Walhal kalau mengikut logik akal, akhirat itu tidak logik, syurga dan neraka tidak logik, hidup sesudah mati itu tidak logik, malaikat tidak logik bahkan Tuhan itu pun tidak logik. Justeru itu, orang yang akalnya tidak terpimpin akan mendapati sukar untuk mempercayai perkara-perkara ghaib seperti malaikat, hari kiamat,Tuhan dan sebagainya.Itu sebab dalam Islam, pendidikan adalah berteraskan konsep yang terkandung di dalam sebuah hadis 

Rasulullah SAW bersabda:

Maksudnya: “Awal-awal agama mengenal Allah.”

Awal-awal lagi, kanak-kanak perlu dikenalkan kepada Allah supaya hati mereka terisi dengan rasa-rasa bertuhan. Rasa-rasa inilah yang akan menguasai dan memimpin akal mereka. Akal mereka akan berputar dan berfungsi di bawah kawalan hatimereka yang sentiasa terhubung dengan Tuhan dan yang sentiasaterisi dengan kebenaran dan rasa-rasa bertuhan.



Islam tidak mahu akal itu digunakan secara bebas tanpa kawalan. Islam mahu akal itu sentiasa terpandu. Islam menuntutkita berzikir sambil berfikir. Ini dapat dilihat dalam sepotong ayat dalam Al Quran:



Maksudnya: “Orang yang sentiasa mengingati Allah(berzikir) dalam keadaan berdiri, duduk dan berbaring danmereka berfikir tentang kejadian langit dan bumi.” 

(SurahAli Imran: 191)



Hati mesti terhubung dahulu dengan Tuhan melalui zikir,barulah akal digunakan untuk berfikir. Berzikir itu kerja hati.Berfikir itu kerja akal. Barulah fikiran itu akan dibantu dandipandu oleh Tuhan. Kalaulah akal dibebaskan berfikir tanpakawalan hati yang berzikir, ia akan tersimpang dari kebenaran.Akal itu kalau dibebaskan berfikir, penghujungnya nanti ia akanmenafikan kewujudan Tuhan. Kerana hal-hal Tuhan dan perkaraperkara ghaib adalah diluar kemampuan akal memahaminya.Ditakuti bila perkara-perkara ini tidak difahami, akal akan menafikannya. Itulah bahayanya akal. Sebab itu ia perlu dikawaldan dipimpin oleh hati.



Mari kita lihat cara mencari kebenaran berpandukan prinsipdan kaedah falsafah, iaitu kaedah yang dicipta oleh orang akalyang seratus-peratus bergantung kepada kekuatan akal sematamata.Dalam sesuatu perkara atau permasalahan itu, ditimbulkanberbagai-bagai keraguan terlebih dahulu. Selepas itu barulah akaldigunakan untuk mencari hujah dan kepastiannya yang palingmasuk akal.Atas dasar inilah penemuan-penemuan dan teori-teorifalsafah dikemukakan. Dalam Islam, ini tidak berlaku. Ilmukepastian perlu didapatkan terlebih dahulu dari Tuhan. Selepasitu barulah akal digunakan untuk melaksana dan mengembangkannya.Dengan itulah akal akan sentiasa terpimpin dantidak akan terkeluar dari garisan orbitnya. Ia tidak perlu menciptasistem, konsep atau doktrin yang baru tetapi hanya perlumengembangkan konsep yang telah ditetapkan oleh Tuhan.Inilah sebenarnya fungsi akal. Ia menterjemah dan mencarikaedah atau jalan bagaimana hukum dan syariat Tuhan bolehdifahami dan dilaksanakan. Akal itu adalah pelaksana bagi sistemdan hukum yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Ia bukan penciptasistem atau hukum baru. Bila akal digunakan untuk menciptasistem dan hukum, maka porak-perandalah hidup manusiakerana sistem dan hukum yang dicipta itu akan berlawanan danbertentangan dengan keperluan dan tuntutan fitrah semulajadimanusia. Hanya Tuhan sahaja yang mengetahui keperluan dankehendak manusia yang sebenar kerana Dialah yang menciptamanusia. Oleh itu hukum Tuhan sahajalah yang sesuai dan patutdigunapakai untuk manusia.



Tidak berakal boleh juga bermaksud tidak cerdik. Bila akaltidak cerdik, tidak pandai bertindak dan tidak pandai menyelesaikanmasalah, dia tidak akan mampu dan tidak akan berupayauntuk memahami, menterjemah dan melaksanakan segalahukum dan syariat Tuhan.Akal seperti ini tidak akan dapat menegakkan tuntutan agamayang sebegitu banyak. Ia tidak akan dapat mempraktikkan agamasecara syumul dan menyeluruh. Ia hanya akan dapat berbuatibadah-ibadah yang khususiah seperti solat, puasa, wirid, zikir,baca Quran dan sebagainya. Ia mungkin boleh menjadi seorangahli abid. Tetapi agama bukan setakat melaksanakan ibadahkhususiah dan menjadi ahli abid sahaja. Agama termasuk menegakkansegala tuntutan-tuntutan yang lain samada yang berbentukbatiniah mahupun lahiriah. Agama menuntut kita menegakkantamadun rohani dan tamadun lahir.



Tamadun rohani melibatkan hati, akal dan nafsu yang perludibina dan didik sehingga seseorang itu menjadi orang yangbetul-betul kenal Allah (arifbillah) dan bertaqwa kepada Allah.Di segi lahirnya pula, Islam sebagai cara hidup (addin) perluditegakkan dalam semua aspek kehidupan sama ada dalambidang sosial, ekonomi, pendidikan, pentadbiran, kebudayaan,kewangan, khidmat kesihatan dan sebagainya. Inilah yangdinamakan tamadun lahir. Barulah Islam itu lengkap, syumuldan sempurna. Barulah keperluan lahir dan rohani manusia dapatdipenuhi. Inilah yang dimaksudkan dengan agama iaitu carahidup atau addin yang syumul dan lengkap.



Ini semua bukan perkara mudah. Hanya orang yang berakal dan yang cerdik sahaja mampu melaksanakan semua ini. Orangyang tidak cerdik tidak akan dapat memahaminya, jauh sekaliuntuk menegak dan melaksanakannya. Mereka hanya akanmampu menjadi ahli ibadah semata-mata. Kita harus ingatbahawa maksud agama dalam hadis ini dan pemahaman agamayang sebenar meliputi seluruh sendi-sendi dalam agama yangwajib kita tegakkan samada yang lahir mahupun yang batin. Jelasbahawa orang yang tidak berakal atau tidak cerdik akan dapatisukar untuk menegakkan agama yang merangkumi semua aspekkehidupan. Mereka tidak akan mampu menegakkan tamadunlahir. Tanpa akal, umat Islam akan jadi beku dan jumud.Begitulah maksud-maksud yang tersurat dan tersirat bagiberakal dan agama yang terkandung dalam hadis ini. Kita tidakdapat lari dari hakikat bahawa akal itu perlu dalam agama akantetapi hanya apabila ia tunduk dan dipimpin oleh hati.

Sunday, 19 October 2014

SIDDHARTHA GAUTAMA SEORANG NABI ?





Dilahirkan pada 563sm di timur laut India. Nama keluarganya ialah Gautama dan nama sebenarnya ialah Siddhartha.Siddhartha adalah seorang putera raja iaitu Raja Suddhodhana dari kerajaan Kavilawastu wilayah Nepal. Beliau mendapat pengetahuan yang baik dalam ajaran Hindu sehinga beroleh Selempang- Suci (sacred-Cord). Ibunya mati ketika dia berusia seminggu dan sejak itu dia dipelihara oleh ibu saudaranya yang juga merupakan isteri kedua ayahnya.

Seorang tukang tilik telah meramalkan bahawa Siddhartha akan menjadi seorang raja yang agung kalau dia kekal tinggal di istana, tetapi kalau dia meninggalkan istana dia akan menjadi seorang penyelamat kepada manusia. Maklumat ini menggusarkan ayahnya kerana sang raja mahu anak lelakinya menggantikan takhtanya.Oleh kerana baginda mahu memastikan Siddhartha kekal di istana, dia telah diberikan segala kemewahan dan keseronokan hidup dan menghindarkannya dari segala sesuatu yang buruk dan menyakitkan pandangan.
Sidhartha akhirnya berkahwin dengan Puteri Yasodhara dan dikurniakan seorang anak bernama Rahula, tetapi dia tetap merasa terpenjara dalam segala kemewahan istana.Pada suatu hari dia menyatakan hasratnya ingin melihat dunia di luar istana. Lawatan singkat ini telah samasekali menukar cara hidupnya, kerana dalam perjalanan di luar istana dia telah menemui empat peristiwa yang menganggu jiwanya.
Walaupun bapanya mengarahkan supaya semua jalan-jalan yang bakal dilalui dibersihkan dan dihias indah dan semua orang-orang tua dan cacat dilarang keluar dari rumah masing-masing, tetapi tidak semuanya mendengar arahan itu. Perkara pertama yang mencemarkan pemandangan ialah apabila Siddhartha terlihat seorang lelaki tua yang sangat daif. Bila Siddhartha bertanya mengenainya, dia diberitahu bahawa lelaki itu adalah seorang yang sudah tua dan seperti itulah juga semua manusia nanti.
Kemudian dia terlihat seorang lelaki yang sakit dan diterangkan kepadanya bahawa semua manusia pada bila-bila waktu sahaja boleh jatuh sakit dan akan menderita sepertinya. Kemudian dia melihat pula satu upacara pengkebumian apabila satu mayat sedang diusung ke tempat pembakaran, dan para pengiring meratapi kematiannya. Bila ditanya apakah makna semuanya itu, putera raja itu diberitahu bahawa begitulah perjalanan hidup, lambat laun tidak kira samaada seseorang itu anak seorang raja atau anak seorang yang papa kedana semuanya akan mati.
Pemandangan terakhir ialah terlihat seorang rahib sedang meminta sedekah. Ketenangan yang kelihatan pada wajah rahib tersebut meyakinkan Siddhartha bahawa gaya hidup sedemikian adalah sesuai untuknya. Segera selepas itu dia meninggalkan istana dan keluarganya dalam usaha mencari cahaya terang (enlightenment). Malam dia meninggalkan rumah untuk mencari sinar terang dikenali sebagai Pengorbanan Besar (Great Renunciation).
Sewaktu berusia 39 tahun pada tahun 524sm Sidhartha menyamar sebagai seorang pengemis yang menghabiskan waktunya berkelana dari satu tempat ke tempat yang lain selama hampir tujuh tahun mencari kebijaksanaan (wisdom). Dia tidak puas hati dengan konsep kebenaran (truths taught) dalam Agama Hindu dan jiwanya sentiasa kecewa dan memberontak terhadap kehidupan di sekitar dirinya. Kekecewaannya ini menyebabkan dia meneruskan pencarian untuk menjawab soalan-soalan yang berlegar dalam fikirannya. Berbagai-bagai soalan menerpa hatinya mengenai Hinduisme dan kewujudan (reality).Dia mencuba cara hidup menahan makan dan menyiksa diri (asceticism) tapi kehidupan sebegini tidak membawa kedamaian.
Akhirnya beliau bertapa selama 45 hari di Uruvala dekat Benares. Hari bertuah tiba dalam hidupnya sewaktu dia sedang bertafakur di bawah sepohon pokok (fig tree) dan di sana beliau memperolehi nirvana . Sempena peristiwa itu pokok tersebut dinamakan bodhi atau pokok bo, pokok kebijaksanaan.Kebenaran yang dipelajarinya perlu disebarkan kepada dunia, dan sejak itu dia bukan lagi sebagai Siddharta Gautama tetapi sebagai Buddha iaitu Pemberi Cahaya (The Enlightened One). Apabila Buddha menamatkan pertapaannya dia lantas menemui lima orang rahib yang juga adalah teman-temannya sewaktu bertapa menyiksa diri dahulu. Kepada merekalah Buddha memulakan pengajaran agamanya di Sarnath dekat Benares.Kutbah Pertama (First Sermon) kepada rakannya itu menjadi asas ajaran dari keseluruhan ajarannya, terkenal dengan sebutan Empat Kebenaran Mulia/Utama dan Lapan Jalan Kebajikan/Lorong Lapan Lapis.
Selama lebih 40 tahun beliau menyebarkan agama.Beliau meninggal dunia pada tahun 483 sm di Kusinare ketika berusia 80 tahun akibat termakan makanan beracun di Papar.

Unsur Islam Dalam Sejarah Siddharta Gautama Mencari Cahaya.

1. Pengorbanan Besar (Great Renunciation).

Dalam kehidupan sufisme dan kerohanian, memang menjadi kebiasaan bagi pengamal ilmu Tasauf ‘keluar dari dunia’ kerana berpegang kepada firman Allah seperti berikut:
‘Makan janganlah kamu dapat ditipu oleh kehidupan dunia’ (Luqman:33)
‘Dan tiadalah kehidupaan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka.Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. – Al An’aam: 191
‘Katakanlah: Kalau bapa-bapamu, anak-anakmu saudara-saudaramu, perempuan-perempuanmu, kaum keluargamu, kekayaan yang kamu perolehi, perniagaan yang kamu khuatiri menanggung rugi dan tempat tinggal yang kamu sukai;kalau semua itu (dunia) lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya, dan dari berjuang (berjihad) di jalan Allah, tunggulah sampai Allah mendatangkan perintahNya’ (At Taubah:24)
Sabda Rasulullah saw
‘Dunia itu penjara bagi orang mukmin dan syurga bagi orang kafir’ – Ihya Ulumiddin Jld.5 hal.9
Demikianlah juga pernah berlaku dalam pengalaman hidup seorang wali Allah yang agung iaitu Ibrahim bin Adham ra. Kisah hidupnya mirip kisah Gautama Buddha. Beliau adalah seorang raja yang kehidupannya penuh dengan kemuliaan dan kebesaran. Pada akhirnya Ibrahim Adham ra meninggalkan takhta dan keluarganya mengikut suara hati. Baginda keluar mengembara mencari sesuatu, oleh sesuatu yang tidak sempurna di dalam jiwanya dan akhirnya setelah bertahun-tahun beruzlah Ibrahim Adham ra memperolehi makna sebenar dalam kehidupan dan menjadi salah seorang wali Allah yang agung.
Gautama Buddha telah mendahului selama ribuan tahun sebelum Ibrahim Adham menjejaki jalan hidupnya. Bukan mudah untuk berpisah dengan dunia apatah lagi dunia yang dipenuhi dengan segala kesenangan, kemewahan, kebesaran dan kemuliaan kalau tidak memiliki jiwa kerohanian yang tinggi. Inilah jalan hidup Rasululah saw, para sahabat dan para auliya Allah yang memilih akhirat. Firman Allah swt:
‘Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, nescaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan’ (Huud:11:15-16)
Hadis Nabi saw: ‘Barangsiapa mencintai dunia, nescaya membawa kepada melarat akhiratnya.Dan barangsiapa mencintai akhiratnya, nescaya membawa melarat kepada dunianya.Maka utamakanlah yang kekal, atas apa yang fana’ – Ihya Ulumiddin Jld. 5 hal.9
Sidhartha Gautama Buddha sesungguhnya telah melakukan pengorbanan besar ‘meninggalkan dunia’ untuk memilih jalan Tuhan `cahaya yang terang’ sehingga menjadi Buddha iaitu Pemberi Cahaya, cahaya dari Tuhan. Firman Allah Taala:
"Sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. (An Nahl: (95-96)

2. Mencari Cahaya Terang (Enlightenment)

Mencari ‘cahaya’ adalah wajib bagi semua manusia kerana tanpa cahaya manusia berada dalam kegelapan. Kegelapan ertinya tidak ada iman dan Tauhid; apabila jiwa dipenuhi oleh kesyirikan, kekafiran, kemunafikan, kefasikan dan seumpamanya. Itulah erti zulmat dan kegelapaan dan inilah yang menyebabkan tidak beroleh bahagia sejati, tidak beroleh ketenangan jiwa dan mendapat pula sebaliknya, musibah kecelakaan serta kesengsaraan di dunia dan di akhirat. Cahaya ertinya sinar terang. Sinar terang bersumber dari Islam, Iman, Tauhid dan Makrifat dan ini adalah sumber ketenangan dan bahagia yang seluruhnya itu bersumber pula dari sumber cahaya iaitu Allah Tuhan Semesta Alam (Cahaya Allah).
Alam seluruhnya berada dalam kegelapan tanpa cahaya matahari. Mana-mana bahagian alam yang tidak mendapat cahaya matahari akan berada dalam kegelapan. Kegelapan atau zulmat dikaitkan dengan dunia iblis dan syaitan, kerana zulmat adalah lambang kejahatan dan neraka. Bahawa segala sesuatu tidak akan mendapat petunjuk dan beroleh kebenaran tanpa cahayaNya kerana mana-mana makhluk manusia yang tidak mendapat cahayaNya bererti berada dalam zulmat iblis dan syaitan. Firman Allah swt:
‘Dialah (Allah) yang memberi rahmat kepadamu dan malaikatNya, supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya’ (Al Ahzab:33:43)
Allah adalah sumber cahaya dan sebab bagi kewujudan sebagaimana Firman Allah swt:
“Allah Cahaya Langit dan bumi’ - An Nuur:35)
Rasulullah saw juga adalah cahaya (Nur Muhammad). Al Kitab iaitu terdiri dari Al Quran, Zabur, Taurat, Injil dan Suhuf juga cahaya. Firman Allah swt.
‘Sesungguhnya telah datang kepadamu Cahaya dari Allah ( Muhammad saw) dan Kitab yang menerangkan’ ( Al Maaidah:15)
Oleh sebab itulah Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah dalam kitabnya “Miftah al Sa’adah mengatakan:’ Kalaulah tidak kerana nubuwwat (kenabian) tidak akan ada langsung dalam alam ini ilmu yang bermunafaat, amal salih dan kebaikan dalam kehidupan manusia (cahaya)’.
Menunjukkan bahawa dunia adalah pentas ujian untuk manusia memilih antara dua iaitu Cahaya Allah swt atau Zulmat Iblis.Bila Siddhartha Gautama mencapai nirvana bolehlah diertikan beliau telah memperolehi cahaya yang dicarinya iaitu kebenaran keTuhanan Allah, kebenaran keRasulan Nabi Muhammad saw dan Al Kitab. Selepas memperolehi cahaya, maka menjadi wajib baginya – andaikan dia seorang Rasul - memberikan cahaya kepada pengikutnya. Ini sesuailah dengan istilah yang diberikan oleh pengikutnya kepadanya ‘Buddha’ yang bermakna Pemberi Cahaya (The Enlightened One).
Kesah Gautama Buddha memperolehi cahaya menerusi meditasi mirip kesah Nabi Musa as bermeditasi di Gunung Tsur sebelum dilantik menjadai Rasul. Bermeditasi untuk mendapat ‘cahaya’ adalah antara jalan-jalan ibadah kerohanian yang dilalui oleh para Nabi dan Rasul serta auliya-auliya Allah yang agung.
Demikian Rasulullah saw sendiri, walaupun Baginda saw adalah awal hakiki, tetap perlu menerima cahaya apabila berada di alam soghir di dunia ini. Di Gua Hira bermulanya Baginda saw menerima cahaya apabila diturunkan Surah Al Alaq:96:1-5.
‘Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.Bacalah dan Tuhanmulah yang Paling Pemurah, yang mengajar dengan perantaraan kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya’
Para Nabi dan Rasul merupakan hamba Allah yang mendapat cahaya yang bersinar terang persis matahari, bulan dan bintang. Demikian juga para auliya Allah, syidiqin, hamba-hamba Allah yang solleh dan syuhada. Semua mereka yang mendapat kemuliaan di sisi Allah swt menempuh jalan mujahadah untuk mendapat cahaya – ibadah yang khusus dan banyak, berkhilwah, beruzlah, bermeditasi, bertapa, dan berbagai-bagai istilah yang seumpama, bagi mendapat pencerahan jiwa dan cahaya khusus dariNya dan denganNya, jauh dari hiruk-pikuk keduniaan. Orang-orang biasa dari kalangan umat Islam memperolehi cahaya sekadar iman masing-masing dan sesiapa yang tidak cukup sinar terangnya sewaktu meniti siratul mustaqim lantas terjatuh ke dalam neraka. Namun selagi ada iman walau kadar sezarah, maka itulah kadar cahayanya yang menyelamatkannya dari siksaan neraka untuk hari merdeka selepas 7,000 tahun siksaan.
Maka kalau semua Nabi dan Rasul adalah Pemberi Cahaya yang bersumber dari Zat Yang Menjadi Sumber Cahaya (Allah swt), maka Siddharta Gautama juga telah diberi gelaran Buddha yang bermakna Pemberi Cahaya! (The Enlightened One).

3. Pembaharu Agama.

Apakah Gautama Buddha merupakan seorang Nabi atau Rasul yang diutuskan untuk memperbaharui atau memperbetulkan agama setelah agama Sanatara-dharma iaitu ‘agama yang tiada permulaan dan tiada kesudahan (abadi)’ berubah menjadi Agama Hindu yang penuh dengan pertelingkahan mengenai kasta, disamping berbagai-bagai amalan dan adab-adab yang pelik yang bercanggah dengan kemurniaan Tauhid KeEsaan?
Dalam hal ini Sri Swami Sivananda menjelaskan:
In the sixth century before the Christian era, religion was forgotten in India. The lofty teachings of the Vedas were thrown into the background. There was much priestcraft everywhere. The insincere priests traded on religion. They duped the people in a variety of ways and amassed wealth for themselves. They were quite irreligious. In the name of religion, people followed in the footsteps of the cruel priests and performed meaningless rituals. They killed innocent dumb animals and did various sacrifices.
Seterusnya beliau menerangkan:
The country was in dire need of a reformer of Buddha's type. At such a critical period, when there were cruelty, degeneration and unrighteousness everywhere, reformer Buddha was born to put down priestcraft and animal sacrifices, to save the people and disseminate the message of equality, unity and cosmic love everywhere.
Sesungguhnya agama Tauhid sememangnya bersifat membersihkan dan memurnikan. Apabila telah berlaku penyelewengan dari ajaran asal maka diutuskanlah para Nabi dan Rasul silih berganti. Iblis dan bala tenteranya – terdiri dari syaitan, nafsu amarah, sifat-sifat mazmumah, perbuatan maksiat, dunia dan sebagainya mengajak manusia supaya mensyirikkan Allah, menentang sunnah Rasul, mengikuti nafsu amarah, mengerjakan perbuatan munkar dan maksiat, mengotori jiwa dengan sifat-sifat kekejian zahir dan batin dan menghambakan diri kepada dunia dan harta, sesama manusia, nafsu, akal dan syaitan.
Sebaliknya Agama Tauhid menyeru manusia supaya memusuhi syaitan dan bala tenteranya untuk mentauhidkan Allah dan Rasulnya, mengesakan Zat, Sifat, Asma dan Afaal Allah swt dan menjunjung seluruh titah perintah dan meninggalkan seluruh larangan Allah swt dan RasulNya Nabi Muhammad saw. Inilah ajaran Tauhid yang dibawa oleh semua para Nabi dan Rasul sepanjang zaman yang tersimpul dalam dua kalimah syahadat ‘Laa illa haillallah Muhammadar rasuulullah’.

4. Konsep Kebenaran (Truths Taught) dan Kewujudan (Reality)

Lawatan singkat Siddhartha Gautama untuk melihat kenyataan sebenar mengenai dunia dan kehidupan di luar istana telah menimbulkan gambaran yang mengelirukannya. Jiwanya yang memang tidak menemui ketenangan sebenar dalam kehidupan mewah di istana, lantas menjadi kacau dan bercelaru melihat dunia yang serba daif dan kehidupan rakyat yang tidak sempurna yang jauh benar bezanya dengan kehidupan di istana yang serba lengkap, indah dan sempurna.
Melihat beberapa fenomena baru dalam kehidupan yang selama ini tidak terfikirkan, menyebabkan jiwanya yang halus menjadi terganggu dan keliru – timbullah berbagai-bagai perasaan dalam jiwanya – terkejut, sedih, kasihan dan sebagainya. Timbul pula berbagai-bagai pertanyaan dalam mindanya mengenai konsep hidup dan kehidupan. Apakah erti hidup? Kenapa hidup perlu melalui proses-proses dilahirkan, membesar, tua dan mati? Kenapa pula ada kesakitan dan kemudiannya kematian? Apakah pula mati itu?
Jiwanya menjadi gelisah. Semakin difikir semakin tidak menemui jawapan. Agama Hindu yang dianutinya ternyata tidak menyediakan jawapan yang memuaskan. Terlalu banyak jawapan dan pelbagai pula takrifan yang menambahkaan kekeliruan yang diberikan oleh golonan Brahmin menggambarkan betapa bercelaru dan bersimpang-siurnya ajaran Sanatara-dharma yang telah berubah menjadi Hinduisme itu. Jadi apakah jawapan yang benar dan di manakah kebenaran?
Beginilah yang lazim terjadi kepada manusia-manusia berjiwa mulia. Orang-orang yang mulia jiwanya biasanya memiliki perasaan yang seni dan halus berbanding dengan orang-orang selainnya yang memiliki jiwa yang kasar dan keras. Orang-orang yang berjiwa halus memerlukan jawapan-jawapan yang jelas, tepat dan pasti mengenai kebenaran dan kewujudan kerana selagi belum mendapatnya, selagi itulah ketenangan dan bahagia sejati tidak diperolehi.Berbeza dengan orang-orang yang kasar jiwanya yang leka bersenang-senang dengan nafsunya yang rendah dan asyek dengan nikmat dunia yang fana.
Bahawa sesungguhnya kebenaran dan kewujudan hakiki yang dicari tidak akan ditemui selagi belum mendapat atau menyaksikan atau mengalaminya sendiri.Perhatikan firman Allah swt mengenai perkara ini:
‘Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah bagi mereka bahawa Al Quran itu adalah benar (Fusysyilat:41:53)
‘Dan dalam diri kamu mengapa tidak kamu perhatikan?’ (AzZariat:51:21)
Justru jalan bagi mendapatnya ialah dengan menyendiri untuk semata-mata bersamaNya; Yang Empunya Kebenaran dan Kewujudan Hakiki. Inilah medan perjalanan hidup yang ditempuhi oleh para Nabi dan Rasul dan para auliya Allah yang agung – tersembunyi dalam kehidupan sufisme dan tasauf yang sudah begitu lama terpinggir dan dipinggirkan dari persada ilmu.

5. Mati Diracun

Menjadi sunnah dalam perjuangan menegakkan agama Tauhid - setiap pendukung dan pembawa kebenaran akan ditentang. Yang menerima dan menyokong amat sedikit berbanding dengan yang mengengkari dan menentang. Firman Allah swt:
`Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman’(Yunus:103)
`Alif lam miim raa. Ini adalah ayat-ayat Al Kitab (Al-Quran) dan Kitab yang diturunkan kepadamu daripada Tuhanmu itu adalah benar; akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman’ – (Ar-Rad:13.1)
Inilah sunnah para Nabi dan Rasul iaitu golongan yang menentang adalah majoriti berbanding dengan segolongan minoriti yang menerima kebenaran dan terdiri pula dari lapisan masyarakat bawahan yang lemah, miskin dan serba kekurangaan. Nabi Muhammad saw sendiri pernah cuba diracun oleh kaum Yahudi apabila dihadiahkan daging kambing yang telah siap digoreng. Tetapi Rasulullah saw tidak sempat memakannya kerana kebesaran mukjizat Baginda saw sehingga lengan kambing tersebut berbicara memberitahu Nabi saw; “Jangan engkau makan aku kerana aku beracun!” (Ihya Ulumiddin Jld. 2 hal.194).
Gautama Buddha diriwayatkan menderita beberapa tahun dan memberitahu pengikutnya dia sudah tua dan akan mati dan ini menjadi kenyataan apabila beliau meninggal dunia pada tahun 483 sm di Kusinare ketika berusia 80 tahun akibat termakan makanan beracun di Papar.

6. Sinar Terang Buddha (Nirvana).

Sewaktu dalam meditasinya, Siddhartha telah mencapai darjah tertinggi mengenai kesedaran Ketuhanan yang dinamakan nirvana. Ini adalah istilah dalam bahasa Pali, tetapi dalam bahasa Sanskrit ialah moksya.Kebenaran yang diperolehinya menyebabkan beliau perlu menyebarkan ajarannya kepada dunia. Sejak itu beliau bukan lagi sebagai Siddharta Gautama tetapi sebagai Buddha iaitu Pemberi Cahaya (The Enlightened One).
Sebaik beliau menamatkan pertapaannya dia lantas menemui lima orang rahib yang juga adalah teman-temannya. Kepada merekalah Buddha memulakan pengajaran agamanya di Benares.

7. Wahyu Yang Maha Esa

Menerusi nirvana Siddhartha Gautama telah dianugerahkan ajaran yang dikenali Empat Kebenaran Mulia dan Lorong Lapan Lapis. Ini diterimanya setelah beliau mencapai nirvana pada ketika berusia menjelang 40 tahun, setelah bertapa selama 45 hari di bawah pohon bodhi di Uruvala, Naples. Inilah pengalaman agung yang juga dialami oleh seorang Nabi Parsi, Zarahustra setelah bermeditasi di Gunung Sabalan dan dengan pimpinan Vohu Manah, telah mendengar suara ketuhanan dan melaluinya muncullah agama Zoroasterianisme.
Demikian juga Nabi Musa as, setelah bermunajat selama 40 hari di Gunung Thur telah mendapat risalah Ketuhanan yang di namakan The Ten Commendement lalu seterusnya dianugerahkan Kitab Taurat. Ahli Falsafah Greek yang masyhur Socrates dikatakan mengalami berbagai-bagai pegalaman ajaib kerohanian dan ini dialaminya beberapa kali dan disaksikan sendiri oleh ramai manusia. Diriwayatkan, dalam satu perjalanan menghadiri satu majlis bersama-sama teman, beliau tiba-tiba berhenti dari berjalan dan berdiri tidak bergerak-gerak selama beberapa ketika. Temannya yang telah biasa dengan perangainya yang pelik itu meneruskan perjalanan, dan apabila pulang setelah majlis berakhir, Socrates masih lagi seperti tadi; berdiri tegak tidak bergerak-gerak dan tidak memberi sebarang reaksi kepada persekitaran. Terpaksalah rakan-rakannya menunggu sehingga Socrates pulih dari “kehilangan dirinya”, dan apabila dia “kembali” dia akan menjadi seperti biasa.
Rasul Teragung – Penghulu segala Nabi dan Rasul - Nabi Muhammad saw sendiri dalam usia menjelang 40 tahun, berulang alik dari rumah ke Gua Hira, Jabal Nur (Bukit Cahaya) untuk bertahanut (mempersiapkan diri) dan sepanjang tempoh bertahanut itu Baginda saw acapkali dianugerahi mimpi-mimpi benar. Pada 17 Ramadhan bersamaan 6 Ogos 610M – setelah sekitar tiga tahun berulang-alik berkhalwat, bermeditasi atau bertapa di Gua Hira, Baginda saw telah menerima wahyu yang menandakan perlantikan Baginda saw sebagai Rasul.
Demikianlah yang terjadi kepada semua manusia-manusia agung pada zaman yang lalu yang sentiasa menempuh proses tahanut dan mengalami bukti-bukti kerohanian sebelum menjadi manusia hebat sempurna. Mengenai mereka Allah Taala berfirman:‘Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab dan tidak pula mengetahui apakah iman, tapi Kami jadikan Al Kitab itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus’ - (Asy Syuura: 52)
Setelah terutusnya Nabi Akhir Zaman, Nabi Muhammad saw berakhirlah zaman kenabian.Namun sunnah Allah dan Rasul-RasulNya ini tidak berakhir. Umat Rasulullah saw yang tergolong dalam golongan “siapa yang Kami kehendaki” , juga akan mengalami proses kerohanian ini, mewarisi ilmu persis para Nabi dan Rasul dan mereka mencapai martabat kewalian. Sabda Rasulullah saw mengenai hal ini: “Sesungguhnya sebahagian dari ilmu itu seakan-akan seperti keadaan tertutup yang tidak diketahui, selain oleh ahli yang mengenal (makrifat) akan Allah Taala.Apabila mereka mempercakapkannya, maka tidak ada yang tidak mengerti selain daripada orang-orang yang telah tertipu, jauh dari Allah Taala. Dari itu janganlah kamu hinakan seorang yang berilmu, yang dianugerahi Allah Taala ilmu tersebut kerana Allah Taala sendiri tidak menghinakannya kerana telah menganugerahinya ilmu tadi” –Ihya Ulumiddin Jld.1 hal.97

Orang bertanya kepada Nabi saw tentang firman Allah Taala:

“Apakah orang yang dibukakan oleh Allah hatinya menerima Islam, kerana itu dia mendapat cahaya dari Tuhannya” – Az Zumar:22 

“Apakah pembukaan itu ?

”Nabi saw menjawab:” Iaitu perluasan. Sesungguhnya nur itu apabila telah dicurahkan ke dalam hati, nescaya meluaslah dada dan terbuka – Ihya Jld.4 hal.61.
Inilah rahsia yang diluahkan oleh Saidina Ali krm. “”Tak ada pada kami sesuatu yang dirahsiakan oleh Nabi saw kepada kami, selain daripada didatangkan oleh Allah Taala kepada hambaNya pemahaman tentang KitabNya. Dan yang demikian itu tiada dengan belajar” – Ihya Jld.4 hal.61
Imam Al Ghazali menjelaskan: ‘Nabi adalah ibarat orang yang tersingkap (kasyaf) baginya hakekat-hakekat segala hal. Dan ia bekerja untuk memperbaiki makhluk. Maka tidak mustahil dalam wujud (alam) ini, ada orang yang tersingkap baginya hakekat-hakekat itu dan ia tidak bekerja untuk memperbaiki makhluk. Orang ini tidak dinamai nabi, tetapi dinamai wali’ – Ihya Jld.4 hal.67
Setelah Siddhatha Gautama “tersingkap” melalui pengalaman nirvana, beliau mampu menyampaikan khutbah yang menakjubkan – diluar kemampuan akal rakan-rakan rahibnya, apatah lagi manusia ramai yang biasa, sehingga jelaslah kepada rakan-rakannya bahawa Siddhartha Gautama bukanlah seorang manusia biasa tetapi adalah Buddha – satu istilah yang tentunya beliau sendiri istiharkan - iaitu Pemberi Cahaya yang tentunya menerima cahaya dari Sumber Cahaya – Tuhan Semesta Alam. Ajaran yang diasaskannya terus menjadi ikutan para pengikutnya silih berganti sehinggalah sampai kepada episod bencana zaman berzaman, manusia ajaib dan luar biasa yang menunjukkan tanda-tanda Kebesaran Ketuhanan – mukjizat - telah ‘dituhankan’ dengan menzahirkan lambang ketuhanan berbentuk patung. Inilah penyelewengan angkara sumpah Azazil “membisikkan” mengenai makna tersirat dalam ayat mutasyabihat berikut: 

Sesungguhnya Tuhanmu‘ meliputi segala manusia’ (Al Israa:60)

Ajaran Siddhartha Gautama Buddha sesungguhnya adalah ajaran yang membebaskan jiwa manusia dari menjadi hamba kepada hawa nafsu dan belenggu dunia – membebaskan manusia dari menyembah tuhan nafsu dan dunia. Ajarannya berteraskan keperibadian mulia, membina kehidupan yang serba sederhana, mengamalkan akhlak yang indah dalam jalinan hubungan yang harmoni dengan Tuhan, sesama manusia dan alam sekitar. Apabila kesemua ini dapat dilakukan dengan sempurna, maka berakhirlah penderitaan, lantas berolehlah ketenangan dan bahagia sejati. Inilah intipati ajaranNya kepada Siddhartha Gautama.

Dialog Imam Ridha-Ruhani Katolik-Yahudi: Nubuat Muhammad dalam ALKITAB


Kisah yang dinukil dari kitab Bihâr al-Anwâr ini diriwayatkan oleh Hasan bin Muhammad al-Nufali yang berkata, “Al-Makmun memerintahkan Fadhl bin Sahl untuk mengumpulkan para alim (ashhab al-maqalat) seperti orang Katolik (Jatsaliq), Yahudi, para sesepuh Sabean, Hirbidz al-Akbar, para penganut Zoroaster, Nastas al-Rumi, dan para teolog. Fadhl bin Sahl pun mengumpulkan mereka dan memberitahu al-Makmun bahwa mereka sudah berkumpul.
Al-Makmun berkata, ‘Bawa mereka ke hadapanku.’ Fadhl melakukannya. Al-Makmun menyambut mereka lalu berkata kepada mereka, ‘Aku mengumpulkan kalian di sini untuk kebaikan, dan aku ingin kalian berdebat dengan sepupuku dari Madinah yang telah datang di hadapanku. Datanglah ke sini besok pagi, dan jangan ada di antara kalian yang lalai.’ Mereka berkata, ‘Kami dengar dan kami taat, wahai Amirul Mukminin! Kami akan berada di sini besok pagi…’
Keesokan paginya, Fadhl bin Sahl datang kepada Imam Ridha as dan berkata, ‘Semoga aku menjadi tebusanmu. Sepupumu sedang menunggumu. Orang-orang telah berkumpul. Bagaimana pandanganmu tentang yang datang ke hadapannya?’ 

Imam Ridha as berkata kepadanya, ‘Kamu mendahuluiku dan aku akan datang kepadamu, insya Allah.’ Lalu, Imam berwudhu seperti hendak melakukan salat dan ia meminum sedikit air (semacam air gandum), dan kami pun meminum air yang sama. Lalu ia berangkat dan kami berangkat bersamanya, sampai kami masuk ke hadapan al-Makmun.
Kemudian al-Makmun menoleh kepada orang Katolik seraya berkata, ‘Wahai Katolik! Inilah sepupuku, Ali bin Musa bin Ja`far, seorang keturunan Fatimah putri Nabi kami dan Ali bin Abi Thalib. Maka, aku ingin kalian berbicara dengannya dan berdebat sewajarnya.’

Katolik berkata, ‘Wahai Amirul Mukminin! Bagaimana aku bisa berdebat dengan seseorang yang bersandar pada sebuah kitab yang aku tolak dan kepada nabi yang aku tidak beriman kepadanya?’

Imam Ridha as berkata kepadanya, ‘Wahai Kristiani! Jika aku berdebat denganmu lewat Injilmu, akankah kamu mengakuinya?’

Katolik itu berkata, ‘Dapatkah aku menolak apa yang dibicarakan di dalam Injil? Ya, demi Tuhan. Aku akan mengakui sekalipun aku tidak menyukainya.’

Imam Ridha as berkata kepadanya, ‘Tanyakanlah apa saja yang melintas di pikiranmu, dan pahamilah jawabannya.’

Katolik itu berkata, ‘Apa yang kamu katakan tentang Yesus dan kitabnya? Apakah kamu mengingkarinya?’

Imam Ridha as berkata, ‘Aku mengakui kenabian Yesus dan kitabnya, dan kabar gembira kepada umatnya yang kepadanya para rasul juga mengakuinya. Dan aku mengingkari kenabian Yesus yang tidak mengakui kenabian Muhammad saw dan kitabnya dan yang tidak memberi kabar gembira tentangnya (Muhammad) kepada umatnya.’
Katolik itu berkata, ‘Bukankah hal ini berarti kamu memandang suatu keputusan dari dua saksi yang adil dan tegas?’

Imam Ridha berkata, ‘Ya.’

Katolik berkata, ‘Maka bawalah dua saksi bagi kenabian Muhammad dari suatu umat selain umatmu yang tidak ditolak oleh umat Kristen, dan mintalah kepada kami yang seperti itu dari umat selain umat kami.’

Imam Ridha as berkata, ‘Sekarang kamu adil, wahai Kristiani! Apakah kamu tidak menerima orang-orang adil kami terdahulu yang berada bersama al-Masih, Yesus putra Maryam?’

Katolik berkata, ‘Siapakah orang adil itu? Beritahu aku namanya?’

Imam Ridha as berkata, ‘Apa yang kamu katakan tentang Yuhanna Daylami (Yohanes)?’

Katolik berkata, ‘Baik! Kamu telah menyebut orang yang paling mencintai al-Masih.’

Imam Ridha berkata, ‘Aku bersumpah kepadamu, tidakkah Injil mengatakan bahwa Yohanes berkata, ‘Al-Masih memberitahuku tentang agama Muhammad al-Arabi dan dia memberiku kabar gembira tentangnya, bahwa dia akan datang sepeninggalnya; lalu aku memberi kabar gembira tentangnya kepada para rasul, maka aku beriman kepadanya?’[1]

Katolik itu berkata, ‘Yohanes menyebutkan ini dari al-Masih dan ia memberi kabar gembira tentang kenabian seseorang dan tentang bangsanya serta wakilnya. Namun, ia tidak menetapkan kapan ini akan terjadi dan ia tidak menyebutkan nama orang ini kepada kami sehingga kami dapat mengakuinya.’

Imam Ridha as berkata, ‘Jika kami membawa seseorang yang membaca Alkitab dan ia membacakannya bagimu penyebutan Muhammad dan bangsanya serta umatnya, akankah kamu beriman kepadanya?’
Ia berkata, ‘Sungguh.’

Imam Ridha as berkata kepada Nastas al-Rumi, ‘Bagaimana ingatanmu terhadap Alkitab?’
Ia berkata, ‘Aku tidak mengingatnya.’

Lalu 

Imam Ridha menoleh kepada Ra’sul Jalut (Yahudi) dan berkata, ‘Tidakkah kamu membaca Alkitab?’
Ra’sul Jalut (Yahudi) berkata, ‘Ya, demi jiwaku.’

Imam Ridha berkata, ‘Bacakanlah Alkitab untukku. Jika penyebutan Muhammad dan bangsanya serta umatnya ada di dalamnya, bersaksilah kepadanya untukku, dan jika tidak ada, maka jangan bersaksi untukku.’
Lalu ia membaca Alkitab sampai tiba pada penyebutan (nama) Nabi saw ia berhenti.

Kemudian 

Imam Ridha berkata, ‘Wahai Kristiani! Aku bertanya kepadamu, demi hak al-Masih dan ibunya, apakah kamu tahu bahwa aku mengetahui Injil?’

Katolik itu berkata, ‘Ya.’ Lalu ia membacakan bagi kami penyebutan Muhammad, bangsanya, dan umatnya.

Lalu 

Imam Ridha berkata, ‘Apa yang hendak kamu katakan wahai Kristiani? Inilah ucapan Yesus putra Maryam. Jika kamu mengingkari apa yang dikatakan di dalam Injil, maka kamu mengingkari Musa dan Yesus, salam atas mereka, dan bila kamu mengingkari penyebutan ini, maka kamu akan menjadi orang yang kafir kepada Tuhanmu, nabimu, dan kitabmu.’

Katolik itu berkata, ‘Aku tidak akan mengingkari apa yang jelas bagiku di dalam Injil. Aku akan mengakuinya.’

Imam Ridha berkata, ‘Bersaksilah kepada apa yang telah ia akui.’ Lalu ia berkata, ‘Wahai Katolik! Tanyakanlah apa saja yang melintas dalam pikiranmu.’

Katolik berkata, ‘Beritahukan kami tentang para rasul Yesus putra Maryam. Berapa jumlah mereka? Dan berapa orang alim dalam Injil?’

Imam Ridha as berkata, ‘Kamu telah datang kepada orang yang tahu. Mengenai rasul, mereka berjumlah dua belas orang, dan yang paling mulia dan paling berilmu di antara mereka adalah Lukas. Mengenai orang alim Kristen, mereka ada tiga orang: Yohanes Agung dari Ajj, Yohanes Qirqisa, dan Yohanes Daylami dari Zijar, dan yang terakhir inilah yang menyebutkan Nabi saw, bangsanya, dan umatnya, dan adalah dia pula yang membawa kabar gembira tentangnya kepada umat Yesus dan kepada Bani Israil.’

Lalu 

Imam Ridha as berkata kepadanya, ‘Wahai Kristiani! Sesungguhnya kami sungguh-sungguh, demi Allah, beriman kepada Yesus yang beriman kepada Muhamamd saw dan kami tidak membenci apa pun tentang Yesusmu kecuali kelemahannya dan sedikitnya ia berpuasa dan berdoa.’

Katolik berkata, ‘Demi Allah! Kamu merusak ilmumu dan melemahkan urusanmu. Aku membayangkan tidak ada yang kurang darimu dan bahwa kamu adalah orang yang paling berilmu di antara umat Islam.’

Imam Ridha as bertanya, ‘Bagaimana bisa begitu?’

Katolik menjawab, ‘Karena kamu mengatakan tentang Yesus yang lemah dan sedikit berpuasa dan berdoa, padahal Yesus tidak pernah membatalkan puasanya dan tidak tidur semalam pun; ia terus-menerus berpuasa dan tidak tidur.’

Imam Ridha as bertanya lagi, ‘Maka, untuk siapakah ia berpuasa dan berdoa?’

Katolik itu tercengang dan berhenti berbicara.

Imam Ridha berkata, ‘Wahai Kristiani! Aku ingin bertanya kepadamu tentang suatu persoalan.’

Katolik berkata, ‘Tanyalah. Jika mengetahuinya, aku akan menjawabmu.’

Imam Ridha as berkata, ‘Mengapa kamu menyangkal bahwa Yesus menghidupkan orang yang mati dengan seizin Allah Azza wa Jalla?’

Katolik itu berkata, ‘Aku menyangkalnya karena barangsiapa yang menghidupkan orang mati dan mengobati orang buta serta lepra adalah tuhan yang berhak disembah.’

Imam Ridha berkata, ‘Elia juga melakukan hal-hal seperti yang Yesus lakukan: berjalan di atas air, menghidupkan orang mati, dan menyembuhkan orang buta serta lepra, tetapi umatnya tidak menjadikannya sebagai Tuhan, dan tidak seorang pun dari mereka yang menyembahnya alih-alih menyembah Allah Azza wa Jalla. Dan Nabi Yehezkiel juga melakukan hal serupa seperti Yesus putra Maryam karena beliau menghidupkan 35.000 orang setelah mereka mati selama enam puluh tahun.’[2]

Monday, 13 October 2014

MABUK HAKIKI TERHADAP ALLAH S.W.T


Satu HATI, satu JASAD, satu ROH, semuanya diciptakan oleh ALLAH… dua TANGAN, dua KAKI, dua MATA, dua TELINGA, semuanya sempurna, hanya diberikan kepada manusia…Kerna itulah sifat JAMAL ( Keindahan Nya dan JALAL ( Keangungan Nya ) ~
subhanallah…
satu CINTA,
satu RASA,
satu KASIH,
semuanya hanya untuk " DIA "
… oh…
‘Mabuk’ cinta,
‘Mabuk’ cinta
'Mabuk' dengan kasih-NYA…


~ Mabuk Hakiki ~

kisah ini merupakan kisah pemuda yang mabuk dengan cinta ILAHI…

Dikisahkan dalam sebuah kitab karangan Imam Al-Ghazali bahawa pada suatu hari Nabi Isa a.s berjalan di hadapan seorang pemuda yang sedang menyiram air di kebun. Bila pemuda yang sedang menyiram air itu melihat kepada Nabi Isa a.s berada di hadapannya maka dia pun berkata, “Wahai Nabi Isa a.s, kamu mintalah dari Tuhanmu agar Dia memberi kepadaku seberat semut Jarrah cintaku kepada-Nya.” Berkata Nabi Isa a.s, “Wahai saudaraku, kamu tidak akan terdaya untuk seberat Jarrah itu.”                                

Berkata pemuda itu lagi, “Wahai Isa a.s, kalau aku tidak terdaya untuk satu Jarrah, maka kamu mintalah untukku setengah berat Jarrah.” Oleh kerana keinginan pemuda itu untuk mendapatkan kecintaannya kepada Allah s.w.t., maka Nabi Isa a.s pun berdoa, “Ya Tuhanku, berikanlah dia setengah berat Jarrah cintanya kepada-Mu.” Setelah Nabi Isa a.s berdoa maka beliau pun berlalu dari situ.  Selang beberapa lama Nabi Isa a.s datang lagi ke tempat pemuda yang memintanya berdoa, tetapi Nabi Isa a.s tidak dapat berjumpa dengan pemuda itu. Maka Nabi Isa a.s pun bertanya kepada orang yang lalu-lalang di tempat tersebut, dan berkata kepada salah seorang yang berada di situ bahawa pemuda itu telah gila dan kini berada di atas gunung.

Setelah Nabi Isa a.s mendengat penjelasan orang-orang itu maka beliau pun berdoa kepada Allah s.w.t., “Wahai Tuhanku, tunjukkanlah kepadaku tentang pemuda itu.” Selesai sahaja Nabi Isa a.s berdoa maka beliau pun dapat melihat pemuda itu yang berada di antara gunung-ganang dan sedang duduk di atas sebuah batu besar, matanya memandang ke langit. Nabi Isa a.s pun menghampiri pemuda itu dengan memberi salam, tetapi pemuda itu tidak menjawab salam Nabi Isa a.s, lalu Nabi Isa berkata, “Aku ini Isa a.s.” Kemudian Allah s.w.t. menurunkan wahyu yang berbunyi, “Wahai Isa, bagaimana dia dapat mendengar perbicaraan manusia, sebab dalam hatinya itu terdapat kadar setengah berat Jarrah cintanya kepada-Ku. Demi Keagungan dan Keluhuran-Ku, kalau engkau memotongnya dengan gergaji sekalipun tentu dia tidak mengetahuinya.”

Barangsiapa yang mengakui tiga perkara tetapi tidak menyucikan diri dari tiga perkara yang lain maka dia adalah orang yang tertipu.

1. Orang yang mengaku kemanisan berzikir kepada Allah s.w.t., tetapi dia mencintai dunia.  

2. Orang yang mengaku cinta ikhlas di dalam beramal, tetapi dia inginmendapat sanjungan dari manusia.

3. Orang yang mengaku cinta kepada Tuhan yang menciptakannya, tetapi tidak berani merendahkan dirinya.



Nabi Muhammad s.a.w. telah bersabda, “Akan datang waktunya umatku akan mencintai lima lupa kepada yang lima :

1. Mereka cinta kepada dunia. Tetapi mereka lupa kepada akhirat.
2. Mereka cinta kepada harta benda. Tetapi mereka lupa kepada hisab.
3. Mereka cinta kepada makhluk. Tetapi mereka lupa kepada al-Khaliq.
4. Mereka cinta kepada dosa. Tetapi mereka lupa untuk bertaubat.
5. Mereka cinta kepada gedung-gedung mewah. Tetapi mereka lupa kepada kubur.”

wallahu a’lam…

subhanallah..

sumber : buku 1001 kisah teladan

KAEDAH MENGENAL DIRI & MENGENAL ALLAH MELALUI ILMU MAKRIFAT TOK KENALI KELANTAN KAEDAH PERTAMA MENGENAL ALLAH




1)     Ilmu Yang Pertama Untuk Dipelajari!Fitrah diciptanya makhluk itu, adalah bertujuan untuk mengenal Allah. Ilmu pertama  yang wajib  dan yang dituntut Allah itu,  adalah  ilmu tauhid atau "ilmu mengenal Allah".  Sebagaimana kalimah "Awalludin makrifattullah" (awal-awal beragama itu, mengenal Allah).Pertama mula beragama itu, bukan syahadah, sembahyang, puasa, zakat atau haji. Ilmu yang mula-mula itu, adalah mengenal Allah!. Sayangnya kebanyakkan dari kita, tidak tahu untuk bagaimana mencari ilmu mengenal Allah!

2)    Allah itu Terang, Yang Lebih Terang Dari Cahaya Matahari!Allah Taala itu, terang dan teramat jelas. Terang dan jelasnya Allah Taala itu,  terlebih terang dan terlebih jelas dari cahaya matahari itu sendiri?.  Kenapa kita tidak nampak Allah?.

Sebab tidak terpandang, terlihat, tertilik dan ternampanya Allah itu, adalah kerana adanya sifat mata!. Adanya sifat mata itulah, yang menyebabkan tuan-tuan tidak dapat untuk menilik, melihat atau memandang Allah swt. Cuba tuan-tuan buang atau hilangkan sifat mata dan sifat diri, disitu pastinya tuan-tuan dan puan-puan akan dapat melihat, menilik dan memandang Allah Taala. Mata dan sifat diri tuan-tuan sendirilah sebenar-benar sifat yang menghijab, mendinding dan yang menutup dari terpandang Allah Taala!.

3)    Cara Kafan Sifat MataSebab adanya sifat matalah yang menjadikan jauhnya keberadaan bulu mata dengan bebola mata. Cuba tuau-tuan bayangkan kiranya tidak ada mata. Dengan tidak ada mata,  tidak timbullah perkara jarak, samaada jauh atau dekat!. Timbulnya perkara jarak jauh atau dekat itu, adalah kerana adanya sifat mata. Kerana adanya matalah yang menyebabkan kita tahu jarak dekat atau jauh. Matalah sebenar-benar sifat yang menjarak, menghijab, menjauh  dan sebenar-benar yang menutup pandangan kita dari terlihat Allah.Selagi ada mata, selagi itulah kita tidak akan dapat untuk melihat Allah Taala.

Pesan Tok' Kenali bahawa setelah kita tidak ada mata, barulah Allah itu dapat ditahu, dilihat, dikenal dan diingat  dengan nyata. Bilamana kita berkata atau mengaku  perkataan "ada  aku", itu akan membawa pengertian "tidak ada Allah".  Adanya Allah itu, setelah tidak adanya diri kita!. Selagi adanya perkataan aku, maka timbullah  dakwaan aku gagah, aku besar dan aku kaya". Bilamana tuan-tuan menyebut perkataan itu, ertinya tuan-tuan menafikan kekuatan Allah, menafi kebesaran Alah  dan menafikan kekayan Allah. Bilamana kita gagah, bermakna Allah itu bersifat lemah dan bilamana kita kaya, bererti Allah miskin!. Setelah kita lemah, barulah Allah itu gagah, bilaman kita kecil, barulah Allah itu bersifat bersar.  Bilamana kita tidak ada, barulah Allah itu benar-benar ada!.

4)    Jangan Adanya Istilah Atau Perkataan "Aku"Untuk menjadikan Allah itu benar-benar ada, jangan sekali-kali mengatakan perkataan "aku ada", bilamana kita mengaku "aku ada" bererti Allah tidak ada. Bilamana kita mengaku "aku tidak ada",  barulah Allah itu, sebenar-benar bersifat dengan sifat ada .

Bilamana kita mengaku kita miskin, barulah Allah itu benar-benar bersifat dengan sifat kaya. Bilamana kita mengaku aku lemah, barulah Allah itu benar-benar bersifat dengan sifat gagah. Bermaknanya disini bahawa bahasa seni makrifat Tok' Kenali itu, adalah bahasa yang bernilai tinggi dan dalam.

Tok' Kenali  selalu berpesan kepada anak muridnya bahawa, sekiranya kita berhajat untuk mengenal Allah, jangan sekali-kali mengenal Allah dengan perkataan  "aku".

5)    Ingat Itu, Ertinya Belum Ingat!"Ingat itu sesungguhnya tidak ingat". Tahu itu sesungguhnya tidak tahu". "Tidak ingat itulah sebenar-benar ingat dan tidak tahu itulah sebenar tahu". Untuk membenarkan seninya kata-kata Tok' Kenali itu, saya  ingin mengajak tuan-tuan supaya bayangkan, semasa tuan mula-mula bekerja atau semasa mula-mula tuan-tuan berpindah dari kampong ke kota.  Dari rumah untuk pergi kepajabat,  tuan-tuan bertanya arah jalan, bertanya nama-nama jalan, bertanya  berapa banyak menempuh lampu isyarat, bertanya apakah ada jalan yang kena belok kiri atau kanan dan sebagainya.  Lama kelamaan, bilamana sudah biasa, tuan-tuan tidak lagi perlu ingat kepada tanda-tanda jalan atau tidak lagi ingat akan lampu isyarat dan tidak lagi perlu ingat nama-nama  jalan. Tahu-tahu sahaja tuan-tuan sampai kepajabat.

Tuan-tuan boleh sampai ke pejabat dari rumah, tanpa  ingat jalan, tanpa ingat lampu isyarat keberapa, tanpa ingat belok kiri atau kanan dan tanpa ingat nama-nama jalan lagi. Tahu-tahu tuan-tuan sampai kepejabat dengan selamat!.  "Tidak ingat, itulah tandanya ingat". Dari rumah untuk kepejabat itu, tanpa lagi perlu mengira-gira nama jalan atau lorong mana. Itulah tanda ingat. Tanda ingat itu, adalah tidak ingat! dan tanda tidak ingat, itulah sebenar-benar ingat!.Saya ingin bertanya kepada tuan-tuan sekalian. Semasa tuan-tuan suap nasi kemulut, apakah tuan-tuan ingat kepada tangan?.

Saya percaya yang tuan-tuan tidak ingat kepada tangan, samaada ada atau tidaknya tangan tuan-tuan itu, tuan-tuan sendiri tidak tahu dan tidak ingat!.  Tahu-tahu tangan menyuap nasi kemulut tanpa perlu ingat  atau tanpa perlu disuruh, itulah tanda sebenar-benar ingat. Tak perlu kita menyuruh tangan menyuap nasi kemulut, tahu-tahu nasi masuk kemulut!.Ingat kepada Allah itu, hendaklah sampai kepada tahap tidak ingat!.  Kita dikehendaki tidak ingat lagi kepada keberadaan diri kita.

Kita dikehendaki tidak perlu lagi ingat kepada adanya diri. Sekiranya kita masih dalam keadaan berkira-kira  untuk membuang diri, berkira-kira untuk menfanakan diri dan masih berkira-kira untuk mebinasakan diri, itu tandanya kita itu belum sempurna mengenal diri dan teramat jauh dari ingat kepada Allah Taala. Itu pada tahap atau peringkat masih dalam perkiraan, masih dalam keadaan berkira-kira nak ingat. Nak ingat itu, ertinya belum ingat. Nak ingat itu, ertinya baru nak ingat, baru nak ingat itu, bermakna belum ingat.

Ingat kepada Allah itu, hendaklah sampai kepada tahap, tidak ada apa-apa lagi yang harus diingat. Ingat kepada Allah itu, jangan sampai adanya dalil. Ingat kepada Allah itu, jangan sampai ada dikeranakan dengan suatu kerana. Untuk ingat kepada Allah itu, jangan sampai disandarkan kepada suatu peyandar. Ingat kepada Allah itu, tidak ada sebab dengan suatu sebab.Allah itu, adalah Allah, Allah itu, adalah Allah dan Allah itu, adalah Allah…………………………………………………………………………………………Allah, Allah, Allah…………………………………………………………………………………………………………………………………….

6)     Mengenal Allah Itu, Sehingga Tidak  Lagi Perlu Adanya Dalil!Mengenal Allah itu, hendaklah sampai kepada tahap tidak perlu lagi kepada dalil!, tidak perlu kepada saksi atau peyaksian . Kiranya masih perlu kepada dalil atau saksi, bererti  kita belum benar-benar mengenal Allah.  Untuk mengenal atau untuk ingat kepada kedua Ibu dan ayah kita, apakah perlu lagi kepada saksi atau dalil?. Begitu juga dengan ilmu mengenal Allah. Orang yang benar-benar mengenal Allah itu, adalah orang yang tidak lagi perlu kepada dalil!. Allah itu, adalah Allah.

Kata Tok' Kenali lagi,  untuk ingat kepada Allah itu, sekiranya masih ada saksi, bersaksi dan masih ada yang meyaksi, itu adalah peringkat mereka yang masih berkira-kira  untuk ingat. Berkira-kira untuk ingat kepada Allah itu, adalah tanda tidak ingat dan belum ingat!. Masih dalam perkiraan nak ingat. Perkataan nak ingat  itu, adalah tandanya belum ingat dan tandanya tidak ingat.Sebenar-benar ingat kepada Allah itu, setelah  tidak lagi ingat kepada  makhluk. Ingat kepada Allah itu, setelah tidak lagi ingat kepada  perkiraan, tidak lagi ingat kepada sangka-sangka dan setelah tidak ingat lagi kepada dalil itu dan dalil ini.

Sekali pandang, bahasa seni makrifat Tok' Kenali itu, kita akan menuduh yang bahawasanya bahasa itu, adalah bahasa yang tidak masuk atau tidak boleh diterima akal!.  Sebaliknya seni makrifat Tok' Kenali itu penuh sarat dengan ilmu yang tersirat, penuh makna, penuh pengertian  dan penuh terjemahan.  Kata Tok' Kenali itu, adalah kata yang sebenar-sebenar  kata. Kata yang penuh membawa maksud. Seni makrifat itulah yang membawa ramai anak muridnya duduk dalam keadaan asyik. Asyik dengan Allah, setelah tidak lagi asyik kepada keberadaan diri.

7)    Mengenal Allah Itu, Akan Tercapai Setelah Tidak Adanya Diri!Mari sama-sama kita lihat ungkapan seni Tok' Kenali melalui katanya, selagi kita masih mengaku "adanya diri", selagi itulah sifat "adanya Allah itu" tidak akan dapat kita  lihat. Bilamana kita mengadakan sifat adanya diri,  bererti kita telah menafikan sifat adanya Allah. Kita tidak boleh untuk mengadakan (menwujudkan) atau menggabungkan serentak antara kedua-dua sifat makhluk dengan sifat Allah!.  Sifat ada atau sifat wujud itu, adalah sifat hanya bagi Allah. Sifat bagi makhluk itu, adalah tidak ada (tidak wujud). Sila rujuk sifat dua puluh.

Sekiranya kita  itu bersifat ada atau kita itu bersifat wujud, bererti kita  telah mengadakan dua sifat wujud (dua sifat ada). Bererti kita telah menduakan sifat Allah, iaitu satunya wujud bagi Allah dan satu lagi itu wujud bagi diri makhluk, bermakna disini, kita telah mengadakan dua sifat wujud. Ssedangkan sifat wujud itu, hanya hak bagi Allah dan bukannya hak bagi makhluk. Bagi yang menduakan sifat Allah, hukumnya adalah syirik. Syirik itu, adalah dosa besar yang tidak boleh diampun Allah. Untuk itu, jangan adakan dua sifat wujud (dua sifat ada). yang wujud dan yang bersifat ada itu, adalah hanya bagi Allah, hanya bagi Allah dan hanya bagi Allah!……………………………………………………………………………………

Kita semua belajar dan kita semua tahu yang bahawasanya sifat "ada" itu adalah hanya sifat bagi Allah!. Manakala sifat bagi kita itu, adalah tidak ada!. Bilamana kita tidak ada sifat, apa lagi yang hendak kita perkira-kirakan dalam soal ingat kepada Allah!.  Setelah sekalian makhluk bersifat tidak ada, bermakna yang ada itu,
adalah hanya Allah. Sekiranya yang ada dan yang wujud itu hanya Allah, buat apa lagi ingat kepada selain Allah!.

8)    Jangan Gandingkan "Ada Allah Dengan Adanya Diri"Permasalahan yang timbul kepada kebanyakkan dari kita sekarang itu, adalah permasalahan dimana kita tidak boleh untuk membuang adanya kita!. Kebanyakkan dari kita sekarang payah untuk membuang sifat keakuan dan ramai yang masih lagi kuat berpegang kepada perkiraan yang sifat diri sebagai makhluk itu masih ada dan masih wujud. Kiranya Allah bersifat ada dan diri kitapun juga  bersifat ada, bermakna kita telah mengadakan dua sifat wujud (mengadakan dua sifat ada). Barang siapa yang mewujudkan dua wujud atau barang siapa yang mengadakan dua sifat ada, bermakna kita telah  syirik dengan Allah, kerana telah mengadakan  dua sifat Allah. Bilamana kita bersifat ada dan Allah juga bersifat ada, yang mana satukah yang benar-benar bersifat ada?.

Ada itu sifat kita kah atau sifat Allah kah?. Setahu kita, yang bersifat ada dan yang bersifat wujud itu, adalah hanya Allah. Sifat kita sebagai makhluk itu, adalah sifat yang berlawanan daripada sifat Allah. Bilamana Allah bersifat ada, kita adalah bersifat tidak ada. Bilamana tidak adanya sifat kita, barulah Allah itu benar-benar  dapat diingat. Kalau kita ada dan Allahpun ada, itulah yang menjadikan kita lupa untuk ingat kepada Allah.

Apabila lupa kepada Allah, tentunya yang kita ingat itu adalah adanya keberadaan diri, bilamana kita ingat kepada diri dan tidak ingat kepada adanya Allah, itulah yang dikatakan syirik (menduakan sifat Allah bererti, kita telah menduakan Allah), itulah yang dikatakan syirik. Dosa syirik itu, adalah dosa yang tidak akan dapat diampun Allah Taala.Untuk mengelak dari dosa syirik dan untuk menjadikan diri mengenal diri, marilah saya ajak tuan-tuan sama-sama menghayati kata-kata dari lidah Tok' Kenali ini, yang saya nukilkan melalui ungkapan kata dalam bentuk tulisan.  Mari kita mengenal Allah dan mengenal diri melalui kaedah lima!.

9)    Ilmu Makrifat Itu, Adalah Ilmu Yang Paling Rendah Dan Mudah!Ilmu mengenal Allah itu, sesungguhnya adalah suatu ilmu yang paling mudah, paling senang, paling ringan, paling lembut, paling halus dan paling nipis. Ringan, halus dan nipisnya ilmu mengenal Allah itu, seumpama ringannya kita menganggkat sebilah pisau cukur. Ringannya menganggkat sebilah pisau cukur itu, tidak seumpama beratnya menganggap seguni tepung gandung atau seguni beras.

Biarpun pisau cukur itu nipis dan ringan, hendaklah ia dianggkat dengan cermat, berhati-hati dan penuh lemah lembut. Menganggkat pisau cukur itu, tidak sebagaimana anggkat guni tepung, yang boleh diambil dengan kasar dan dicampakpun dengan kasar. Ringan dan nipisnya  ilmu mengenal Allah (makrifat)  itu, terlebih ringan dan terlebih nipis dari pisau cukur. Oleh itu, hendaklah dituntut dengan cermat dan berhati-hati, jika tidak berhati-hati ia akan melukai tangan sendiri!. Dikeranakan benda yang ringan dan nipis itu mudah terluka, makanya ramai dikalangan kita merasa takut dan tidak sudi memilikinya!.Ilmu mengenal Allah atau ilmu makrifat itu, adalah suatu ilmu yang terang, nyata dan suatu ilmu yang paling jelas.

Allah itu terang, Allah itu nyata dan Allah itu jelas, lebih terang, lebih nyata dan lebih jelas daripada cahaya matahari. Terangnhya cahaya matahari, terang lagi Allah. jelasnya cahaya matahari, jelas lagi Allahh!. Kenapa tidak kita melihat dan memandangnya?…………………………………

Tuan-tuan dan puan-puan yang dirahmati Allah sekalian, untuk mendapat berkat roh ilmu para guru-guru terdahulu,  saya mahu tuan-tuan berhenti seketika dari membaca dan masing-masing hendaklah pegang atau raba bulu mata masing-masing.  Sesudah masing-masing meraba bulu mata masing-masing, saya ingin ajukan satu pertanyaan. Dengan harapan agar tuan-tuan dapat menjawabnya dengan jujur. Pertanyaan saya adalah, apakah kedudukkan bebola mata dengan bulu mata itu jauh?. Kiranya jawapan tuan-tuan memihak kepada dekat, itulah tandanya Allah itu lebih hampir dan lebih dekat dari bulu mata kita sendiri.

Saya tidak mahu menyuruh tuan-tuan memegang bebola mata, nanti sakit,  cukuplah dengan kiasan memegang bulu mata. Namun sesungguhnya Allah itu, terlebih hampir daripada bebola mata putih dengan mata hitam. Allah itu hampir, hampirnya Allah itu, lebih hampir dari urat leher. Kenapa tidak kita lihat, kenapa tidak kita pandang dan kenapa tidak kita tilik?.

Diantara sebab tidak boleh ditilik, dilihat atau dipandang Allah itu, adalah kerana Allah itu terlaupau hampir dan teramat dekat. Dikeranakan terlampau hampir dan terlampau dekatnya Allah itu, sehingga kita "terlepas pandang" .  Memandangkan ilmu mengenal Allah itu, senang, ringkas, mudah, ringan, nyata, mudah, terang, halus dan jelas, kenapa tidak kita mengenal Allah?. Cuba sekali lagi tuan-tuan dan puan-puan jawab pertanyaan saya, kenapa sampai tidak boleh untuk kita mengenal, menilik, melihat dan memandang Allah Taala?, kenapa, kenapa dan kenapa?…………………………………………

10)    Senaraikan Jawapan Tuan-Tuan!.
Sebelum tuan-tuan meneruskan bacaan watikah saya ini, saya ingin ajukan satu pertanyaan. Saya minta tuan-tuan dan puan-puan jawab dengan cermat dan berhati-hati.  Soalannya, apakah sebabnya  tuan-tuan tidak dapat untuk melihat, menilik, memandang dan memerhatikan Allah Taala. Pertanyaan saya ini hendaklah dijawab dengan tulisan. Jawapan yang tuan-tuan tulis itu, akan dijadikan sebagai kayu pengukur, apakah  sama dengan jawapan  yang akan saya nukilkan!. Inilah cara Tok' kenali mengukur kefahaman anak muridnya.

Setelah jawapan tuan-tuan sudah disenaraikan satu persatu dengan ditil, barulah tuan-tuan dibenar meneruskan bacaan warkah perkhabaran ini. Supaya dengan itu, tuan-tuan dapat banding, nilai  dan perbezakan antara jawapan tuan-tuan dengan jawapan saya. Baru kita dapat ukur, setakat mana kemampuan kita dalam  berilmu!.=====================================================================================================================

KAEDAH  KEDUA MENGENAL ALLAH!

5  Cara, 5  Jalan dan 5  Kaedah Mengenal Allah!Jalan untuk mengenal Allah itu, hanya ada 5 cara, 5 kaedah atau 5 jalan)

.Untuk mengenal Allah itu, tidak ada jalan lain lagi selain lima jalan  tersebut. Dengan pasti, setelah tuan-tuan menghayatai lima jalan itu, tuan-tuan dan puan-puan akan wajib mengenal Allah, pada hari ini, jam ini dan saat ini jua. Percayalah akan kata-kata saya, inilah satu-satu jalan ilmu yang diperturunkan oleh Tok Kenali kepada kita!.

1) Mengenal Allah melalui Allah, kiranya jalan mengenal Allah tidak dapat kita cari, mari kita mengenal Allah melalui ilmu mengenal diri.

2) Mengenal Allah melalui diri, kiranya ilmu diri sendiri tidak kita  cari, mari kita mengenal diri melalui jalan mengenal mati.

3) Mengenal Allah melalui mati, kiranya kita tidak boleh mengenal diri melalui mati, mari kita mengenal diri melalui mengenal tidur.

4) Mengenal Allah melalui tidur, kiranya tidak kita tahu ilmu mengenal tidur, tidak akan kita tahu erti penyerahan diri!.

5) Mengenal Allah melalui penyerahan diri, inilah penamat pelajaran mengenal Allah.

Pelajaran pertama; Mengenal Allah Melalui AllahJalan untuk mengenal Allah itu, adalah suatu perkara yang terlampau mudah dan terlampau senang. Lantaran mudah dan senang itulah, sehingga kebanyakkan dari kita terlupa dan terlepas pandang.  Apakah benda yang paling hampir dengan mata kita?,  cuba tuan-tuan jawab pertanyaan saya dengan ikhlas. Benda yang paling hampir dengan mata kita itu, adalah bulu mata!. Cuba jawab pertanyaan saya, kenapa tidak boleh kita nampak untuk melihat bulu mata?.

Jawapanya adalah, sebab bulu mata itu, adalah perkara yang paling hampir. Begitu juga dengan Allah. Kenapa sampai kita tidak dapat untuk melihat Allah?. Kita tidak dapat untuk melihat Allah itu, adalah kerana jarak kedudukkannya Allah Taala dengan kita itu, adalah teramat hampir dan teramat dekat. Sebagaimana hampir dan dekatnya bulu mata dengan mata, sehingga kebanyakkan dari kita terlepas pandang!.

Untuk mengenal yang dekat itu, hendaklah melalui perkara yang hampir!. Satu-satunya perkara yang paling hampir dengan kita itu, adalah diri kita sendiri. Setelah mengenal diri dengan rata, baru boleh mengenal Allah yang nyata!. Untuk mengenal Allah itu pula, berkehendak Ia melalui Allah sendiri. Mengenal Allah itu, bukannya melalui guru atau melalui kitab. Allah akan campak atau mengurniakan kefahaman ilmuNya kepada sesiapa yang dikehendakiNya. Untuk itu, marilah kita mengenal Allah  melalui Allah!.1) Pelajaran pertama; Mengenal Allah Melalui AllahTuan-tuan dan puan-puan yang dirahmati Allah sekalian. Saya harap sangat-sangat, agar dapat kiranya tuan-tuan baca risalah ini dengan seberapa cermat dan berhati-hati!.

Hendaklah sekalian semua tahu bahawasanya seseorang guru itu, tidak akan sekali-kali dapat mengajar atau membimbing kita untuk mengenal Allah. Sehebat mana sekalupun mereka sebagai guru agama, ilmu mereka tidak akan sekali-kali dapat sampai kepada tahap mengenal Allah. Mengenal Allah itu, bukan milik makhluk. Mengenal Allah itu, adalah milik Allah itu sendiri!.Ilmu mengenal Allah itu, pembelajarannya hendaklah melalui Allah itu sendiri.  Hanya Allah yang mengenal Allah!. Sebagaimana yang dinyatakan di dalam Hadis "Ana araftu Rabbi Birabbi" (aku mengenal Tuhan dengan  Tuhan ku).

Mengenal Allah itu, tidak sekali-kali melalui bimbingan guru, Malaikat atau bimbingan Al-Quraan. Yang boleh meyampai, membimbing atau membawa kita kepada mengenal Allah itu, adalah hanya melalui Allah itu sendiri. Hanya Allah mengenal Allah!. Allah akan memperkenalkan diriNya hanya kepada  diriNya .Bagaimana mungkin kita boleh sampai kepada tahap mengenal Allah, sedangkan Allah itu bukan ain  dan Allah itu bukan benda. Allah tidak bersifat sebagaimana sifat makhluk, Allah tidak bernama sebagaimana nama makhluk. Mana mungkin kita dapat mengenal Allah, sedangkan Allah itu bersifat dengan sifat "Laisa Kamislihi Syaiun" (Allah itu bersifat bersalahan dengan sifat yang baharu).

Apayng kita gambar, itu bukan Allah. Apa yang kita kenang-kenagkan, itu bukan Allah. Apa yang kita bayang-bayangkan, itu bukan Allah dan apa-apa yang kita lintaskan kedalam hati (lintasan hati), itupun bukan Allah!. Dikiri, kanan, depan, belakang, tengah, tepi, dalam, luar, jauh, dekat, hitam, putih, bulat atau persegi, itu bukan Allah.Kiranya Allah boleh memperkenalkan dirinyaPersoalanya disini, bagaimanakah untuk kita belajar mengenal Allah dengan Allah?.

Dekatnya Allah itu, tidak bersentuhan dan jauhnya Allah itu,  tidak bersempadan. Dikeranakan Allah itu terlampau hampir dan terlampau dekat, sehingga kebanyakkan kita tidak dapat untuk melihatNya.  Mengenal Allah itu, adalah hal keadaan yang tidak dapat untuk dilihat oleh pandangan  mata atau  diraba dengan anggota tangan.  Untuk akal mengenal barang ilmu yang tidak ada bukti dengan mata kepala, akan mendatangkan kepayahan atau kesulitan. Untuk itu,  hendaklah kita tinggalkan dahulu  bab ilmu "mengenal Allah melalui Allah" buat seketika. Untuk sampai kepada tahap anak tangga  ilmu mengenal Allah melalui Allah, tuan-tuan wajib terlebih dahulu melalui anak tangga ilmu mengenal diri.

Setelah tuan-tuan benar-benar tamat dalam pelajaran ilmu mengenal diri dengan rata, barulah tuan-tuan boleh mengenal Allah dengan nyata. Untuk  itu,  mari saya bawa tuan-tuan megembara kealam "ilmu mengenal Allah melalui diri".2) Pelajaran Kedua; Mengenal Allah Melalui Diri.

Allah itu akan boleh dikenal  dengan penuh nyata dan yakin bilamana kita mengenal diri. Bilamana kita mengenlal diri dengan rata, pastinya dan wajibnya, kita akan mengenal Allah dengan nyata.Kaedah atau jalan yang pasti untuk mengenal Allah itu, adalah melalui kaedah mengenal diri . Berpandukan sebagaimana yang dinyatakan didalam Hadis "Barang siapa mengenal diri, maka akan kenallah ia akan Allah" (Man arafanassahu faqad arafarabbahu). Setelah kita tahu untuk mematikan diri sebelum kita mati, disitu tuan-tuan akan dapat mengenal sebenar-benar diri.Persoalannya disini, manakah yang dikatakan sebenar-benar diri?.
Adapun yang dikatakan sebenar-benar diri itu, bukan merujuk kepada jasad atau bukan merujuk kepada anggota tubuh badan. Diri yang sebenar-benar diri itu, adalah merujuk kepada perkara roh!. Rohlah diri yang sebenar-benar diri kita!Setelah kita dapati jalan untuk mengenal diri itu, adalah melalui perkara roh, sekali lagi kita menemuai jalan buntu untuk mengenal Allah melalui diri. Pada mulanya kita sanggkakan diri itu, adalah jasad (tubuh badan), jadi bolehlah kita mengenal Allah melalui jasad tubuh badan, sebabnya jasad atau tubuh badan kita itu, adalah benda yang boleh diraba dengan tangan dan boleh dilihat serta dipandang mata kasar.

Ternyata anggapan serta sanggkaan kita itu, sama sekali meleset. Sebenarnya kita tidak boleh mengenal Allah melalui diri, kerana diri sebenar diri itu adalah roh, sedangkan roh adalah perkara halus, perkara batin dan perkara ghaib. Akal tidak mampu untuk mengenal perkara-perkara yang gahaib (hanya ghaib yang mengenal ghaib dan hanya batin yang mengenal batin).Perkara roh adalah urusan Allah. Sekalipun ianya diberi ilmu, ianya hanya sedikit. Perkara roh adalah perkara ghaib, Sekali lagi  kita menemuai kepayahan atau kegagalan dalam menimba atau menuntut ilmu melalui mengenal diri. Dalam pelajaran anak tanggga kedua, kita sekali lagi menemui kegagalan!.

Pada mulanya kita meyanggka bahawa perkara ilmu mengenal diri itu, adalah pelajaran mengenal anggota tubuh badan,  ternyata sanggkaan kita itu meleset. Maksud kepada perkataan diri itu, adalah merujuk kepada roh!. Ilmu akal kita, tidak akan dapat sampai untuk membicarakann soal roh. Roh itu, adalah termasuk kepada perkara Amar Rabbi (urusan Allah). Lantaran itu, mari kitatingggalkan dulu buat sementara bab mengenal diri, mari kita turun kepada anak tangga ketiga. Iaitu tangga pelajaran ilmu mengenal Allah melalui mati.3) Pelajaran ketiga: Mengenal Allah Melalui Mati.

Mari kita belajar ilmu mengenal Allah melalui perkara mati. Mati adalah perkara yang boleh membawa kita kepada mengenal Allah Taala. Berpandukan sebagaimana yang dinyataka ndidalam Hadis "Matikan diri kau sebelum kamu mati" (mutu kablaan tamautu". Persoalannya disini, bagaimanakah untuk megetahui perkara mati. Sedangkan kita belum pernah merasai mati dan  tidak seorangpun orang yang telah mati kembali hidup untuk menceritakan kepada kita akan perkara-perkara mati!.Sekali lagi kita gagal mengenal Allah melalui mati. Sebelumnya kita gagal mengenal Allah melalui Allah, gagal mengenal Allah melalui diri dan kali ini, sekali lagi kita gagal menemuai kaedah mengenal Allah melalui  mati.

Kita telah didapati gagal mengenal Allah melalui tiga anak tangga.  Sungguhpun ketiga-tiga anak tangga kita gagal untuk mengenal Allah melaluinya. Namun tuan-tuan jangan khuatir, kita masih diberi ruang untuk mengenal Allah melalui perkara tidur.4) Pelajaran Keempat; Mengenal Allah Melalui TidurTuan-tuan dan puan-puan yang dirahmati Allah sekalian.

Tidak siapa yang tidak pernah mengenal tidur. Semua dari kita pernah merasai tidur. Sedari bayi sehingga sekarang kita merasai tidur, apakah tuan-tuan masih tidak mengenal tidur?. Untuk pelajaran seterusnya, saya minta tuan-tuan sidang pembaca yang budiman sekalian megambil sekeping kertas kosong. Saya mahu tuan-tuan dan puan-puan tulis serta catatkan apakah yang tuan-tuan tahu tentang tidur. Apakah pengajaran yang dapat kita kutip dari perkara tidur. Buat catatan tuan-tuan dengan cermat dan kemudian cuba tuan-tuan padankan dengan catatan saya.

Apakah pegetauan tuan-tuan tentang tidur itu, sama dengan ilmu pegetahuan Tok' Kenali?. Setelah semuanya telah tercatat, mari kita teruskan pengajian kita tentang ilmu mengenal tidur.Pengajaran yang dapat kita kutip dari perkara tidur itu, akan membolehkan kita mengenal akan Allah Taala dengan pasti. Jika sebelumnya kita tidak dapat mengenal Allah melalui Allah, diri dan mati, Baginda Rasulrullah mengajak tuan-tuan mengenal Allah melalui perkara tidur, kerana semua orang tahu tentang tidur. Sebagaimana yang dinyatakan melalui Hadis "tidakkah tidur itu saudaranya mati".

Apakah pengajaran yang dapat tuan-tuan kutip dari perkara tidur?. Semak balik catatan yang telah tuan-tuan tulis untuk dibandingkan dengan apa yang akan saya nyatakan. Tuan-tuan dan puan-puan sekalian, pengajaran yang dapat kita kutip melalui perkara tidur itu, adalah mengajar kita kepada ilmu "menyerah diri kepada Allah Taala".Cuba tuan-tuan perhatikan dengan cermat akan kata-kata saya ini. Semata tuan-tuan tidur, apakah masih ingat kepada wang ringgit yang menimbun didalam bank?.

Semasa  tuan-tuan tidur, apakah masih ingat kepada rumah besar, kereta besar atau panggkat besar. Ada atau tidaknya perkara-perkara tersebut diatas, tidak membuat tuan-tuan kisah?.   Apakah tuan-tuan kisah, bilamana ada orang datang untuk bunuh diri tuan-tuan?. Apakkah tuan-tuan tahu yang diri tuan-tuan itu, ada atau tidak (hidup atau mati)?. Dikala tidur, kita tidak lagi ingat akan diri, malahan tidak ingat kepada kepada nama diri sendiri.Ini  mengajar kita erti tidur, tidur mengajar kita erti menyerah diri kepada Allah Taala.

Didalam perkara tidur, ianya mengajar kita erti sebuah "penyerahan diri secara total". Tidur mengajar kita, suatu rasa tidak memiliki dan suatu rasa tidak mempunyai. Sebenar-benar diri kita itu, tidak memiliki dan mempunyai apa-apa!.  Wang yang banyak, tidak lagi kita peduli, ini menandakan yang kita telah menyerah segala kekayaan wang ringgit, rumah besar, kereta besar dan panggkat besar kepada Allah diwaktu kita tidur.

Ada atau tidaknya diri kita dikala kita tidur, sudah tidak lagi kita peduli, ini menandakan kita menyerahkan segala kebesaran serta keberadaan diri kepada Allah Taala. Tidak lagi kita peduli kepada anak isteri atau orang yang tersayang. Menyerah kita akan segalanya kepada Allah Taala.Tidur mengajar kita tentang ilmu menyerah diri secara total atau menyerah diri secara mutlakkepada Allah Taala.

Sekalipun orang datang untuk membunuh kita, kita tidak lagi megambil kisah, itu adalah tanda menyerah diri kepada Allah Taala secara pukal, secara tunai, secara tuntas dan secara jelas. Dengan itu, fahamlah kita bahawa ilmu yang dibawa oleh perkara tidur itu, adalah untuk mengajar kita kepada pengertian sebuah peryerahan diri kepada Allah Taala.Sekarang kenal dan tahulah kita apakah maksud tidur itu sebenarnya!.

Pengajaran dari perkara tidur itu, membawa pengerian  mati. Itulah sebabnya Baginda Rasulullah menyatakan dalam Hadisnya yang bahawasanya  "tidur itu saudarnya mati". Maksud perkataan saudara disini, adalah merujuk kepada perkara dekat, rapat atau seumpama adik beradik. Bilamana kita tidak mengenal abang, cukup dengan mengenal adik, kerana dengan mengenali adik, lambat laun kita akan dapat mengenal abang.

Bilamana kita mengenal perkara tidur, bererti dengan sendirinya kita akan mengenal perkara mati, kerana diantara tidur dengan perkara mati itu, adalah seumpama saudara terdekat.  Suasana tidur adalah mengajar kita suasana diwaktu kita mati. Sebagaimana tidur, sebegitulah mati dan sebagaimana mati, sebegitulah keadaan tidur!.

Bilamana kita tahu tidur, bererti kita tahu mati. Bilamana kita mengenal tidur, bererti kita mengenal mati. Dari ilmu tidur, mengajar  kita ilmu mati. Sekarang saya mahu mengajak tuan-tuan dan puan-puan sekalian, anggaplah diri kita sekarang ini, benar-benar sudah mati!. Dari ilmu tidur, ianya telah berjaya membawa kita kepada mengenal erti mati!.

Sebenarnya kita sekarang ini sedang tidur dan sedang mati. Hanya mereka-mereka yang mengenal Allah sahaja yang benar-benar hidup dalam berkeadaan jaga.Hidup sesudah mati itu, adalah sebenar-benar kehidupan yang tidak akan merasai mati sesudahnya. Itulah yang dikatakan melalui Hadis  "mati sebelum mati" (Mutu kablaan tamautu).

Matikan diri sebelum mati itulah, yang dikatakan sebenar-benar mati. Mati berpisah nyawa dari badan itu, adalah mati kepastian manakala mati sebelum mati itu, adalah mati kemestian. Oleh itu, kita mesti mematian diri sebelum datangnya mati kepastian. Setelah kita mati, apa yang ada pada diri kita?.Sekarang saya mahu mengajak tuan-tuan dan puan-puan benar-benar merasai mati.

Saya mahu tuan-tuan beranggapan yang diri tuan-tuan sudah mati, yang sekarang sedang berada diperbaringan. Anggaplah diri tuan-tuan sekarang sedang terbujur kaku, dikelilingi oleh anak isteri yang sedang menangis meratap pemergian kita pulang kerahmatullah. Sekejab lagi ada orang yang akan datang untuk memandi dan kemudian akan memakaikan kita dengan kain kafan. Sekarang tuan telah terbujur kaku dan sedang menunggu untuk dikebumikan kedalam kubur.

Sebelum Malaikat Mungkar dan Nangkir datang menyoal tuan-tuan, terlebih dahulu saya ingin menyoal satu persoalan. Manakah sebenar-benarnya diri tuan-tuan?. Dulunya tuan-tuan gunakan anggota tangan bagi menunjukkan gagah, mengunakan kaki bagi menunjukkan kuat, menggunakan mulut bagi menunujkan pintar dan menggunakan akal bagi menunjukkan pandai.

Sekarang bilamana diri sudah terbujur kaku diperbaringan, kemana perginya gagah, kemana perginya kuat, kemana perginya pintar dan kemana perginya paindai?. Apakah yang tuan-tuan miliki sebenarnya dikala  ini?. Setelah kita mengenal tidur, bererti kita telah mengenal mati. Sekarang kita sedang berada diambang kematian. Apa bekalan yang akan tuan-tuan bawa untuk  diri?, setelah segalanya kita tinggalkan, dimana diri!.

Tuan-tuan dan puan-puan yang dirahmati Allah dan yang saya kasihi sekalian. Saya merayu dengan rasa sebenar-benar rendah diri, kepada tuan-tuan sekalian, sementara nyawa masih dikandung badan, marilah kita sama-sama belajar mengenal diri dan sama-sama belajar menganal Allah dengan nyata!.

Cukup-cukuplah belajar ilmu feqah dan cukup-cukuplah belajar  ilmu syariaat!. Sudah terlalu lama tuan-tuan belajar ilmu feqah, bermula daripada kelas KAFA (se usia enam tahun) sampai sekarang, taun-tuan sudah berumur sebaya enam puloh tahun, apakah tuan-tuan masih mencari-cari atau meraba-raba ilmu feqah?. Seusia sekarang , berapa lama lagikah tuan-tuan mahu menghabiskan usia tua dengan pelajaran ilmu feqah?.

Berapa lagikah masanya untuk tuan-tuan belajar ilmu hakikat?. Sedangkan antara ilmu feqah (syariiat) dan ilmu hakikat (makrifat) itu, adalah sama-sama fardhu ain atau sama-sama wajib!. Kenapa wajib belajar ilmu feqah sedari umur enam tahun sedangkan seusia enam puloh tahun ilmu hakikat masih belum datang wajibnya dan belum datang fardhunya?. Nak tunggu bila?…………………………

Marilah kita belajar ilmu tidur, dengan perkara tidur, ianya membawa kita mengenal ilmu mati. Dengan perkara mati, ianya membawa kita kepada  ilmu mengenal diri. Dengan perkara diri,  wajib dengan sendirnya membawa kita  mengenal akan Allah swt. Itu sebabnya saya bawa usul tidur, usul mati, usul diri supaya  dengan usul-usul tersebut, ianya membawa tuan-tuan menaiki tangga-tangga ilmu dengan tertib.

Dengan mendaki anak-anak tangga itu,  boleh membawa tuan-tuan dan puan-puan berjaya sampai kepada ilmu mengenal Allah dengan teratur dan berfatonah.Supaya pendekatan ilmu itu tersusun cantik, mudah difaham dan senang dimengerti oleh segenap lapisan umur.

Hanya melalui perkara tidur, sekarang kita sudah berjaya mengenal  sebenar-benar diri. Sebenar-benar diri itu, tidak ada. Bilamana diri tidak ada, siapakah yang ada?. Bilamana diri sudah tidak ada, yang ada itu hanya Allah."Kini kita sudah mengenal Allah!".=====================================================================================================================

KAEDAH KETIGA MENGENAL ALLAH

Kaedah: "Syuhudul wahdah fil kasraf" (pandang yang satu kepada yang banyak)Kaedah pertama ilmu mengenal Allah itu,  bermula dari tahap anak tangga yang paling bawah sehingga sampai kepada tahap anak tangga yang paling terkebawah. Manaka kaedah kedua dalam mempelajari ilmu  mengenal Allah itu, kita dikehendaki mengambil pendekatan bermula dari anak tangga bawah (kelima) kepada anak tangga keatas (pertama).

1)Tahap pertama, kita bermula mengenal Allah itu, adalah melalui pelajaran ilmu mengenal Allah dengan Allah.

2)Tahap kedua mengenal Allah itu, adalah mengenal Allah melalui diri.

3) Tahap ketiga mengenal Allah itu, adalah melalui mati.

4) Tahap keempat mengenal Allah itu, adalah melalui tidur dan

5) tahap kelima mengenal Allah itu, adalah melalui penyerahan diri.

Seumpama kita melihat tumbuhnya pohon yang bermula dari benih yang kosong yang membawa tumbuhnya sampai kepada pucut. Kaedah: "syuhudul kasraf fil wahdah" (pandang yang banyak kepada yang satu)

Manakala  kedua, kita dikehendaki bermula dari tahap paling atas, sehingga kepada tahap yang paling bawah. Iaitu bermula dari pelajaran ilmu mengenal penyerahan diri, mengenal tidur, mengenal mati, mengenal diri dan seterusnya kita akan sampai kepada tahap mengenal Allah Taala. Sebagaimana Hadis "Syuhudul wahdah fil kasyraf, syuhudul kasraf fil wahdah" (pandang yang satu kepada yang banyak dan pandang yang banya kepada yang satu). Mari kita belajar ilmu ini degan tertib, fatonah dan bersungguh-sungguh. Untuk itu, mari saya ajak tuan-tuan, kita bermula belajar dari tahap atas kebawah dan ulang balik dari tahap bawah keatas. Mari kita  mengenal Allah melalui kaedah dari bawah keatas!

1) Pertama; Mengenal Allah melalu penyerahan diri.

Arwah Tok Kenali, selalu berpesan kepada ayahanda saya dan ayahanda saya pula berpesan kepasa saya. Bilamana kita membaca atau belajar sesuatu ilmu, ilmu itu hendaklah menjurus kepada diri, hendaklah diletak atau dirujuk kepada diri. Hendaklah kita tafsirkan segala ilmu keatas diri kita sendiri.

Setelah segala ilmu itu diletak atau ditafsir keatas diri kita, hendaklah pula diri kita itu, diserah semula atau dipulangkan kembali kepada Allah. Bilamana kita mencari ilmu didalam kitab, samaada kitab Al-Quraan mahupun kitab-kitab makrifat, kita dikehendaki mentafsirkan segala ilmu itu kepada diri kita sendiri. Hendaklah selepas kita tafsir segala ilmu itu atas diri kita, kemudian hendaklah dipulangkan atau hendaklah dikembakli semula diri itu, kepada Allah !.

Jangan sampai terlihat adanya diri, itulah petua atau syarat belajar ilmu makrifat!

Untuk mengenal Allah melalui Allah itu, dikatakan pelajaran jauh, dalam, payah atau tinggi. Untuk itu mari kita ambil pendekatan mengenal Allah melalui penyerahan diri. Melalui tangga kelima iaitu tangga mengenal Allah melalui penyerahan diri, dikatakan tangga pelajaran yang paling kebawah dan paling rendah. Mari kita belajar mengenal Allah melalui pelajaran yang paling, asa, rendah dan bawah, iaitu mengenal Allah melalui penyerahan diri.Bilamana pancaindera telah diserah dan telah dikembali  segalanya kepada Allah, apakah lagi yang tertinggal, yang terbaki dan tersisa  atas diri kita?. Cuba tuan jawab sekali lagi pertanyaan saya ini atau sudi kiranya tuan-tuan senaraikan atas kertas kosong, apakah yang tersisa atau yang tertinggal atas diri kita?.

Dikehendaki menyerah diri kepada Allah itu, dalam bentuk empat pertkara.

1) Pertama hendaklah kita kembali atau menyerahkan kepada Allah Taala, akan panggilan sekalian yang  berbentuk nama.

2) Kedua hendaklah dikembali atau menyerahkan kepada Allah Taala, akan bentuk sekalian yang berbentuk sifat.3) Ketiga hendaklah meyerah atau megembalikan kepada Allah Taala, akan kelakuan yang berbentuk Afaal.4) Keempat hendaklah menyerah  atau mengembalikan kepada Allah Taala, akan batin yang berbentuk zat.Setelah keempat-empat itu dikembalikan atau diserahkan semula kepada Allah, apakah lagi yang tertinggal, terbaki dan tersisa atas kita?.

Mata beserta penglihatan. hidung beserta nafas, mulut beserta perkataan, telinga beserta pendengaran, tangan beserta kuat, kaki beserta gagah dan  perut beserta rasa telah kita serah kembali kepada tuannya yang empunya asal, apakah lagi yang ada pada kita?. Yang tinggal atas kita hanya kosong!.Mulai hari ini, kenallah kita akan diri kita.

Diri kita yang sebenar-benar diri itu, adalah tidak ada!. Diri yang sebenar ada itu, adalah hanya Allah Taala. Allah Taalalah diri yang sebenar-benar ada!. Inilah pelajaran yang dapat kita kutip dari ilmu mengenal Allah melalui penyerahan diri. Setelah kita mengenal ilmu penyerahan diri, mari kita panjat naik lagi kepada tinggkatan anak tangga yang keempat itu, mengenal Allah melalui tidur.

Dengan berbekalkan pelajaran menyerah diri, maka kenallah kita akan diri kita, diri kita yang sebenarnya tidak ada. Setelah diri kita tidak ada , tentunya yang ada itu, hanya sifat Allah. Dengan ini, kenallah kita akan Allah Taala. Kenal Allah Taala itu, setelah ketidak beradaan diri!. Selagi adanya diri kita, selagi itulah kita tidak akan dapat mengenal Allah. Mengenal Allah itu, adalah setelah ketiadaan diri. Setelah ketiadaan diri (sifat keakuan), barulah Allah itu nyata dan dapat dinyatakan keberadaanNya.

Jika masih ada sifat diri dan jika masih ada sifat "aku",  selagi itulah kita tidak akan dapt menyatakan adanya Allah Taala.  kita masih mengaku yang kuat itu aku, yang gagah itu aku, yang kaya itu aku, yang besar itu aku dan yang melihat itu aku, yang mendengar itu aku, yang hidup itu aku dan yanng wujud itu aku!. Selagi masih kelihatan keberadaan diri, selagi itulah sifat keakuan itu timbul. Setelah berjaya kita menengelam atau mengkaramkan keberadaan diri, maka yang timbul itu nanti adalah keyataan Allah, Allah, Allah ………………………………….dengan seyata-nyata dan seia-iaNya.

Tidak akan ada yang lain selain Allah. Allah nyata setelah tidak nyatanya diri. Inilah yang dierti, yang  dimaksud atau yang fahamkan melalui konsep penyerahan diri Tok kenali. Setelah kita tahu erti penyerahan, barulah kita boleh tahu apa itu tidur. Bahawa tidur ertinya berserah diri kepada Allah.

2) Kedua; Mengenal Allah melalui perkara tidur.Pada peringkat awal pengajian ilmu mengenal Allah,  kita bermula pelajaran mengenal Allah dari anak tangga teratas kepada anak tangga terkebawah. Setelah cara itu gagal menemukan kita dengan jalan mengenal Allah.  Kini mari saya mengajak tuan-tuan berpatah balik daripada pelajaran yang bermula dari anak tangga bawah keatas.. Mari kita berpatah balik, bermula dengan pelajaran kelima kepada pelajaran  nomber satu.

Pelajaran peringkat kelima mengajar kita mengenal penyerahan diri, manakala pelajaran ketiga mengajar kita perkara mati. Sesudah mengenal pelajaran tidur, mari kita berbalik kepada pelajaran mati.Sekiranya tidur mengajar kita menyerah diri kepada Allah, bermakna perkara mati juga mengajar kita erti penyerahan diri kepada Allah Taala.

Perkara tidur dan perkara mati itu, adalah perkara yang membawa pengertian yang sama . Perkara tidur dan perkara mati itu, seumpama saudara kembar (adik beradik) Sebagaimana Hadis mengatakan yang bahawasanya "tidakkah tidur itu, saudarnya mati". Bilamana kita kenal adik, pastinya kita kenal abang. Begitu juga dengan perkara mati. Bilamana kita mengenal tidur, dengan sendirinya kita mengenal mati.

3) Ketiga; Mengenal Allah melalui mati.Tidur mengajar kita berserah diri kepada Allah manakala mati juga mengajar kita menyerah diri kepada Allah. Cuba tuan-tuan lihat mayat yang terbujur kaku!. Apa yang ada pada sisi mayat bilamana mati?. Bilamana kita mati, segala harta benda, wang kekayaan atau anak isteri, semuanya tidak lagi boleh digunakan. Ada tangan, tangan menjadi kaku, dimana perginya kekuatan tangan?. Ada mulut, mulut menjadi bisu, kemana perginya kepetehan bercakap dahulunya?. Mati mengajar kita erti penyerahan diri kepada Allah.

Bilamana tidur mengajar kita erti penyerahan diri kepada Allah, mati juga mengajar kita erti penyerahan diri kepada Allah. Kedua-dua perkara tidur dan mati mengajar kita berserah diri kepada Allah Taala. Untuk mengnenal Allah, kkita hendaklah belajar erti tidur dan erti mati. Sekarang kita sudah tahu apa itu mati dan apa itu tidur. Setelah kita tahu erti mati dan erti tidur, mari kita kembali kerpada pelajaran kedua. Pelajaran kedua mengajak kita mengenal Allah melalui diri.Kita mengaji dan megkaji pelajaran mati, adalah bertujuan untuk mengenal  diri.

Dengan pelajaran ilmu mengenal diri itulah juga nantinya, kita akan dapat mengenal Allah. Pelajaran-pelajaran kita yang telah lalu diatas, mengajar kita apakah itu erti mati. Setelah kita mengenal erti mati dalam pelajaran  pada anak tangga keempat, tibalah masanya untuk kita menuju kepada pelajaran anak tangga yang kedua, iaitu mengenal diri. Dengan pelajaran mengenal diri itu, akan membawa kita kepada ilmu mengenal Allah, yang menjadi cita-ciata atau tujuan utama kita.Baiklah, saya bermohon kepada tuan-tuan semua agar berhenti membaca buat seketika.

Mari kita sama-sama memejamkan kedua-dua belah mata dengan kedua-dua belah tangan letak diatas paha, mari kita sama-sama bermohon kepada Allah swt, agar dibuka akan pintu hati kita, untuk memahami ilmu ini. Tanpa izin Allah, ilmu ini tidak sekali-kali akan terbuka!. Untuk itu, mari kita sama-sama bermunajat kepada Allah swt, agar dibuka akan pintu hati kita, agar dapat menerima titah ilmu rahsia ini,  dengan mudah supaya ianya melekat, terukir dan terpahat didalam lubuk hati dan jantung kalbu.

Setelah kita minta keizinan Allah, barulah ilmu yang akan kita timba nanti, mendapat keberkatan dan kerahmatan Allah swt.Mati mengajar kita erti penyerahan diri kepada Allah. Bilamana kita mati, segala-galanya tidak lagi kita miliki, semuanya telah dipulang kembali kepada Allah. Allahlah selaku tuan yang empunya segala-galanya (termasuk diri kita). Setelah kita benar-benar faham apa itu mati, mari kita hubung kaitkannya dengan diri. Siapakah sebenar-sebenarnya diri kita?.

Sebenar-benar diri kita itu, adalah tidak ada (mati). Sebagaimana mati, sebegitulah diri. Bilamana mati, kita telah tidak lagi punya apa-apa. Sebegitu juga dengan pengertian mengenal diri. Setelah kita sebenar-benar mengenal diri, diri akan menjadi sebagaimana mati.

Saya ingin bertanya kepada tuan-tuan, manakah yang dikatakan anggota tangan tuan-tuan, mana mulut, mata, kaki, telinga, gagah, kuat, cantik dan sebagainya?. manakah angggota itu semua, siapakah ttuan yang empunya sebagai pemiliknya?. Cuba tuan-tuan jawab pertanyaan saya. Siapakah pemilik atau siapakah yang empunya anggota kita?.

Setelah kita mengenal mati dan setelah kita mengenal diri,  apa adakah lagi sifat diri kita?.  Tidakkah semuanya telah menjadi milik Allah?. Setelah segalanya milik Allah dan kepunyaan Allah, mana yang dikatakan kita?.  Setelah kita mengenal ilmu diri, diri kita itu, telah menjadi seumpama mati.

Bilamana mati, bererti kita telah tidak ada. Sebagai mana tidak adanya diri kita dikala mati, sebegitu jugalah pengertian hidup kita sekarang ini. Sekarang ini, masa ini, saat ini dan diketika ini, sebenar-benar diri kita itu, sudah mati. Itulah yanng dinyatakan didalam Hadis "Matikan diri kamu sebelum kamu lati" (Mutu kablaan taumautu".

Sebenar-benar diri kita itu,  tidak ada!.  Cuba sekali lagi tuan-tuan lihat pada sifat anggota tangan, sesunggguhnya sifat anggota tangan kita itu, adalah milik kepunyaan Allah, bukannya milik kita!. Cuba tuan-tuan lihat, pandangn dan tilik pula kepada bahagian anggota-anggota lain, manakah yang dikatakan menjadi milik kita?. Ternyata segala dan semuanya bukan kepunyaan kita, segala dan semuanya adalah milik dan kepunyaan Allah Taala.

Tidak ada satu anggotapun, biar ianya sebesar zarah,  melainkan segalanya adalah milik Allah. Kita atau diri kita sebenar-benarnya, tidak ada dan tidak memiliki apa-apa!. Kita sebenarnya sudah dan telahpun mati!. Setelah kita mengenal apa itu perkara mati, maka kenallah kita akan siapakah sebenarnya diri. Mari kita sama-sama belajar perkara mengenal diri, agar dengan belajar ilmu mengenal diri, kita akan dibawa kepada mengenal Allah Taala.

4) Kempat; Mengenal Allah melalui diri.Inilah pelajaran terakhir dalam ilmu mengenal Allah Taala. Setelah kita mengenal diri, sudah denngan pasti dan sudah dengan wajib, kita akan dapat mengenal Allah dengan tepat, jitu, pasti dan benar lagi nyata.Sebelum kita menuntut ilmu mengenal Allah (makrifat), terlebih dahulu hendaklah tuan-tuan dan puan-puan mengenal diri melalui diri sendiri.

Barang siapa mengenal diri  dengan rata, maka mengenallah ia akan Allah  dengan nyata. Kiranya kita tidak mengenal diri, masakan dapat mengenal Allah. Mengenal Allah itu, adalah setelah benar-benar mengenal diri!.  Bagi yang berhajat untuk mengenal diri pula, hendaklah dibinasakan diri, dikemballi dan dipulangkan semula diri kepada Allah termasuk diri zahir dan diri batin (roh) kepada Allah Taala.

Setelah segala-galanya tidak ada, telah tertanggal, telah terbuang dan telah tersingkir dari sifat keakuan (aku). maka yang terzahir, ternampak, terpandang dan yang terang jelas lagi nyata itu, itulah Allah swt.5) Kelima; Mengenal Allah melalui penyerahan.Kita hendaklah belajar ilmu makrifat itu, sehingga sampai kepada tahap sudah tidak ada apa-apa lagi yang hendak diserah.

Selagi ada perkara yang hendak diserah, itu bererti tuan-tuan belum habis mengenal diri. Mengenal diri itu, adalah sehingga tidak ada lagi perkara atau sudah tidak ada lagi benda yang hendak dikembalikan kepada Allah. Setelah tidak adanya perkataan "aku", maka akan hilanglah penyerahan. Selagi ada perkataan "aku" selagi itulah belum sampai kepada tahap penyerahan diri!.Mengenal Allah melalui penyerahan itu, adalah tahap ilmu yang sudah sampai kepada tahap sudah tidak ada apa-apa lagi yang hendak diserah, itulah sebenar-benar penyerahan.

Apakah lagi yang hendak kita serah, sedangkan diri kita sendiripun sebenarnya tidak ada!. Sesudah sampai kepada tahap ini, maka itulah sebenar-benar ilmu mengenal diri dan sebenar-benar ilmu menyerah diri. Inilah yang dikatakan ilmu makrifat!.Jalan ini adalah jalan pelik. Jalan bilamana ada, kita tidak  dipeduli orang. Bilamana adanya kenduiri kendara, kita tidak diundang. Bilamana kita tidak ada (hiloang), kita tidak dicari orang.

Bilaman berbicara, tidak diindah orang, inilah jalan yang ditempuhi oleh orang-orang makrifat. Jalan orang makrifat itu, adalah jalan cacian dan jalan tomohan orang!. Cuba tuan-tuan lilhat, perhati dan tengok dengan mata kepada sendiri. Siapakah dikalangan kita yang sanggup mengajar ilmu makrifat?. Jika adapun dua tiga kerat yang cuba-cuba mengajar ilmu makrifat, ada sahaja mulut-mulut sumbang. Yang mengatakan ilmu sesat, ilmu salah, ilmu terpesong dan berbagai-bagai tomohan yang membuatkan tidak ada orang yang berani membuka ilmu ini, melainkan siapa yang sanggup pertaruhkan nyawa.

Dalam memperjuangkan ilmu makrifat, pertaruhannya adalah nyawa, siapa yang berani bermain permainan ini, itulah sebenar-benar penglima dan pahlawan Allah, pejuang bangsa, pejuang agama dan pejuang Islam sebenar. Biarpun kita tidak diberi darjah kebesaran oleh pemerintah dunia, namun kita akan mendapat anugerah kebesaran dari tangan Allah swt sendiri.Jika kita berada pada jalan yang lurus, apa yang hendak ditakuti. Orang makrifat itu, adalah orang yang tidak ada erti takut dan tidak ada erti gentar, melainkan hanya kepada Allah mereka berserah diri.

Ayuh sahabat-sahabatku, kita sama-sama perjuankan ilmu makrifat!. Ilmu makrifat itu, adalah satu ilmu yang fardhu (wajib). Wajib atas kita bagi setiap umat yang beragama Islam itu, meperjuankannya!.Kenapa ramai orang yang hanya sanggup memperjuangkan habis-habisan ilmu feqah atau ilmu syariaat. Kenapa tidak ada orang yang berani memperjuangkan ilmu makrifat?. Apakah ilmu makrifat itu bukan ilmu?. Cuba jawab pertanyaan saya!. Dimasjid, disurau, diakhbar-akhbar, disekolah, dipondok, dipusat pengajian tinggi sekarang, hanya mempelajari dan hanya memperjuangkan ilmu syariaat. Kemana hilangnya ilmu makrifat.

Apakah ilmu makrifat itu bukan fardhu?. Cuba tuan-tuan jawab pertanyaan saya dengan sejujur-jujurnya. Apakah ilmu makrifat itu bukan ilmu?, bukan fardhu? dan apakah ilmu makrifat itu bukan wajib?.Kiranya ilmu makrifat itu, wajib atau fardhu, kenapa tidak diajar?. Mana perginya mereka-mereka yang bergelar ulamak,  yang bergelar ustaz,  yang bergelar kiyai,  yang bergelar guru dan  yang bergelar pendakwah?. Kenapa tidak diajar?, kenapa tidak diajar dan kenapa tidak diajar?.

Cuba tuan-tuan dan puan-puan jawab pertanyaan saya!.Kepada mereka-mereka yang mengamalkan ilmu makrifat, ayuh mari beserta saya, kita perjuangkan ilmu makrifat,  sekalipun pertaruhannya adalah nyawa Dalam mamperjuangkan ilmu Allah itu, pertaruhannya adalah nyawa. Demi agama Allah dan demi Allah Tuhan yang Esa, saya pertaruhkan nyawa saya kepada tuan-tuan untuk menghukumnya."Hukumlah saya kiranya saya didapati salah dan kiranya saya didapati  tidak benar!".

Adapun ilmu makrifat itu, adalah salah satu cabang ilmu yang tertinggi dari empat cabang ilmu. Ilmu di dalam Islam itu, terbahagi kepada empat bahagian atau empat cabang. Pertamanya ilmu syariaat, keduanya ilmu torikat, ketiganya ilmu hakikat dan kempatnya adalah cabang ilmu yang tertinggi, iaitu  ilmu  makrifat.

Keempat-empat cabang ilmu itu, adalah ilmu yang difardukan iaitu ilmu fardhu ain atau ilmu yang wajib. Wajib  dituntut oleh segenaplapisan  umat manusia yang bergelar ulamak, ustaz, penceramah, pensyarah, pendakwah atau guru-guru yang mengajar ilmu makrifat?.Cuba tuan-tuan  jawab pertanyaan saya secara jujur?.  Kemana hilang atau terkuburnya ilmu makrifat yang dikatakan tertinggi itu?. Siapa yang sanggup menanggung tanggungjawab ini? .

Kerana apa, terkuburnya ilmu makrifat?, terkubur ilmu makrifat itu, adalah kerana terfitnah oleh tangan-tangan nakal golongan ahli feqah. Yang selalu memandang serung akan ilmu makrifat atas dasar kurang berkemahiran dalam bidang ini, lalu menuduh dan menfitnahnya dengan tuduhan  yang kejam. Itulah makanya Abu Khurairah mengatakan bahawa " aku menerima dua bejana ilmu dari Baginda Rasulrullah, satu bejana boleh aku haburkan kepada halayak ramai dan satu bejana lagi kiranya aku habur, melainkan kepada aku akan kena potong".

Bagi yang mendapat petunjuk Allah Taala, yang keji itulah ilmu yang terpuji dan yang caci itulah ilmu yang dicari. Untuk itu, bagi mendalami ilmu yang terpinggir dan terkubur ini. Harus kuburkan terlebih dahulu sifat dengki, cemburu, busuk hati, khianat, iri hati, busuk hati, penipu, pendusta, berburuk sangka dan sebagainya, barulah boleh menjurus kepada ilmu makrifat. Ingatlah dimanakah lagi untuk kita mendalami ilmu ini, selain kitab peninggalan Tok Kenali!.

Berbalik kepada tajuk kita yang kelima, iaitu mengenal Allah melalui ilmu penyerahan diri. Ingin saya mengajak tuan-tuan, agar bersama-samalah kita semua berpakat-pakat berserah diri kepada Allah.

Cukup-cukuplah mengejar pahala dan cukup-cukuplah mengejar syurga. Sesungguhnya pahala dan syurga itu milik Allah. Syurga dan pahala itu bukan milik kita, ianya adalah milik Allah. Akan diberi Allah kepada seiapa yang dikehendakinya. Pahala atau syurga itu, bukan dari kerana amal ibadat yang kita kerjakan!. Pahala dan syurga itu, adalah datangnya dari rahmat Allah, bukan datangnya dari kerana amal kita!.

Ingat itu, ingat itu dan ingat itu!……………………………Marilah kita bersama-sama saya, kita berpakat-pakat sama-sama mencari keredaan Allah melaluipenyerahan segala sifat, segala nama, segala afaal dan segala zat kepada Allah Taala. Kita sebenarnya tidak memiliki apa-apa. Kita tidak boleh berdiri untuk beribadat, kiranya tidak diberi Allah akan tenaga.

Tenaga gagah atau tenaga kuat  untuk dirikan ibadat itu, bukan datangnya dari kerana makan nasi. Ianya adalah datangnya dari Allah Taala. Ibadah itu sendiri, adalah datangnya dari Allah, kenapa pula kita yang mendapat upah syurga atau upah pahala?. Cuba jawab pertanyaan saya dengan jujur dan dengan ikhlas. Patutkah kita mendapat habuan hasil dari pekerjaan orang?.Cuba tuan-tuan jawab pertanyaan saya ?.

Sembahyang, puasa, zukir, zakat, fitrah, haji, syahadah dan segalanya itu dari milik siapa?. Apakah ibadah itu milik kita?. Sekira semuanya sudah menjadi hak milik kita, buat apa lagi beribadah ?. Sekira semuanya sudah menjadi hak milik kita, tidak perlulah lagi susah payah kita kerjakan ibadah, sekiranya semuanya itu sudah jadi milik kita!.

Kiranya pengajian makrifat kita itu sudah putus dan sudah sampai  penamat (penghujung), kita tidak lagi berangapan yang beribadat itu kita!. Kan diri kita sudah mati, sudah binasa dan sudah terserah kepada Allah, mana lagi ada diri untuk mengerjakan ibadah. Ibadah kita itu, sesungguhnya datang dari Allah dan tidak pula dituju kepada sesiapa-siapa, melainkan kembalinya pula semula kepada Allah.

Allah yang awal dan berakhirpun juga hendaklah Allah!. Kita tidak ada apa-apa, kita tidak milik apa dan kita tidak punya apa-apa!,Kiranya kita sudah tidak punya apa-apa, apakah yang kita punya?. yang kita punya itu, adalah hanya Allah, hanya Allah , hanya  Allah!. Inilah tahap pengajian ilmu makrifat melalui mengenal Allah dengan Allah!.  Kita kenal Allah dengan Allah, kita ingat Allah dengan Allah.

Ingatnya (zikir) kita kepada Allah itu, bukan dengan sebab ada akal fikiran atau ada daya usaha diri!. Ingatkan (zikir) itupun jua dari Allah. Kiranya Allah tarik ingatan kita, digantikannya dengan sifat gila, mana mungkin kita ingat Allah!. Jangan sekali-kali mengatakan yang ingatkan Allah itu, adalah diri kita!. Kita tidak boleh ingatkan Allah tanpa Allah. Kita tidak boleh mengenal Allah melalui diri, akal, fikiran, nafsu, malaikat, iblis, Rasul, Nabi, Al-Quraan atau guru.  Mengenalnya kita kepada Allah itu, adalah juga dengan Allah!.

Penghujung ilmu makrifat itu, bilamana lemah akal mengenal  Allah. Mengenal Allah itu, sehingga tidak ada apa-apa lagi yang hendak dikenal, itulah sebenar-benar mengenal Allah. Jika masih ada yang hendak dikenal, bermakna ilmu tuan-tuan belum cukup lengkap dan belum cukup sempurna.

Mereka yang benar-benar berilmu makrifat (mengenal Allah) itu, adalah mereka yang tidak lagi perlu kepada dalil.  Sekiranya masih mahu berdalil-dalil untuk mengenal Allah, itu adalah mereka yang belum nyata Allah!. Mereka-mereka yang masih mencari-cari Allah. Makrifat yang penuh itu, adalah makrifat yang tidak lagi perlu mencari-cari dalil untuk menyatakan Allah. Cukup Allahlah itu, dalilnya Allah. Tidak ada dalil lain selain Allah!. Allah itulah adalah Allah. Allah, seAllah-Allahnya. Dia, sedia-dianya!.Inilah kaedah mengenal Allah dengan Allah.

Jangan pula ada mulut-mulut sumbang dari ulamak feqah, yang mengatakan pengajian ini, berupa ilmu hulul atau ilmu mengaku Allah atau ilmu yang bersatu dengan Allah (wahdatul zat atau ana Al-Haq) pula!. Ulamak feqah itu, hanya pandai mencari helah, bagi menutup kejahilannya dalam ilmu makrifat dengan membuat tuduhan yang ilmu makrifat itu, salah, sesat dan bidaah. Sekiranya ada yang bercakap sedemikian, cuba tuan-tuan minta orang yang mengata sesat itu tunjukkan jalan ilmu makrifat yang tidak sesat, mana ilmu makrifat yang tidak salah dan mana ilmu makrifat yang tidak bidaah?.

Mengaji makrifat itu, bukan bertujuan untuk mengaku Allah. Bukan bertujuan untuk menjadikan diri itu keramat, bisa, kuat atau gagah. Bukan bertujuan untuk menurunkan hujan, meyembuhkan penyakit atau termakbulnya doa.

Mereka-mereka yang mencari kepentingan itu, itu bukan jalan ilmu makrifat. Ilmu makrifat itu, adalah ilmu yang tidak mencari faedah, ilmu makrifat itu, adalah ilmu mencari kaedah, bukan mencari faedah!.

Ilmu makrifat yang berdoa sehingga boleh meyembuhkan penyakit, boleh menurunkan hujan, boleh menjadi kebal, boleh meratib sehingga teranggkat tubuh kelangit dan ilmu makrifat yang boleh tahu hajat orang sebelum diberi tahu itu, adalah tahap makrifat yang  paling rendah!. Ingat kata-kata saya itu!.

Makrifat yang mencari faedah itu, adalah makrifat pada tahap yang paling rendah, paling bawah dan paling jahil!. Ilmu makrifat itu, bukan bertujuan untuk mengaku Allah. Berilmu makrifat itu, adalah bertujuan bagi menyata, mengEsa dan menunggal atau mensatukan Allah dengan kaedah membinasakan diri (menyerah diri kepada Allah Taala).

Berilmu makrifat itu, adalah bertujuan bagi mengelakkan diri dari syirik (berduakan Allah). Tidak ada tujuan disebalik ilmu makrifat itu, melainkan Allah, Allah, Allah………………………………….Ilmu makrifat itu, bukan bertujuan untuk mengaku Allah.

Bagaimana mungkin mengaku "aku Allah" sedangkan diri yang mengaku itupun tidak ada!. (binasa). Setelah binasanya segala diri dan setelah segala diri sudah hancur binasa, diri manakah lagi yang ada?. Setelah diri tidak ada, mana mungkin mengaku aku Allah!.

Orang yang mengaku "aku Allah" "bersatu dengan Allah" "Allah masuk dalam diri" , setelah belajar ilmu makrifat itu, adalah mereka yang belum mengenal diri dan belum mengenal Allah dan makrifat yang sedemikian itu, bukannya dari ajaran makrifat sebenar!. Tok' Kenali tidak pernah mengajar mengaku "aku Allah".

Makrifat itu, jernih, suci dan bersih dari syirik. Jika ada yang mengaku adanya diri, bermakna makrifat mereka itu, adalah makrifat yang berlipat (terbalik atau songsang). makrifat yang dibawa oleh Tuan Guru Tok' kenali, adalah makrifat yang jernih dan yang bersih dari unsur-unsur syirik dan munafik!. makrifat Tok' Kenali, adalah makrifat yang tidak mencari keuntungan atau sebarangn faedah.

Makrifat Tok' Kenali itu, bukan bertujuan mencari syurga, pahala atau ganjaran faedah dari ibadat!. Makrifat Tok' Kenali itu, adalah bertujuan  menyatakan Allah. Supaya Allah itu nyata senyata-nayatanya!. Ilmu Tok' Kenalil bukan bertujuan mencari Allah.  Kenapa masih ingin mencari Allah, tidakkah Allah itu nyata pada sekalian yang nyata!. Allah itu hampir dan Allah itu dekat, yang tidak lagi perlu dicari-cari!.

Sekiranya masih mencari-cari Allah, bererti tuan-tuan belum mengenal Allah. Allah pada makluman tuan itu, belum nyata dan belum jelas pada pandangan tuan, itu sebab tuan masih dalam keadaan mencari-cari Allah. Kiranya Allah itu sudah jelas dan sudah nyata pada ilmu tuan-tuan, apakah lagi yang hendak dicari barang yang sedia terhidang didepan mata!. Seumpama cincin sudah lekat dijari, apakah masih mahu mencari ?. Cari itu, adalah barang, perkara atau benda yang hilang. Bilamana barang yang tidak hilang, buat apa hendak dicari?.

Allah tidak hilang, Allah tidak tersorok dan Allah tidak terhijab, terlindung atau tertutup oleh sebarang hijab. Allah itu terang, jelas dan nyata lebih terang, lebih jelas dan lebih nyata dari cahaya matahari. Kenapa perlu dicari?, kenapa perlu dicari dan kenapa perlu dicari?. Saya mahu tuan-tuan tanya pada diri tuan-tuan sendiri?.

Bilamana diri sudah mengenal diri,  binasalah diri dan dengan sendirinya ianya terpulang dan terserah kepada Allah. Diri kita diketika itu dan diketika selama-lamanya, akan hancur dan lebur. Bilamana diri itu sudah hancur dan lebur, maka yang ada itu siapa?. Yang ada itu, itulah Allah!. Allah yang menilik dirinya sendiri!.

Barulah boleh dikatakan mereka yang bermakrifat dengan sebenar-benar makrifat kepada Allah Taala dengan sebenar-benar mengenal!. Maka jadilah diri itu tidak ada,  setelah diri tidak ada, maka yang meyembah itu, adalah juga yang disembah dan yang disembah itu, adalah juga yang menyembah!. Dari Allah kepada Allah. Dari Allah kerana Allah. Dari Allah dengan Allah dan Allah itulah Allah. Allahlah itu ia, seia-ianya. Untuk sampai kepada tahap makrifat itu, tidak ada kerana dengan satu kerana.

Melainkan Allah jua……………………………………………………………………………………………………..==================================================================================================

Penamat pengajian ilmu makrifat  itu, adalah ilmu mengenal Allah dengan AllahSegalanya datang dari Allah, kepada Allah dan beserta Allah. Tidak satupun pekerjaan itu, datangnya dari diri kita makhluk!.



Amin dari Hj. Mohd Yusof Cik Wook.